2. Hiu?

3 3 0
                                    

Hai gays! Seperti biasa, setelah baca jangan lupa kasih judul cerita ini lewat komentar ya!
Vote juga!
Happy Reading!

*

Seperti yang kalian tau, aku mengagumi seorang laki-laki bernama Sura. Setiap kali bertemu dengannya di sekolah, rasanya aku ingin mengajaknya berbicara. Sayangnya Sura itu termasuk golongan orang-orang yang irit bicara.

Entahlah, sebenarnya aku ini mengaguminya atau menyukainya. Aku tak tahu. Tapi, kurasa aku hanya mengaguminya, karena dia rajin, karena dia disiplin, karena dia tidak banyak tingkah, dan yang paling ku suka dirinya adalah dia laki-laki yang kalem. Aneh sekali diriku ini.

Sekarang, aku sedang duduk di teras kelasku, ku pantau Sura dari kejauhan. Dia sedang duduk di kursi teras bersama Tama--teman sekelasnya. Ku pikirkan apa yang bisa ku jadikan alasan untuk bisa mengobrol dengannya. Aku ingin mendengar suaranya.

Cling! 🌌

Aku berjalan mendekat ke arah kedua laki-laki tadi.
"Ekhem!" dehemanku menarik perhatian keduanya.

"Ngapain kamu?" tanya Tama padaku. Dia heran padaku. Gak ada hujan, gak ada angin tiba-tiba nyamperin.

"Hahaha" tawaku garing, sambil mengibaskan tanganku di depan wajah ku, kenapa udara di sekitarku terasa menipis.

"Kenapa?" sekarang aku mendengar suara Sura, aku tersenyum padanya, kemudian beralih menatap Tama.

"Aku sedang mencari seseorang di mimpiku. Minta bantuan ya?"

"Hm?" kedua laki-laki itu nampak bingung.

Wah! Bukankah alasanku ini begitu konyol? Apakah mereka akan percaya?

"Gimana caranya?" Tama menatapku serius. Di luar dugaan, Tama terlihat begitu antusias dengan seseorang di mimpiku.

"Gini" aku menggaruk keningku yang tak gatal. Bingung ingin mengatakan apa lagi.

"Tirukan kata-kataku ya.. " ucapku setelah beberapa detik berfikir.

"Cahaya rembulan" ucapku sembari memasang wajah serius.

"Cahaya rembulan" ucap Tama, mengikuti gaya bicaraku.

"Hm..Bukan." ucap ku setelah pura-pura berfikir.

Aku beralih menatap Sura, laki-laki itu tengah tersenyum. Senyum khas yang menunjukkan deretan gigi putihnya. Sura berdiri, tepat di hadapanku. Dia sedikit menunduk, mensejajarkan tingginya dengan tinggiku.
"Cahaya rembulan" ucapnya.
Aku terpaku, jangankan bergerak, berkedippun tidak. Tapi aku senang, akhirnya aku bisa mendengar suara itu. Suara yang sangat ku rindukan.

"Hm?" gumamku tanpa sadar.

"Cahaya rembulan" Sura mengulangi kata-kata itu lagi. Mungkin dia berfikir aku kurang mendengar ucapannya.

"Kenapa diam?" tanyanya karena aku tak kunjung bergerak ataupun menjawab.

"Ketemu! " teriakku heboh sambil mundur satu langkah. Dekat dengan Sura membuatku tak bisa bernafas. Sura dan Tama jelas terkejut karena aku berteriak secara tiba-tiba.

"Nyari apa sih?" tanya Tama. Jelas dia bertanya tentang mimpiku. Laki-laki itu masih duduk manis di bangkunya.

Sura kembali duduk di samping Tama. Dan aku duduk di kursi tunggal depan mereka.
"Nyari apa?" ulang Tama karena aku tak juga menjawab.

'gak tau lagi mikir apa?!' batinku kesal.
"Hiu!" seru ku heboh.

"Hiu??" ucap Sura dan Tama hampir bersamaan.

"Iya hiu!" ucapku kembali heboh.

"Jadi.. Maksudmu.. Aku hiu-nya?" tanya Sura sambil menatapku. Kenapa laki-laki itu begitu serius? Aku jadi meleleh di tatap seperti itu, huwaaaaaa!

"Eh.. Bu-bukan begitu maksudnya.. Maksudku..." aku jadi gugup, bingung harus menjawab apa.

"Hiu itu jelmaan laki-laki yang ku suka" lirihku sambil menunduk. Tama tertawa keras mendengar ucapanku, tapi aku tak mendengar suara Sura.

"Jadi kau menyukai Sura?" tanya Tama masih sedikit tertawa.

"Ya" jawabku tanpa sadar, masih menunduk. Seketika suara tawa Tama menghilang.

"Ana.. " Itu suara Sura. Ya, dia memanggil namaku. Ana:)

Aku mendongak menatap Sura. Dia juga menatapku. Kenapa? Ke-kenapa jantungku berdetak begitu kencang? Hais.. Jantungku~ HUWAAAAA!!!~

"Ana, aku suka padamu." ucap Sura sambil tersenyum manis dan tetap menatapku.

Mataku membulat sempurna mendengar 4 kata terakhir yang Sura katakan.
"HEEHHHH!!!!" teriakku sangat keras. Entah seperti apa bentukku saat itu.


*

"BANGUNNN!!!" itu suara ibuku.

Ternyata cuma mimpi huh? Heh! Padahal terasa begitu nyata. Suraaaa.. Aaaaa~

"Kenapa ibu malah membangunkankuuu? Padahal mimpiku sedang bagus.. Huwaa" rengekku kesal.

"Kau tak ingin sekolah hah?!" ucap ibuku ikut kesal kemudian keluar dari kamarku.

Aku menyibak selimutku. Duduk dengan rambut acak acakan seperti singa jantan. Jadi itu tadi benar-benar hanya mimpi huh? Jadi bagaimana kelanjutan kisah tadi, entahlah aku sudah terlanjur bangun.

Tak apa, aku harus segera memulai hari. Pagi itu aku bangun dengan perasaan senang. Aku segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah. Segala hal ku jalani dengan semangat karena mengingat 4 kata-kata terakhir Sura padaku. Yah, walaupun.. Hanya mimpi.

Oyyyy! Suraa! Aku juga menyukaimu! :)

Gila gila gila.
Heh!
Authornya gak jelas heuhh!
See you!

Sejuta Rasa-Sejuta CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang