⚯͛
Harry menggenggam telur emasnya dengan erat, Myrtle sudah pergi dari sana setelah beberapa menit mengganggunya. Sebenarnya Harry yang meminta Myrtle untuk menyingkir dan hantu itu sempat tersinggung tetapi ia akhirnya pergi walau dengan meringkih sedih—tipikal hantu. Ia segera berkemas dan menggunakan baju serta jubahnya. Harry terburu-buru untuk keluar dari kamar mandi prefek, ia ingin memberi tahu Ron dan Hermione tentang tugas keduanya.Harry sangat bersemangat menelusuri lorong-lorong koridor Hogwarts yang disinari senja berwarna merah sedikit oranye, langit itu mendukung suasana hatinya saat ini. Pantulan sinarnya mengenai kacamata juga bola mata hijau Harry yang terlihat mengagumkan. Pahatan wajah Harry dari samping yang terkena sinar senja itu membuat siapa saja yang melihat akan menyukainya.
Berbelok melewati koridor, Peeves yang sudah lama tidak ia lihat, melayang-layang di ujung lorong seperti tanpa tujuan. Harry berjalan melewati Peeves, ia yakin jika Poltergeist itu akan menjahilinya maka secepat mungkin ia melangkah, tetapi Peeves yang lincah itu memotong jalannya hingga membuat Harry terkejut. Telurnya lepas dari genggaman dan menggelinding jauh darinya. Peeves tertawa mengejek.
“Telur emas oh telur emas. Mestinya kau tidak berurusan lagi dengan pertandingan itu, Hogwarts selalu saja dalam masalah.” kata Peeves dengan tak suka, ia terbang mengelilingi Harry yang berdiri dan pergi begitu saja. Harry masih tak paham dengan apa yang Peeves bicarakan dan juga Peeves—yang entah pergi ke mana atau Harry saja yang tidak tahu bahwa Poltergeist itu sudah lama sekali tak terlihat bahkan saat tahun ke-4 Harry dimulai, membuat dirinya bertanya-tanya.
Saat mengejar telur yang hampir menyentuh tangga Hogwarts yang bergerak, akhirnya Harry menangkap dengan sigap telur itu dan hampir tergelincir saat melangkah mundur untuk menghindari tangga yang bergerak tersebut. Beruntung Harry selamat saat dirinya bertumpu pada tangannya yang memegang pagar pembatas, Harry rasa jantungnya mencelos karena ia hampir saja mati terjatuh dari tangga jika tak berhati-hati.
“Bisakah aku hidup tenang sekali saja?” cicit Harry pada diri sendiri. Keringat menetes di dahi.
Berjalan beberapa langkah, dirinya dikejutkan dengan suara seseorang yang sedang berbicara seolah bertengkar—suara perempuan dan laki-laki itu ia pikir tak usah ia acuhkan. Toh, mungkin urusan percintaan. Beberapa saat setelahnya Harry tersadar jika suara itu tidak asing lagi untuk dirinya. Dengan penasaran, ia pun segera pergi menuju asal suara.
Alangkah terkejutnya Harry saat mata hijaunya menangkap pemandangan di depannya, ia sedikit jauh berdiri dari subjek yang terjangkau matanya. Pemandangan di depannya ini membuat dirinya sakit mata dan sakit di bagian tubuh lain, Harry merasakan itu tepat di dada sebelah kirinya. Bagaimana tidak, Draco—ralat, Malfoy yang dimaksud Harry adalah orang yang ia lihat sedang berciuman bersama Pansy Parkinson dari sudut pandangnya saat ini. Tertangkap sinar senja yang indah membuat pemandangan dua insan itu terlihat romantis di mata orang lain, tetapi tidak untuk Harry. Dirinya memantung, ia tidak bisa bergerak seolah waktu terasa berhenti untuk hal sesakit ini.
Harry tersadar, air matanya jatuh tanpa izin dari bola mata hijau cantiknya itu. Ia melangkah pelan-pelan dari sana— berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, lalu segera berlari cepat saat sudah cukup jauh. Ia melangkah gontai, bahunya naik turun dan matanya sembab, nangis terisak. Koridor Hogwarts tidak ramai jika sudah petang dan Harry, ia bisa menangis sepuasnya. Ia pergi memeluk telur itu erat, berniat untuk pergi ke menara Astronomi.
Jika diperintahkan untuk menyerah, ia belum memulai. Jika bertanya apakah cemburu, ia pun bukan siapa-siapa, mereka berdua hanya dikenal sebagai musuh bebuyutan di Hogwarts saat pertama kali Harry menginjakkan kakinya di sini. Tetapi mengapa dari sekian banyaknya lelaki ataupun perempuan, hatinya memilih Sang Pangeran Slytherin. Mungkin jika Sirius atau kedua sahabatnya tahu, ia akan ditertawakan. Bukan hanya mereka saja, mungkin jika seluruh dunia tahu ini, ia akan ditertawakan sekeras-kerasnya. Rasanya sekarang Harry ingin berteriak bahwa ia mencintai seseorang yang sialnya bernama Draco Malfoy di menara Astronomi ini, sekeras-kerasnya hingga mereka yang tak kenal pun tahu ... Bahwa perasaannya bukan main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Belong To You? (Drarry)✓
Fanfic[Complete] Hanya kisah Hogwarts di tahun ke-4, di mana pandangan Harry Potter kepada Draco Malfoy berubah saat ia mengalami mimpi aneh. Dari sana pula, berubahlah semua hal yang bahkan Harry tak pernah bayangkan. Dom! Draco. Sub! Harry. ⚠️All charac...