Fifth.

126 18 1
                                    

Author's POV

Demi tidak sadar seseorang memperhatikannya saat ini. Dia terus berdiri di balkon sambil memandang keluar. Tersungging senyuman kecut menghiasi wajah sedihnya. Beatrice yang sedari tadi bingung akan ekspresi wajah Demi, makin mendekatkan dirinya ke arah Demi.

Hanya satu hal yang ada di pikiran Demi. Dia adalah Niall Horan yang telah membuatnya gila cinta. Hari ini Niall sudah menemaninya menjalani sesi magazine photoshoot. Seharusnya ekspresi bahagia yang ditunjukan wajahnya pada malam ini. Malah raut wajah tersakiti yang ia tunjukan. Aku bisa merasakan Niall tidak serius dalam hubungan ini, batin Demi.

Tetap saja, Beatrice Adams yang tidak disadari keberadaannya masih bingung akan ekspresi wajah Demi. Perlahan, kedua mata Demi basah oleh air mata. Harusnya perasaan ini tidak kuikuti! Harusnya aku tidak berusaha mendekatkan diriku padanya! Aku yang memulai untuk menciumnya! Mengapa aku sebodoh ini?! Batin Demi seraya menyeka air mata yang mengalir deras dari matanya.

Tak lama kemudian Demi membalikan tubuhnya dan menyudahi isak tangisnya. Ponsel Demi berdering namun ia tidak menggubrisnya setelah mengetahui siapa yang menghubunginya. Orang yang menghubunginya berusaha keras agar Demi mengangkatnya sehingga ia menghubungi Demi untuk kedua kalinya.

Demi menghembuskan nafas berat lewat mulutnya kemudian mengangkat ponselnya.

"Ada apa Niall?"

"Hmmm, kau belum tidur?"

"Aku tidak bisa tidur,"

"Kau tak apa? You know, di mobil tadi aku ha-"

"Tidak apa. Lebih baik mengakhirinya sekarang daripada melanjutkannya dengan setengah hati bukan?" Demi memotong kalimat Niall-orang yang menghubunginya-agar Niall tidak merasa bersalah.

"Well, I'm glad you're fine,"

Beatrice mulai mengerti apa yang terjadi diantara mereka berdua. Yang ia tidak mengerti, Demi mengucapkan kata 'mengakhirinya'. Mungkin ini terdengar egois tapi Beatrice bersyukur karena halangannya berkurang.

Beatrice mendengar gelak tawa Demi saat berlepon dengan Niall. Mungkin Niall berusaha menghiburnya agar tidak berlarut dalam kesedihan, batin Beatrice.

~Other site ~

Niall's POV

Aku yakin saat ini Demi kecewa berat karena aku menghindari ciumannya. Aku tidak tahu mengapa aku melakukannya. Hanya refleks.

"Ada perkembangan?" tanya Harry seraya mengangkat sebelah alisnya padaku. Aku, Harry, dan Louis sedang menonton tv di sofa ruang tamu. Sementara Zayn dan Liam, aku tak tahu kemana perginya mereka. Ke club malam lagi mungkin.

"Kurasa aku harus mengakhirinya," kataku pasrah

"What?! Kau baru saja memulainya, Nialler. Jangan menyerah secepat itu. Ada apa?" kata Harry bernada serius. Louis juga mengalihkan pandangannya dari tv ke arahku.

"Well, I'm not sure I love her," kataku. Aku hanya takut menyakitinya jika aku memang tidak akan melanjutan hubungan ini. Aku hanya sebatas kagum padanya, bukan aku mencintainya. Aku merasa bersalah padanya, aku yakin dia menganggapku hanya bermain-main dengannya. Aku bangkit dari sofa kemudian pergi ke teras, memutuskan untuk menelponnya di sana.

"Where are you going?" tanya Louis padaku.

Aku pun menggerakkan ponselku, memberi kode bahwa ingin menghubungi seseorang. Louis mengangguk mengerti. Aku mengetikkan nomornya, menghubunginya namun tidak diangkat. Aku mencobanya lagi, dia mengangkatnya. Thank God

Invisible // n.h [stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang