Bagian 10 : Come to the Mansion

9.3K 108 0
                                    

| ruang pesan |

Ana
Maaf untuk malam ini aku tidak bisa, lain kali saja ya, Chef, sekali lagi aku minta maaf.

Read

| ruang pesan berakhir |

Pesan yang dikirimkan olehnya hanya di baca oleh laki-laki yang ia kirimkan pesan, Ana berani bertaruh kalau tidak akan ada lagi tanda-tanda kalau Roy membalas pesan penolakan darinya.

Untuk saat ini, Ana berharap kalau Roy tidak marah dengannya apalagi melakukan hal gila karena di tolak olehnya.

"Main hp terus, jadi pulang gak sih? By the way, ini buah tangan untuk keluarga mu."

Ana menolehkan kepala ke sumber suara, melihat Sasa yang memang sangat cantik, tapi maaf masih cantikan dirinya karena ia menerapkan selflove dan tidak ingin insecure karena setiap derajat kecantikan setiap wanita berbeda-beda.

"Em, ini mau pulang. Tadi habis periksa pesan dari ojek online, ternyata sudah sampai." Ana beranjak dari duduknya di kursi kayu teras rumah temannya, lalu mengambil paper bag besar yang di letakkan pada meja, untuknya. "Terimakasih banyak."

Mereka cepika-cepiki dari pipi kanan ke pipi kiri, setelah itu saling tersenyum.

"Sama-sama, hati-hati di jalan!" Sasa berseru.

Ana hanya menganggukkan kepala setela itu melambaikan tangannya pertanda perpisahan. "Dah! Sampai jumpa lagi,"

Tidak lagi menanggapi Sasa yang tampak masih memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh, Ana berjalan sebentar di halaman rumah Sasa dan menyapa security yang bertugas di rumah ini. Enaknya jadi orang kaya... keamanan rumah saja ada yang mengurus.

"Selamat malam, pak. Saya pulang dulu," Ana basa-basi karena tidak mungkin keluar dari area ini dengan tak topan.

Sang security tampak menganggukkan kepalanya, memberikan senyuman kepada wanita yang menyapanya. Ini bukan pertama kalinya teman dari anak majikannya datang, namun yang menyapanya hanya beberapa termasuk wanita tersebut.

"Iya, neng. Hati-hati di jalan, itu ojek onlinenya udah nunggu."

"Iya, Pak, makasih banyak ya."

Setelah itu, Ana langsung saja keluar dari gerbang yang sudah di persilahkan oleh security dan menaiki jok belakang motor dari ojek online yang ia pesan barusan.

Di sepanjang perjalanan, Ana memangku pemberian Sasa dan tali paper bag-nya ya masukkan ke tangan supaya di tahan dan kedua tangannya bisa menggenggam ponsel.

Untung saja, ojek online ini tidak banyak tanya. Baiklah, Ana adalah tipikal wanita yang kurang suka mengobrol, apalagi konteksnya dengan orang yang tidak di kenal.

Ana membuka ruang pesan dengan Denish, ia mengirimi laki-laki itu pesan.

| ruang pesan |

Ana
Gue berangkat ke rumah lo, maaf karna udah menyentuh malam hari, hampir larut.

Benar, Sasa beralibi padanya karena yang seharusnya ia bisa pulang pada jam setengah 10, kini ia pulang tepat pada jam 11. Bayangkan saja, tidak mungkin merayakan ulang tahun hanya dengan waktu 30 menit, terlebih lagi yang ingin di berikan kejutan kerja dan harus menunggu kedatangan yang ingin di kejutkan.

Jadi, sekarang jam 11 dan masih harus on the way ke rumah Denish, entah laki-laki itu akan menerimanya atau tidak.

"Mbak, alamat yang di tuju sesuai aplikasi, kan?"

Padahal Ana melihat pesannya sudah centang dua yang artinya telah di baca oleh, namun memilih untuk menjawab pertanyaan bapak ojek onlie terlebih dulu.

"Iya, Pak. Sesuaiin maps aja,"

Ting

Ana menoleh ke ponselnya lagi, ia merasa ojek online itu juga tidak akan lanjut membalas perkataannya.

Denish
Datang saja, aku juga telah pulang kerja. Ku tunggu di ruangan ku, oke?

Ana
Ruangan lo yang mana? Lupa kalau gue baru pertama kali kesana? Lain halnya dengan wanita yang sering lo ajak ke rumah, pasti mereka udah hapal.

Denish
Siapa bilang? Kamu yang pertama,

Entah harus tersipu atau tidak perlu karena terdengar seperti gombalan klasik, namun di hati Ana seperti ada getaran aneh.

Ana
Haha, oke.

| ruang pesan berakhir |

Setelah itu, Ana memutuskan untuk tidak bertukar pesan lagi dengan Denish, dan memasukkan ponsel kembali ke tas selempangnya.

Jarak dari rumah Sasa ke rumah Denish ternyata hanya memakan waktu 15 menit di perjalanan, apalagi kini jalanan mulai renggang dan tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Sampai pada akhirnya, Ana sudah sampai di depan sebuah mansion yang benar-benar mampu membuatnya berdecak kagum.

"Kayaknya cita-cita gue mau jadi orang kaya deh."

Setelah membayar, Ana langsung saja mendekat ke arah gerbang dan memegang jeruji besi gerbang untuk melihat-lihat keadaan di dalam.

"Atuh neng lagi apa? Neng Ana atau bukan?"

Tiba-tiba, suara bariton menyambutnya bersamaan dengan munculnya security yang berperawakan jangkung.

Ana menganggukkan kepala. "Iya, aku mau ketemu sama Denish, sudah membuat janji juga." Ia berkata seperti ini karena takutnya ia tidak di perbolehkan masuk karena belum membuat jadwal dulu dengan si pemilik rumah dan berakhir dengan dirinya yang di usir, semoga saja tidak seperti itu.

Pintu gerbang pun terbuka, dan security langsung mengarahkan apa yang harus di lakukan Ana. Sedangkan Ana? Ia mengangguk kala mengerti dengan penjelasan security itu.

Sampai pada akhirnya, telapak kaki Nada sudah menginjak teras rumah yang sangat bersih, juga ada seorang penjaga pintu yang tampak membukakan pintu di hadapannya yang menjulang tinggi.

"Selamat datang dan selamat malam, Nona. Mari ikuti saja untuk bertemu dengan Tuan Denish."

"Wow." Sambil sedikit berdecak kagum dengan pelayanan di rumah ini, Ana pun mengekor seorang doorman yang sepertinya akan membawanya ke tempat Denish berada.

Mansion Denish bukan terbilang mansion yang super mewah, tidak seperti ini. Namun untuk ukuran seorang laki-laki yang sepertinya hanya tinggal sendirian disini —karena Ana tidak menangkap pergerakan orang lain selain para pekerja disini—, bisa di pastikan kalau Denish adalah laki-laki berkedudukan besar.

"Silahkan Nona di tunggu untuk supper lebih dulu dengan Tuan besar,"

Ana menganggukkan kepala, ia sedikit beruntung karena bekerja di restoran, ia tau istilah Supper yang di maksud oleh doorman di hadapannya ini.

// info : "Supper" adalah makanan yang lebih ringan, sering kali tidak lebih dari sekedar camilan, dimakan di larut malam, kadang-kadang bahkan setelah 11 malam atau tepat sebelum tidur.//

"Terimakasih telah mambantu," Ana berkata dengan sopan.

"Terimakasih kembali, Nona." Dan sang doorman setelahnya pamit undur diri untuk kembali pada posisi kerjanya.

Sekarang, waktunya Ana menghampiri Denish dengan penampilannya yang... cantik? Ia masih mengenakkan dress baru yang di berikan Sasa untuknya, bahkan riasan di wajahnya menambah kesan fresh dan hot di satu waktu bersamaan.

"Jadi, penampilan ku ternyata sudah siap dalam situasi menggoda Tuan besar ini, kan?"

Ana melangkahkan kakinya dengan anggun, bahkan suara dari kaki heels yang beradu dengan lantai pun terdengar.

Apa yang terjadi pada malam hari ini di antara mereka?

...

Next chapter

Ana 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang