Lesson 15 Putus ke Berapa?

575 80 11
                                    

Bella duduk di depan teve yang menyala tapi aku yakin benaknya tidak di sana. Tatapannya kosong.

"Bella, ayo makan!" Seruku. Tidak ada sahutan. Aku berdecak pelan lalu kudekati dia. Wajahnya menunduk tersimpan diantara kedua lututnya, kedua bahunya bergetar pelan. Aku mendesah pelan. "Enough Bella, what are you crying for? Boys are just like that, you knew it very well!" Sergahku kemudian.

"Om Reva gak ngerti!" sengitnya lirih masih dalam posisi yang sama.

"Apanya yang nggak ngerti? Ya itu memang seperti itu. Kamu pacaran ya harus siap diselingkuhi,"

"Om nggak bakalan ngerti!!!" Tukasnya keras sambil menatapku berlumur amarah.

Aku membelalakan tanya.

"Om Reva kan buaya!!!" Jawabnya sangat tajam. Dia lalu membuang muka.

"What?! Say it out loud!"

Bella terdiam. Dia lalu berdiri hendak beranjak.

"Wait, wait. What are you trying to say?" Aku yang sedari tadi berdiri, menahan lengan kecilnya.

Dia memandangku masih dengan amarah.

Aku mendesah berat. "Kamu ini, makan dulu. Kamu dari siang nggak makan kan? Kamu juga sarapan hanya sedikit tadi" ucapku kemudian.

Apa yang bisa dikatakan kepada remaja gadis yang sedang putus cinta?

Bukan baru sekali dia bubar dengan hubungannya, tapi kenapa dia masih saja menangisi lelaki-lelaki remaja labil itu?

Putus cinta yang pertama justru lebih parah. Satu minggu penuh dia masih saja menangisi pacarnya itu. Mereka putus tepat dua bulan setelah mereka masuk SMA. Simpel saja, mereka berbeda sekolah dan lelaki itu cinlok dengan teman sekelasnya.

Bella tidak bisa menerima alasan itu. Yah wajar, dia anak perempuan, terlalu banyak memakai perasaan. Padahal pacaran usia remaja memang hanya akan bertahan hitungan jari. Setelah lima bulan dia bilang padaku bahwa dia berpacaran dengan anak menteri ekonomi.

"Ya nikmati saja, paling tidak akan sampai lewat tiga bulan" komentarku atas pengakuannya. Tentu saja dia sewot dan mencak-mencak. Dia bilang aku bukan paman yang baik. Terserah, memang begitu adanya.

Benar saja, tiga bulan kurang sepekan, dia sudah meraung lagi katanya ternyata dia jadi selingkuhan. Aku hanya menahan tawa.

Beberapa minggu kemudian dia bilang ada kakak kelasnya yang mengaku cinta padanya sejak dia jadi murid baru. Biasalah, OSIS yang sedang memandu orientasi siswa baru. Dia semringah sekali.

"Dia tampan om, juga populer. Banyak yang suka. He is so kind and humble"

"Do you love him?"

"I dont know. I just.. happy to seing after him" jawab Bella sambil cengar-cengir.

"Yakin yang ini baik? Baik apa playboy Bella?"

"Idih, gak semua cowok baik tu buaya kayak om Reva!" Paparnya tajam.

Aku menelan ludahku susah payah. Apa sih yang dia ucapkan?

"Dengar Bella," ku tepikan anak rambutnya yang hampir masuk ke matanya. Ku tatap dia dengan senyum simpul. "Om tidak pernah bermaksud menjadi demikian. Mereka saja yang tidak menerima penolakan om. Terus om harus menghancurkan angan mereka begitu saja?"

"Ya tapi kan om semestinya bisa setia pada satu perempuan saja!" Kukuhnya.

"Om setia sama kamu,"

"Om!" Dia melotot membuatku makin gemas saja. "Denger ya om. Om bisa bayangin gak rasa sakit hati mereka? Om buayain mereka semua, membagi perhatian, manis sama semua perempuan. Pasti tu nyesek banget" kuliah Bella.

Find Little Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang