>Balapan<

46.9K 3.4K 45
                                    

.

.

.

Ruangan dengan dinding monokrom dan empat pria yang duduk di atas sofa membuat udara terasa mencekam, aura sekitarnya juga terasa dingin. Seakan tidak bersahabat.

"Sekarang apa lagi yang kau perbuat?"

Tegas, dan tak terbantahkan. Itulah sifat Alex yang di kenal banyak orang.

"Apa? Aku hanya bermain." jawaban dari pemuda SMA yang terdengar sangat santai pada orang yang lebih tua, wajahnya juga terlihat malas.

"Nathan ... kurang apa kami menutupi segala keburukan mu?"

Ucapan Abang pertama nya terkesan dingin, Menunjukan jika ia bukan orang yang tersentuh dan tak mudah di dekati.

"Apa sih? Aku ga minta ya kalian bunuh tuh cewe! Kaliannya aja yang repot repot ngotorin tangan."

Ia mendengus kasar, selalu seperti ini jika ia pulang malam. Dirinya kan hanya main saja dengan teman temannya.

Nathan itu bukan anak kecil lagi!

"Kamu tuh bajingan ya! Seharusnya kamu berterima kasih dengan memperbaiki sikap, Bukan malah makin memperburuk dan terlihat memalukan."

Yang tertua ketiga berdiri, menunjuk wajah kecil adiknya yang tidak menunjukan rasa bersalah dan tak kenal takut.

Emosi memenuhi dirinya.

"Seorang bajingan terlahir dari keluarga bajingan. "

"Sialan. "



Bugh!



Hening.

Semua terdiam saat Rangga memberi bogeman mentah pada sang adik, wajah yang terkesan polos tapi tidak dengan sikap yang malampaui batas remaja seumurannya.

Alex -papanya- hanya terdiam, sudah biasa melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya.

Dimana Rangga yang tempramental akan mudah tersulut emosi jika berurusan dengan anak bungsunya.

"Hahh .. kamu tuh ya! Ribet Nathan, tinggal turuti permintaan kami saja rasanya seperti menjinakan seekor anjing liar."

Kevin yang sedari tadi hanya diam angkat bicara, memandang Nathan dengan senyum pongah yang terhias.

"Oh ya? Buat apa gue menuruti kalian? Kalau kalian aja membunuh orang yang malahirkan lu lu pada, Stress emang!"

Bahasanya berubah, ia muak jika berpura pura sopan dan bertingkah baik di depan empat iblis yang sialnya menjadi keluarganya.

"Dia berselingkuh!! Kau seharusnya tidak membelanya Nathan!!"

Nathan bangkit dari duduknya, menghadap pria yang lebih tua di antara mereka dengan wajah meremehkan.

"Gak salah kan, kalo gue ngehamilin perempuan yang lusa kemarin kalian bunuh?"

"Nathan .. "

"KALIAN BUNUH MAMA GUE BANGSAT!! GUE GA AKAN PERNAH MENGHARGAI MANUSIA MANUSIA MENJIJIKAN KAYAK KALIAN."

Kevin terkekeh, merasa terhibur akan lelucon yang baru saja di lontarkan. "Kau juga manusia, bocah."

Nathan mengalihkan pandangan, membalas senyuman kakak ketiganya yang terlihat menyebalkan dengan santai

"Aku memang menjijikan, sih. Makanya jangan sok asik sama anak menjijikan ini."

Setelah kepergian Nathan, ruangan yang tadinya mencekam berangsur angsur menghilang.

E-than ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang