.
.
.
Alex masih menunggu jawaban Kevin yang sibuk memangku tubuh kecil Ethan, anak yang mengaku lupa ingatan itu sedang menyedot susu dalam botol.
Matanya terlihat sayu.
Tadi saat makan malam, ia kaget melihat Kevin menggendong si bungsu seperti bayi. Sedangkan Ethan malah menyenderkan kepalanya ke bahu kokoh yang lebih tua.
Tapi saat meminta penjelasan dari Rangga, anak keduanya malah mengedikan bahu dan melengos membuang muka.
"Jadi, gimana?"
Manik boba yang hampir tertutup itu mengerjap agar cahaya kembali masuk, menatap takut ke arah sang papa-katanya-.
"Kayak papa liat. "
Tangan Kevin mengelus tengkuk Ethan dengan lembut, usapannya memberi isyarat agar adiknya kembali tertidur lagi.
"Beri papa."
Kevin berdecak, namun tak ayal pemuda itu memberikan tubuh yang masih meringkuk ke pangkuan sang papa.
Awalnya tangan mungil itu memegang erat baju Kevin, kepala bermahkota cokelatnya menggeleng dengan mata bergetar takut.
Tapi setelah mendengar suara papanya yang penuh intonasi rendah dan berat, ia kembali mengkerut takut. Membiarkan tubuhnya di ambil alih orang lain.
Ia harus kembali beradaptasi dengan tubuh orang lain.
Kini tubuh itu duduk menyamping di pangkuan Alex, Kepalanya bersandar pada dada yang masih terasa bidang.
Bibir kecilnya bergerak gerak karena menyedot susu coklat yang tinggal setengah, jari jari kecilnya saling meremat. Maniknya meliar.
Ia gugup.
"Angel?"
Itu bukan namanya, tapi ia tetep mendongak.
"Apa kabar?"
Jemari kecilnya melepas dot dari mulut, karena menghalau pergerakan. mulutnya akan terbuka lalu kembali tertutup, setelahnya ia berbisik kecil.
" .. Ethan .. "
Alex tersenyum, mengelus pinggang ramping anaknya.
" you're like an angel."
Ya, dari jarak sedekat ini Alex baru sadar. Jika anak bungsunya sangat mirip dengan mendiang mantan istrinya.
Matanya cantik, dengan bibir mungil dan hidung yang tidak terlalu mancung.
Kulitnya halus, ia tidak tau bahwa sehalus ini. Menyesal? Alex akan menertawakan dirinya jika sampai perasaan tersebut hadir.
"Mengantuk, Angel?"
Manik boba itu mengerjap, dengan ragu kepalanya mengangguk lemah menatap mata tajam papanya.
"Let's sleep."
Setelah mendapat anggukan dari anak bungsunya, Alex bangkit dengan Ethan di gendongan lalu melangkah meninggalkan ruang tengah.
Anaknya sangat ringan, setelah sekian tahun. Ternyata seperti ini tubuh si bungsu.
Sagara yang baru pulang menatap kepergian Alex dengan tidak rela, padahal anak sulung itu ingin tidur bersama Ethan.
"Sudah kau mandikan?"
Pertanyaan abang pertamanya mendapat gelengan dari Kevin.
"Ia tidak tau memakai peralatan mandi, dan aku tidak bisa memandikannya. Aku takut menggores kulit halusnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
E-than ✔
Teen Fiction[ Brothership, Bromance ] Ethan tidak mengerti apapun. Yang ia ketahui adalah, bahwa mereka menginginkan dirinya yang selalu merasa takut. Ceritanya agak meresahkan, buat yang gak nyaman dan gak suka ya jangan di baca lah.