⚯͛
Lelahnya Harry tergesa-gesa untuk sampai ke asrama, ia menyelinap ke dalam kamarnya dan membuka jubahnya dan menaruhnya di kasur. Ia berbalik menuju ruang rekreasi untuk bertemu dengan Sirius.
"Sirius?" panggil Harry dengan sedikit berbisik. Ia melihat sekitar ruang rekreasi, tidak ada siapapun.
Matanya fokus saat ia melihat surat kabar Daily Prophet tergeletak di meja dengan judul dan foto tentang dirinya. Ia membacanya dan ekspresinya menjadi masam kala melihat tulisan 'Tragedi Remaja, Harry Potter dan Piala Triwizard'—lalu melemparkannya ke dalam tungku api, hangus terbakar. Berita sampah! Melebih-lebihkan hal yang tak perlu, ingin membuat dirinya dijauhi semua orang atau apa?
Ia mencoba mengabaikan surat kabar itu dan menunggu Sirius di sana beberapa menit sampai Harry terkejut mendengar suara yang berasal dari tungku api. Harry melihat Sirius yang perlahan muncul dari sana, hanya wajahnya saja.
"Sirius!"
"Harry, aku tak akan lama jadi sekarang katakan padaku sejujurnya, apakah kamu memasukkan namamu ke dalam Piala Api?" kata Sirius dengan cepat. Harry menggeleng kepala mantap. "Tidak! aku bersumpah." jawabnya.
"Sejujurnya Harry, aku takut jika perkiraan aku benar bahwa ada yang memasukkan namamu ke sana. Hogwarts sedang tidak aman." Harry menyimak apa yang dikatakan Sirius dengan serius.
"Katanya kau melihat Voldemort di mimpi dengan Wormtail dan yang satu lagi, siapa itu?"
"Sebenarnya aku pun tak tahu, tetapi sepertinya dia diberi perintah Voldemort untuk ... Membunuhku." sejujurnya Harry benci mengatakannya, ia sering bermimpi aneh sekali entah itu dengan Voldemort ataupun Malfoy.
"Aku rasa Pelahap Maut sedang berada di sekitar kita. Kau tahu Igor Karkaroff? Dia adalah kepala sekolah Durmstrang, mantan Pelahap Maut. Jadi, aku memperingatkan kepadamu Harry, tetaplah berada di dekat teman-temanmu!" Harry yang mendengarnya dengan cepat ia mengangguk. Saat ia akan berbicara, tiba-tiba saja terdengar langkah seseorang yang sedang menuju ruang rekreasi sehingga Sirius buru-buru pamit kepada Harry dan menghilang begitu saja.
"Sirius? Sirius!" panggil Harry berbisik kepada kobaran api itu, tetapi tidak ada Sirius yang muncul.
"Sedang apa kau malam-malam seperti ini? Berlatih untuk wawancara selanjutnya aku tebak." ujar Ron yang ternyata terbangun dari tidurnya dan tampaknya mendengar Harry berbicara dengan seseorang. Mengingatkan Harry saat tadi bertemu Naga dan Ron tidak pernah memberi tahu dirinya sama sekali membuat perasaan kesal dan kecewa itu muncul lagi.
"Bukan urusanmu, kau sangat baj*ngan, kau tahu?" tanpa aba-aba entah kenapa kata itu keluar begitu saja dari mulut Harry, tetapi ia tidak bisa menyangkal bahwa dia sedang marah.
"Oh, menurutmu aku begitu?" tanya Ron yang terkejut, ia merubah ekspresinya dengan eskpresi tak menyenangkan.
"Ya!"
"Lalu, maumu apa?" tanyanya dengan nada yang datar.
"Menjauhlah dariku!" ujar Harry dengan berang.
"Baiklah!" kata Ron sama tak menyenangkannya, ia berbalik menaiki tangga dan pergi menuju kamarnya. Harry berdiam mengatur napasnya dan duduk di sofa, ia rasa harus menenangkan dirinya saat itu juga. Jangan sampai kelepasan lagi.
⚯͛
Matahari membumbung di atas garis cakrawala, hari ini cuaca sangat cerah dan mendukung, tetapi tidak sepadan dengan suasana hati sang anak laki-laki dengan bola mata berwarna Hijau Zambrud. Harry berjalan di koridor dengan tatapan orang-orang yang sudah biasa ia terima selama ini. Lalu ia melihat Ron dan Seamus sedang berjalan beriringan sesekali tertawa, sangat menyenangkan menurut Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Belong To You? (Drarry)✓
Fiksi Penggemar[Complete] Hanya kisah Hogwarts di tahun ke-4, di mana pandangan Harry Potter kepada Draco Malfoy berubah saat ia mengalami mimpi aneh. Dari sana pula, berubahlah semua hal yang bahkan Harry tak pernah bayangkan. Dom! Draco. Sub! Harry. ⚠️All charac...