Bel istirahat pertama berbunyi, membuat seluruh siswa/siswi keluar dari kelasnya. Kebanyakan pergi menuju kantin, biasanya aku juga. Tapi, kali ini aku memilih pergi ke perpustakaan untuk mempelajari materi matematika yang belum ku pahami, sekalian mengembalikan buku karya sastra yang ku pinjam kemarin.
'Ngeeekkk... ' pintu perpustakaan yang sudah berumur itu berbunyi, menandakan ada seseorang yang memasuki perpustakaan. Karena penasaran, aku menoleh ke arah pintu, dan yaps! Sesuai dugaanku itu Kak Monica, karena saat jam pertama Kak Monica sering ke perpustakaan, aku jadi hafal.
Dia adalah salah satu 'mantan' anggota OSIS inti, karena sekarang ia sudah kelas 9. Aku pertama kali melihatnya sewaktu pidato kampanye pemilihan ketua OSIS. Saat ia berpidato hanya suaranya begitu monoton, wajahnya tanpa ekspresi, selalu seperti itu. Penilaian pertama yang ku berikan padanya saat itu adalah dia orang yang jarang tersenyum dan sombong. Tapi aku penasaran, sebenarnya apa yang membuat begitu banyak siswa memilihnya menjadi wakil ketua OSIS?
"Aku boleh duduk di sini?" tanya Kak Monica membuatku mendongak menatapnya.
"Silahkan Kak" ujarku sambil tersenyum padanya, ia tetap memasang wajah datarnya, lalu duduk di sebelahku.
Ku rasa ia duduk di sebelahku karena tempat yang biasanya ia pakai untuk duduk banyak tumpukan buku baru yang belum di susun, juga tempat dudukku dekat jendela, cukup strategis.Beberapa menit berlalu, dan kami sibuk pada kegiatan masing-masing.
Weh! Kenapa MTK-nya sulit sekalii?! -batinku frustasi. Tanpa sadar aku sampai membanting pulpenku ke atas meja.
"Kenapa?" tanya Kak Monica sambil menatapku, jangan lupakan wajah dan suara datarnya itu."SUSAH!" teriakku sambil memasang tatapan penuh permusuhan ke arah buku matematika di atas meja. Beruntung perpustakaan hanya terisi aku, kak monica, dan ibu penjaga perpus, jadi tidak banyak yang terganggu.
Kak Monica meletakkan buku yang tadi ia baca. Kemudian gadis berkacamata itu melihat buku-ku.
"Yang mana?" tanyanya lagi."Yang ini.. " jawabku sambil menunjuk soal nomer 14.
"Kamu ngerjainnya gimana?" Kak Monica memperhatikan soal di buku itu dengan serius.
"Kayak gini?" aku menunjukan buku coret-coretanku.
"Caranya salah." ucapnya singkat setelah melihat coretan angka yang ku buat.
Kak Monica mengambil pulpenku yang ada di atas meja, kemudian mulai menuliskan deretan angka.
"Perhatikan baik-baik." ucapnya bagai perintah, aku langsung mendekat dan memperhatikan dengan serius setiap penjelasannya.Sekarang aku paham, paham kenapa kakak kelasku satu ini di sebut-sebut sebagai 'Ratu Rumus Angka' di sekolah. Sebenarnya tidak hanya di bidang matematika saja, ia juga menjadi juara umum tahun lalu. Penjelasannya mengenai rumus matematika benar-benar membuat ku paham. Bahkan, ia juga memberi tahu ku beberapa cara yang lebih mudah untuk mengerjakan soal-soal itu! Luar biasa! Rasanya kadar semangat ku semakin bertambah!
"Paham?" tanya Kak Monica di akhir penjelasan.
"Woah! Paham Kak! Terima kasihhh!!! " seru-ku kelewat senang.Ia mengangguk, sambil tersenyum. Wah.. Aku baru pertama kali melihat Kak Monica tersenyum.
"Sama-sama, Ana.""Heh? Tau namaku?!" teriakku kelepasan.
"Namamu tertera jelas di seragam." jawabannya datar.
Aku melihat ke arah name tag milikku, "Iya ya?" aku nyengir tak jelas. Aku selalu penasaran pada Kak Monica, mumpung bareng coba ngobrol apa yak?
"Kak?" panggilku, ia menoleh padaku.
"Kakak suka MTK?" tanyaku pada Kak Monica.
"Lumayan.. "