>Down't get angry<

48.1K 4K 152
                                    

.

.

.

Sudah seminggu, sejak kecelakaan akibat jalan licin yang di alami oleh Nathan. Seminggu itu juga ia belum terbangun dari tidur nyenyaknya.

Dokter bilang jika Nathan mengalami syok akibat kejadian yang menimpanya, karena itu ia masih memilih tertidur nyenyak di alam bawah sadar.

Keluarga pemuda pendek itu hanya datang saat pertama kali ia di larikan ke rumah sakit dan membayar administrasi. Setelahnya tidak ada yang peduli bahkan hanya untuk menanyakam kabar saja tak ada satu pun.

Mereka memilih kembali sibuk dengan aktifitas masing masing.

Hanya Havid atau yang biasa di panggil Hapid dan Ray yang setiap hari berkunjung dan menemani teman pendek mereka seharian, atau ketika pulang sekolah.

"Cepet sadar dong, Nath .. "

Havid tidak pernah melepas genggaman Nathan, tangan itu masih terasa halus namun dingin.

Seakan tubuhnya kosong tanpa jiwa.

Luka luka yang sempat bertengger apik di kulit putihnya juga mulai mengering dan mengelupas tanpa meninggalkan bekas, karena salep pemberian dokter.

Tersisa luka basah di kepalanya yang masih terlilit perban, perawat bilang nanti malam akan di lepas karena sudah tertutup.

Ray hanya diam. Termenung, duduk di samping brankar sesekali menatap bulu mata lentik Nathan yang tak kunjung mengerjap.

Kegiatan mereka hanya itu setiap berkunjung, menunggu kapan teman mereka terbangun dari koma dan meninggalkan seindah apapun mimpi di dalam kegelapan.

Mereka juga sudah tau dari lama akan kelakuan keluarga Nathan, jadi tidak perlu di permasalahkan lagi.

Toh, mereka masih mampu menemani. Keluarga Nathan tinggal lunasi administrasi saja sudah sangat cukup bagi mereka.

Jika tidak pun keluarga Ray masih sanggup hanya untuk secuil biaya rumah sakit temannya.



"Eunghh .. sakit .. "

Havid melongo, sedangkan Ray cepat tanggap langsung memencet tombol untuk memanggil dokter agar segera datang ke ruangan.

Bermenit menit hanya ada keheningan, sampai sang Dokter datang dan langsung memeriksa.

"Pasien sudah sadar, tapi masih butuh istirahat. "

"Sakit banget?"

Havid mengelus kepala yang terlilit perban dengan lembut dan penuh kehati hatian, tak mau membuat temannya terluka lebih dari ini.

"Si-siapa? .. " suara itu terdengar lirih dan mencicit, beruntung karna ruangan sunyi mereka masih mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan.



"HAH? DOKTER TEMEN GUE NGAPE?"



"Sepertinya benturan di kepala nak Nathan terlalu kuat, saya juga tidak tau. Tidak ada masalah di kepalanya."

Ray menghela nafas, ujian apa lagi yang harus Nathan lewati. Jika Ray adalah pahlawan super maka ia sangat ingin mengubah kehidupan Nathan menjadi lebih bebas dan tenang.

Havid terdiam kaku. "M-makasi dok."

"Saya permisi. "

Setelah kepergian dokter, Havid langsung menggenggam lengan temannya yang mengkerut dengan pancaran penuh ketakutan.

Manik bulat itu bergetar.

"Ethan mau turun ... "

Suara itu kecil, untung Ray sudah mengorek kupingnya tadi malam, jadi ia masih bisa mendengar.

E-than ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang