Maaf ada kesalahan teknis, haha:)
Hendra membanting bukunya, kepalanya pusing saat ini. Jovi melihat kakak kelasnya itu malas, "Kalau mau sambad ya monggo aja sih, ngapain dipendem?". Hafis mengangguk setuju sedangkan Jeral sibuk mengolok Hendra yang galau sejak seminggu lalu.
"Ciee bang Hendra galau, ahihi", sahut Jeral nakal. "Gamon kak? anjir, kudu laporan ke kak Yidan ini mah!", balas Heski ikut menggoda Hendra. Yodan hanya menyimak teman-temannya yang sibuk membully Hendra, jujur Yodan juga bingung dengannya..kalau masih sayang kenapa harus putus, even dengan alasan terpaksa. Itu sama saja dengan menyiksa diri namanya.
"Kangen Yidan...", lirih Hendra, kepalanya ia taruh di meja..menatap kosong yang ada didepannya. "Balikan lah, biar bisa kangen-kangenan", sahut Jovi asal..sudah terlalu malas melihat Hendra yang biasa kaku dan tegas itu mendadak jadi sadboy yang kehilangan arah.
"Maunya gitu, tapi Ibu gak suka sama Yidan", jawab Hendra tanpa merubah posisinya sekarang, kangen ayang sampe lemes bun. "Jujur sulit lupain Yidan, masih sayang aku", Yodan menghela nafas, berusaha untuk berfikir tenang untuk temannya. "Bukan lupain, tapi ikhlasin bang", ujar Hafis meminum coca colanya acuh.
"Kalau lupain ya susah, tapi kalo ikhlasin pasti bisa pelan-pelan", lanjut Hafis, Jeral mengacungkan jempol setuju padanya. "Bang Hendra kalau kangen kak Idan ya kontakan aja lagi, gaperlu intens kaya dulu juga gak masalah..seenggaknya ngurangin rasa kangennya abang aja". Hendra menatap adik kelasnya itu bergantian, merasa tertolong karena selepas perkara itu ia lebih memendam perasaannya sendiri hingga membuat hubungan pertemanan mereka menjadi sedikit canggung.
"Tapi, kalau lu masih pengen ama si Idan..nanti aja tunggu diri lu tenang, ga baik gegabah. Jangan ngulangin kebodohan yang sama Ndra", jelas Yodan. "Bener kata bang Yodan, mas Hendra jangan sampai ulangin lagi deh bodohnya..gak sinkron sama otak encernya, mas!", sarkas Jovi. Hendra tidak menjawab, membenarkan apa yang teman-teman katakan lagi..keputusannya untuk berpisah dengan Jidan juga sangat memberatkan hatinya, ia terpaksa karena bingung untuk memilih ibu tirinya atau kekasihnya.
"Oh iya kak! ada pesan dari Alan, kurang-kurangin nurut sama ortunya kalau gak mau galau kaya gini lagi", celetuk Heski tanpa melihat orang yang ia maksud. "Itu, gua curcol ama Alan..maybe dia spill ke kak Idan, biasa belah pinang tuh anak dua", balas Jovi meluruskan sebelum adanya kesalahpahaman. Hendra mengernyitkan dahi bingung.
"Gua cerita ke Alan kalau bukan kak Idan doang kaya mayat hidup, tapi lu juga mas. Terus tahu-tahu si Alan bales kalau lagi nongki sama kak Idan, di spill kali makanya bisa bilang gitu", sambung Jovi. "Kemarin aku ketemu kak Idan biasa aja tuh mukanya, mayat hidup darimana?", seingat Jeral kemarin ia sempat menyapa Jidan yang sedang menuju ke koperasi, menurutnya Jidan biasa saja tidak ada berubah seperti kembali ke dirinya sebelum bersama Hendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist (Isn't That Funny?) | Sukhoon
Romancedipertemukan semesta namun berakhir tak bahagia. "harusnya sih bahagia, tapi kalau masih terjebak rasa takut gimana dong?" Sukhoon! dom! hyunsuk sub! jihoon homophobic please belok kanan, thank you!