>Teddy<

40.4K 3.3K 36
                                    

.

.

.

Ethan menatap tempat sampah yang berjarak sepuluh langkah dari kakinya, tadi ada ibu ibu yang membuang sebungkus nasi dengan gelas air mineral yang masih tersisa.

Ia pikir, sepertinya masih ada sisa.

Berlari kecil, lalu mengais sampah sampah itu. Setelah menemukan apa yang ia cari, Ethan tersenyum lalu memeluknya erat.

Seperti menemukan barang yang selama ini ia cari.

Bersama dengan kain yang masih ia genggam.

 " ... makasih ... udah nyisain .. "  Pikiran anak kecil memang selalu positif dan tak kenal dendam.

Tubuh mungilnya kembali bergerak menjauh, mencari tempat yang mungkin bisa ia jadikan sebagai peristirahatan dari rasa penat.

" .. selamat makan .. " lirihnya.

Tangan kecil itu menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulut, tidak peduli bahwa tangannya masih kotor atau bahkan ia belum mandi beberapa hari.

Dan ia terlalu lapar setelah perjalanan luntang lantung tanpa teman dari dua minggu yang lalu.

"Eh dapet makanan tuh. Bagi dong!"

Tiba tiba saja ada anak seumuran yang datang mendekat, memakai baju lusuh yang sudah sobek dan kebesaran.

Berbeda dengan tubuh mungilnya yang masih memakai pakaian bagus walau sudah kotor.

Karna ia baru dua minggu hidup di jalanan.

"Bareng? Mau?"

Ia mencicit, terlalu takut dengan anak di depannya. Alasan ia menawarkan untuk makan bersama, karena dirinya pun merasakam gejolak lapar sedari tadi.

Setelah merasakan hidup di jalanan, ia menjadi takut dengan dunia luar, takut berinteraksi. Juga takut dengan orang orang.

Mereka tak sebaik yang dulu bunda bicarakan.

Tidak ada orang ramah seperti tetangganya atau murah senyum seperti teman sekolah.

"Enggak! Gue maunya sendiri. Sini kasihin ke gue!!"

Anak itu merebut sisa makanan yang baru masuk tiga suap ke mulut Ethan secara paksa.

Sedangkan yang lebih kecil badannya, hanya mengkerut takut. Anak laki laki yang masih berdiri menjulang di hadapannya terlalu kasar.

"Eum .. Ethan duluan .. "

"Yaya pergi aja sana!"

Ethan tak pernah berani mengeluarkan suara lantang, ia hanya mencicit atau melirihkan ucapan agar tak terdengar terlalu keras.

Ia takut suara bentakan juga terkesan kasar, karna itu ia juga takut jika dirinya mengeluaran suara yang lebih besar.

Ethan tidak kesal kok dengan orang orang yang mengambil makanannya dari kemarin, ia masih terlalu kecil untuk menyimpan kebencian.

Yang ia tahu, mereka juga merasakan lapar. Sama sepertinya.

Selagi tubuh mungilnya masih kuat, ia akan selalu senang berbagi walau perut terus memberontak dan tangisan memaksa menerobos keluar.

Ia akan selalu menerapkan kebaikan yang bunda ajarkan.

"Bunda .. ayah .. Ethan sayang .. "











"DEK!! AWASSS!!"

Terlambat.

Tubuh kecilnya sudah terlempar jauh terseret aspal, padahal tadi ia hanya ingin mengambil boneka teddy yang terjatuh, tapi justru malah di hantam rasa sakit yang terus menyerang.

E-than ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang