Bagian 4: Marquess De Lilac

1.4K 270 11
                                    

Ini.. gawat!

Resleting gaunnya berada di belakang punggungku. Tangan kecil nan pendek ini mana bisa sampai! Dengan susah payah, aku mencoba meraih resleting yang membuat bagian belakangku menggigil kedinginan. Percuma saja..

Dari lubuk hati yang paling dalam, aku tidak ingin membuat Izekiel melihat sisiku yang memalukan lagi. Tapi situasi ini memaksaku untuk melakukannya sekali lagi.

Aku berjalan mendekat kearah pintu. Kembali menempelkan tubuhku yang berbalut gaun coklat. Mengetuk pelan dan berbisik,

“Izekiel? Kau disana?”

“Ya, lady. Saya disini.”

Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih kencang. Darahku terpompa lebih cepat. Nafasku tersenggal dan kerongkonganku mengering dalam sekejap. Aku memegangi dadaku, merasakan degup jantung yang serasa ingin melompat keluar-

“Lady?”

“Ya! Oh, ya.. Itu.. anu… G-gaunnya- resleting gaunnya ada di.. belakang., Jadi.. begitu-”

“Resleting? Ah- B-benarkah? M-maafkan saya lady! Saya tidak tahu jika gaunnya berresleting di bagian belakang- A-apa perlu saya ambilkan gaun yang lain?”

Kelihatannya Izekiel sama gugupnya denganku. Lucu sekali..

“Aku tidak ingin merepotkan Izekiel lebih dari ini.. Jadi tidak usah. Aku akan berusaha lagi agar gaunnya terpasang!”

“..eumh, lady? Apa lady keberatan jika saya yang memasangkan resletingnya? T-tentu saja saya tidak akan berbalik kearah lady! Saya pastikan akan terus menutup mata saya..!”

Hening seketika. Aduh, bagaimana ini? Jantungku berdetak lebih kencang! Apa Izekiel mendengarnya? Tidak mungkin, kan? Ada pintu yang menghalang. Tetapi bagaimana kalau kedengaran? Aku bisa merasakan kalau jantungku sedang melompat-lompat didalam!

"..lady, saya tahu permintaan saya ini diluar tata krama., jadi-"

Aku membuka pintu. Menarik gagang pintu dan menatap Izekiel dengan malu-malu.

"M-mohon bantuannya!"

Kulihat wajah Izekiel yang tertegun kaget. Dengan wajah malu-malu dan canggung, dia mengangguk.

Kami berdua terjebak didalam kamar yang tiba-tiba terasa sesak. Atau mungkin hanya perasaanku saja? Bahkan darahku terasa dipompa dengan terburu-buru- Bisa-bisa aku mati karena serangan jantung!

Kutarik nafasku dalam-dalam. Menghirup oksigen dan menukarnya dengan karbon dioksida, kemudian menghembuskannya kembali.

Kami berada di hadapan cermin. Cermin yang memantulkan diriku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Lady, boleh saya bertanya?"

"..boleh saja."

Izekiel menyingkirkan surai violetku yang mengganggu dengan lembut. Memberikannya padaku. Aku menerimanya dengan kaku, menaruhnya didepan bahuku.

"Lady benar-benar bukan malaikat?"

"Bukan."

Aku cepat-cepat menjawab. Menguatkan argumenku.

"Benarkah? Kurasa tidak akan ada gadis yang bisa terjun dari langit seperti yang lady lakukan.."

Dia memang.. pintar!

"..ekhem! Aku., jangan pikirkan aku."

Izekiel terlihat tersenyum saat aku melirik ke pantulan wajahnya di cermin. Walau samar-samar karena tertutup oleh suraiku.

𝐁𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔; (𝐈𝐙𝐄𝐊𝐈𝐄𝐋 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang