.
.
.
Bagi seorang anak kecil yang di tinggal oleh segala hal yang seharusnya mereka dapatkan, dunia terasa abu abu. Tak ada warna. Dunia terlalu kejam untuk tubuh mereka yang rapuh.
Dimana mereka harus mengais ke setiap orang agar dapat merasakan rasa makanan dan mengganjal rasa lapar.
Meminta belas kasih agar mereka dapat hidup di esok hari dengan keadaan yang lebih baik atau dengan perut terisi.
"ugh, sakit .."
Laki laki kecil dengan poni yang hampir menutupi mata itu menekan perutnya yang mulai memberontak meminta sesuatu agar menghilangkan rasa lapar.
Ia hanya bergumam lirih, meminta tolong agar perutnya bersabar sedikit lagi.
Tuk!
Rambutnya bergerak ketika menoleh, menatap sterofom putih yang di letakan tepat di samping tubuhnya, lalu memperhatikan perempuan yang kini tersenyum lembut.
"Eum ... kamu belum makan, kan?"
Anak itu menggeleng.
"Kaka cuma punya ini, gapapa?"
Yang lebih kecil menatap berbinar sterofom di depannya, harum semerbak khas makanan membuatnya mengangguk semangat.
Perempuan itu mengelus surai yang terasa kusut di tangannya lalu tersenyum. "Di makan ya? Maaf aku cuma bisa ngasih ini. Kakak duluan, jangan kedinginan nanti sakit."
Laki laki kecil yang masih bersyukur akan nikmat hari ini tersenyum. "Makasih.." lirihnya.
"Hm, Dadah."
Ethan membuka sterofom di pangkuannya, nasi putih, tempe, tahu, juga perkedel terlihat menggiurkan sampai perutnya berbunyi.
"Ung .. " jemari kecilnya mengelus perut yang kian mengurus. "... makasi udah sabar."
Ia memakannya perlahan, dirinya takut tersedak, Karna tidak ada air yang bisa di minum, dan Ethan tak punya uang sepeser pun.
"Eh, kecil!"
Merasa terpanggil, ia menghentikan tangan yang hampir masuk ke dalam mulut, menatap bapak bapak yang berjalan mendekat sambil membawa karung di pundak.
"Punya makanan nih, bagi dong! Gue laper."
"Eum? ... Ethan juga .. " cicitnya.
"Yaelah, lu kan udah makan setengah. Gantian gue! Gue belum makan dari kemaren!"
Jemari itu bergetar, ia bimbang. Perutnya masih bergejolak lapar dan tak merasa puas, tapi di satu sisi Ethan tak tega mendengar keluhan orang tua di depannya yang belum makan sedari kemarin.
"Ethan kenyang, buat bapak aja .."
Pria dengan kumis juga baju lusuhnya tersenyum, tangan yang masih kotor terulur untuk mengambil sterofom yang di tersodorkan oleh tangan yang lebih mungil.
"Nih gue punya aqua gelas, setengah setengah tapi! Lu dikit aja."
Ethan tersenyum kecil, "Iya."
Anak itu kemudian terdiam memandang jalanan sepi di depannya, ia beristirahat di depan rumah kosong tapi sepertinya baru di tinggal oleh sang pemilik.
Memeluk perutnya, dan mencoba mengabaikan si bapak yang sibuk mengunyah makanan tepat di belakang.
Sakit ...
Manik hitam boba itu berair, perutnya masih meminta sesuap makanan.
Srek
"Mau kemana lu, bocah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
E-than ✔
Teen Fiction[ Brothership, Bromance ] Ethan tidak mengerti apapun. Yang ia ketahui adalah, bahwa mereka menginginkan dirinya yang selalu merasa takut. Ceritanya agak meresahkan, buat yang gak nyaman dan gak suka ya jangan di baca lah.