Happy Reading 🌱
"Heh lu sakit apaan?" Hendery merebahkan tubuhnya di samping Nana.
Baru saja Nana bisa memejamkan matanya setelah ia kenyang, Caessa pamit pulang. Eh berganti Abangnya yang datang.
"Biasa bulanan," Jawab Nana datar, ia masih berusaha memejamkan matanya, mengabaikan eksistensi Hendery di sampingnya.
"Sakit banget emang?" Tanya Hendery penasaran.
"Menurut lo? Gue ampe nggak kuliah gini!" Nana langsung membuka matanya, kemudian mencubiti lengan Hendery kesal.
"Aw, sakit weh. Galak banget njir, padahai gue nanya baik baik." Hendery memegangi lengannya yang terasa panas.
"Ya lagian, ngeselin."
Sebelum Nana semakin meledak, Hendery menarik Nana kedalam pelukannya. "Udah udah, ayo bobo. Gue puk pukin sampe tidur." Hendery menepuk nepuk pelan punggung Nana.
"Hmm," Gumam Nana, menyamankan posisinya di pelukan Hendery, menikmati pukpukan di punggungnya.
Hingga perlahan Nana terlelap di pelukan hangat Hendery.
Tanpa mereka sadari, ada sosok lain yang menatap dengan tatapan terluka di sela pintu yang tidak tertutup rapat itu.
🌵💚🌵
"Jeno pulang!" Jeno meletakkan sepatunya di rak.
"Dari mana lo, Jen?"
Jeno sedikit tersentak, melihat Mark yang ternyata duduk di sofa ruang tengah dengan bersedekap dada.
"Ngagetin aja lo Bang. Gue abis anterin, Caessa balik," Jawabnya mendudukan dirinya di sofa seberang Mark.
Mark mengerutkan keningnya. "Kok bisa?"
Jeno menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa terlebih dahulu, "Heem, tadi ketemu di deket gazebo teknik, dia sendirian. Nana lagi sakit, terus minta temenin makan di pujasera, ternyata kita sama sama nggak ada kelas, yaudah sekalian gue anterin pulang."
"Oh gitu." Jawab Mark datar. 'Pantes dari tadi chat gue di abaikan, lagi sama Jeno ternyata,'
"Nih, nasi padang." Jeno memberikan satu bungkusan di tangannya pada Mark, justru di balas tatapan tak bersahabat olehnya.
"Nggak mau lu? Rugi," Cibir Jeno, ia langsung meletakkannya di meja.
Kemudian ia masuk ke dapur mencuci tangannya. Lalu kembali ke ruang tengah langsung membuka bungkusan nasinya.
"Hemm wanginya semerbak," Godanya dengan wajah tengilnya.
Mark menelan ludahnya, wangi nasi padang memang tak ada duanya.
"Gilasi enak bet rendangnya," Gumam Jeno saat merasakan empuknya daging rendang di dalam mulutnya.
Jeno menatap Mark bingung yang tiba tiba pergi.
Mark kembali dengan dua gelas di tangannya, kemudian meletakkannya di hadapan Jeno. "nih biar nggak keselek."
Kemudian ia mengambil bungkusan nasi padang di samping kiri Jeno dan membuka bungkusan nasinya.
"Dih, tadi nggak mau?" Ledek Jeno.
"Kasian nasinya, nggak tega gue, nanti nangis nasinya kalo di cuekin."
"Dih, bilang aja gak kuat ama godaannya." Jeno menyipitkan mata sipitnya.
"Diem deh jen, kalo makan jangan banyak bacot. Ntar keselek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Boy
Teen FictionJevano kehilangan sepasang sepatunya sehabis jamaah ashar di masjid. Dan sialnya dua puluh menit lagi ia ada kelas. Ingin kembali ke rumah sepupunya, namun waktunya tidak akan cukup jika harus kembali. Tiba tiba seorang perempuan mendekatinya, mem...