Perkara 4

318 59 2
                                    


Karena lama ga up, jadi part ini special ya. Paanjaaang. Jadi silahkan cari posisi enak dlu untuk membaca.


Happy Reading🌱

"Caessa!" Panggil Jeno. Melihat perempuan berambut pendek dengan pipi chubby yang lewat di dekat gazebo teknik.

"Hah?" Caessa menjawab sambil memicingkan matanya, mencari asal suara.

"Kok sendirian, Nana mana?" Jeno menghampiri Caessa yang hanya berjalan sendirian.

"Nggak masuk dia, perutnya kram tadi pagi."

"Hah? Kok bisa?" Jeno mengerutkan keningnya bingung.

"Biasalah cewek."

"Ooh gitu." Jeno membulatkan mulutnya, seketika ia mengingat jika semalam ia sempat menutupi bocoran Nana dengan jaketnya.

"Ini lo panas panas sendirian mau kemana?"

"Kantin, tapi males banget sendirian. Temenin gue kek," Rutuk Caessa.

"Hem yaudah ayo. Pujasera aja gimana?" Tawar Jeno.

"Ho yaudah ayo, jadi pengen soto sana gue." Caessa mengnggukkan kepalanya setuju.

Jangan heran mereka memang agak sedikit akrab, yah karena pernah satu kelompok saat ospek di Universitas dulu. Jadi selama dua hari mereka bareng bareng terus, alhasil mereka akrab sampai saat ini, walaupun hanya via chat si, fakultas mereka beda, jadi jarang berpapasan di kampus.

Kemudian mereka melangkah menuju gedung utara kampus, melewati parkiran teknik dan fakultas kesehatan, sedikit belok kanan, akhirnya mereka sampai di tempat pujasera kampus berada.

Kebetulan jam makan siang sudah lewat, jadi banyak bangku kosong yang tersedia.

Caessa langsung di suruh Jevano mencari kursi pinggir dekat pesawahan, sedangkan Jeno langsung memesan ayam bakar dengan soto milik Caessa.

Tak lama kemudian Jeno kembali dengan membawa nampan berisi semangkok Soto dan Ayam bakar, berikut dengan dua cup besar es jeruk peras. Dengan hati hati ia meletakkan bawaannya ke atas meja.

"Nih makan sotonya." Jeno mendekatkan sotonya ke hadapan Caessa.

"Waduhh, wanginya menggoda banget." Caessa menelan ludahnya mencium wangi aroma sotonya yang menguar semerbak, bahkan perutnya langsung berbunyi, meronta minta di isi soto.

Jeno menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Caessa. Ia mengembalikan nampan yang ia pakai terlebih dahulu sebelum mendudukan dirinya di depan Caessa.

"Anjir surga dunia, enak banget emang soto pujas, gak ada duanya." Panas panas, makan soto, semakin keringetan lah.

Tak lupa pula Caessa menambahkan tiga sendok cabai di atas mangkoknya. Yang mana langsung membuat Jeno bergidik ngeri melihat mangkok soto Caessa yang awalnya berwarna kuning, kini berwarna merah segar.

"Gila, itu kuah ngapa jadi merah begitu, serem banget. Nggak kasian sama lambung lo?" Jeno bergidik melihat, kuah yang awalnya kuning bening kini menjadi merah merona.

"Ih gini nih enak banget tau Jen. Lo mau cobain?"

Jeno menggelengkan kepalanya, ia masih sayang lambungnya.

"Nah mangap." Caessa dengan baiknya justru menyodorkan sesendok sotonya pada Jeno. Hendak meyuapkan sesendok sotonya pada Jeno.

Melihat tatapan Caessa yang sangat sangat nampak antusias, dengan ragu ragu Jeno memajukan kepalanya, memasukkan sendok di tangan Caessa kedalam mulutnya dan.

Cinderella BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang