Cerita ini terinspirasi dari pengalaman ku 3 tahun lalu, tepatnya saat aku kelas 7.
***
Pagi pagi sekali, bahkan matahari belum terbit sempurna, aku, ibu, dan adikku sudah berangkat ke ladang. Hawa dingin serasa menembus jaket yang ku pakai. Perjalanan kami menuju ladang terasa lebih cepat karena di iringi obrolan-obrolan kecil dan candaan ringan.
Sesampainya di ladang, aku segera menyapu gubuk kecil yang ayahku buat saat aku masih sekolah tk. Semyumku mengembang saat mengingat tentang ayahku, sekarang beliau sedang merantau, jauh ke bagian tengah Indonesia.
Waktu masih menunjukkan pukul 6:15, aku segera berganti baju dan membantu ibu menyadap karet, nderes_begitulah sebutannya. Bersenandung kecil, aku segera menuju bagianku, lahan yang berada di samping kali, di mana posisi tanahnya naik turun tidak rata. Aku memang tidak banyak membantu, tapi setidaknya aku bisa sedikit mengurangi rasa lelah yang ibuku rasakan. Dengan semangat yang sudah terbakar, aku mulai menderes karet satu per satu.
"Mel! Periksa hpnya! Nanti sudah mulai daring!" teriak Ibuku, dari jarak 50 meter, saat aku hampir menyelesaikan bagianku.
"Iya Mak!" jawab ku kemudian menuju gubuk, mencuci tangan dan mengambil tas kecil berwarna hijau yang ku gunakan untuk menyimpan hp ku. Tersenyum aku melihat benda pipih persegi panjang yang baru di belikan untukku itu. Walaupun seken, akan tetap ku syukuri, setidaknya masih terlihat mulus, dan berfungsi dengan baik.
Ku buka, dan ku nyalakan data seluler nya. Menunggu loading sebentar, dan benar saja, daringnya sudah mulai.
Oh, ya. Aku lupa bilang, kalau sebenarnya aku sekolah secara daring sekarang. Aku juga membawa buku saat berangkat tadi, dan ya, aku daring di ladang. Untung sinyalnya di sini bagus, jadi daringku lancar tanpa halangan. Mengisi daftar absen, kemudian memeriksa tugas yang di berikan guru.Oke, tunggu loading sebentar, nah tugasnya sudah muncul. Aku segera naik ke gubuk, menyiapkan alat-alat tulisku, dan mulai mengerjakan tugas selagi ibuku melanjutkan pekerjaannya.
Aku selesai dengan tugas daringku, bersamaan dengan ibuku yang selesai nderes. Kami beristirahat sejenak, sambil menunggu getah karetnya menetes.
Karena di rasa getah karetnya sudah cukup banyak, hari ini kami akan memulungnya_mengumpulkan jadi satu, lalu menjual ke pengepul karet, yang biasa membeli karet dari petani karet seperti kami.
Setelah selesai memulung karet, ibuku mengantarnya ke pengepul, sedangkan aku dan adikku masih menunggu di ladang. Sembari menunggu ibu menjemput, aku kembali mempelajari materi sekolah dengan menonton Youtube.
***
Waktu terus berjalan, beberapa bulan pun sudah terlewati. Dan Rutinitas ku tetap sama, membantu membersihkan rumah, daring sambil bantu ibu nderes, pulang, mandi makan, tidur, dan terus terulang.
Hingga UAS pun tiba, aku semakin rajin belajar, persiapan menghadapi ujian. "Semangat Mel belajarnya, lakukan yang terbaik" ujar kakakku memberi semangat saat kami video call.
Tak terasa, hari pembagian raport pun tiba. Hari ini semua murid di kumpulkan di sekolah, tentu untuk mengambil raportnya. Aku duduk dengan gelisah, keringat dingin membanjiri keningku, dan degup jantungku berdetak abnormal. Aku terus merapalkan doa, meminta agar tuhan membalas kerja kerasku, doa ibuku, dan suport keluarga ku dengan balasan yang setimpal.
Betapa senangnya aku, saat namaku terpanggil menjadi juara 1 kelas 7.2 saat itu. Tak henti-hentinya aku merapalkan puji syukur pada-Nya.
"Mak, Pak. Melani berhasil." gumamku dalam hati.Perlahan aku maju, menerima raport sekaligus piagam dari wali kelas ku. Senyumku mengembang sempurna, tepuk tangan dari teman-teman memenuhi seisi ruangan.
"Dan sejak saat itu, aku percaya bahwa segala sesuatu yang ku usahakan dengan sungguh-sungguh, akan mendapatkan balasan yang setimpal."
END.
Minggu, 30 Oktober 2022
Tetap semangat, dan sehat selalu :)