.
.
.
Manik boba itu mengerjap saat merasakan badannya melayang, mendongak menatap wajah tegas sang papa yang menggendongnya bak seorang wanita.
" .. papa?" cicitnya.
"Yes, Angel?"
Ethan menggeleng, papanya memakai intonasi rendah dengan wajah datar. Itu sedikit ... membuatnya gemetar takut.
Dulu, ayahnya tidak pernah menunjukan ekspresi itu.
Selalu tersenyum dan menggunakan nada lembut. Penuh kasih sayang.
"Kita mandi?"
Lebih baik ia mengangguk, lagi pula ia tidak mengerti cara memakai peralatan mandi di kamar mandi kehidupannya yang baru.
Dulu ia hanya ada bak mandi juga gayung. Sekarang begitu banyak benda yang tak dirinya mengerti apa gunanya.
Ia diam saja saat Alex menggosok punggungnya dengan lembut, membasuh kulit penuh hati hati seakan ia adalah benda yang mudah rapuh.
"Pa?"
kegiatan Alex berhenti, pria dewasa itu menoleh menatap pintu kamar mandi yang memang tidak di tutup.
"Kenapa?"
"Peralatan, baby."
Alex mengangguk, "Taro atas kasur."
Setelah selesai dengan memandikan anak bungsunya, Alex membaringkan badan mungil itu di kasur. Membiarkan Sagara yang mengambil alih.
Dan ia mandi untuk bersiap berangkat bekerja.
Sagara mengelap tubuh adiknya, kemudian membalurkan minyak telon ke tubuh yang terasa halus di tangannya. Ini akan menjadi sebuah candu yang memabukkan.
Menaburkan bedak bayi.
"Baby ... " suara itu terdengar dingin, membuat Ethan yang mengantuk langsung membulatkan matanya yang sudah bulat.
"Ung?"
"Don't sleep."
Mendapat anggukan dari sang empu, Sagara memakaikan sweeater oversize biru langit di padu dengan celana pendek hitam. Seperti biasa,
Memperlihatkan pahanya.
Sagara suka, adiknya terlihat seperti bayi. Kecil dan rapuh, walau sejatinya ia tau dulu Nathan adalah anak nakal yang selalu masuk jajaran tangkapan polisi.
"Ergh .. kau berat."
Tangan kecil yang semula melingkari leher abang tertuanya melonggar. Ia memberanikan diri menatap abang pertama, gugup.
" .. turun .. " cicitnya.
"Why? "
Sagara hanya bertanya, tidak berniat melepaskan adiknya dari gendongan. Tidak akan membiarkan Ethan menginjak lantai.
" .. berat."
"Abang berbohong."
Bibir mungil itu mengerucut tanpa sengaja dengan pipi yang mengembung. Sepertinya ia merasa kesal.
Sagara mengecupnya karena merasa gemas, jarang sekali adiknya menampilkan raut wajah seperti ini.
"Jangan seperti itu, mau cium lagi?"
Si kecil menggeleng ribut, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Hampir membuat ia menjengkang jika tidak di tahan.
Suara batuk terdengar berkali kali, "Shit."
KAMU SEDANG MEMBACA
E-than ✔
Teen Fiction[ Brothership, Bromance ] Ethan tidak mengerti apapun. Yang ia ketahui adalah, bahwa mereka menginginkan dirinya yang selalu merasa takut. Ceritanya agak meresahkan, buat yang gak nyaman dan gak suka ya jangan di baca lah.