01

38 2 0
                                    


















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Terik matahari berhasil membuat sekumpulan siswa berpindah tempat─ mencari yang lebih teduh.

"Lagian lo kenapa milih di lapangan banget sih, Ar?" Celetuk Jayden.

Artur─ si ketua osis itu hanya diam.

Baru saja akan memulai rapat lagi, atensi mereka kini beralih ke seorang perempuan bersama temannya yang baru datang.

Perempuan bersurai panjang itu langsung menarik teman nya dan berbaur diantara barisan anak osis lainnya.

"Kamu yang baru datang"

Mata perempuan itu terbelak. Ia terkejut karena telunjuk Artur mengarah ke dirinya. "S─saya kak?"

"Maju sini"

"Teman saya juga nggak kak?"

"Kamu saja"

Dengan langkah penuh ragu, ia mulai mendekat ke arah Artur.

"Coba perkenalkan diri"

"Halo semua", Sapa perempuan itu dengan senyum dan tangan yang melambai pelan. "Nama saya Anami, panggil aja Nami, dari kelas 10 ipa 2, salam kenal"

Artur mengangguk-ngangguk pelan. "Denger-denger kamu sekertaris ya di kelas?"

"Iya kak, itu juga karena salah pa─"

"Ya sudah, mulai hari saya umumkan sekertaris baru kita adalah Anami" Potong Artur. "Rapat hari ini selesai, kalian boleh bubar, terima kasih"

Anami membelakkan matanya tak percaya. Sekujur tubuhnya seketika bergetar, ditambah sekumpulan anak osis yang benar-benar bubar─ seperti tidak ingin mendengarkan pendapatnya.

"Kak" Lengan Artur kini digapai Anami. "Saya nggak mau jadi sekertaris, berat kak"

"Have you ever tried?"

Anami sedikit cengo tapi setelahnya ia menggelengkan kepala.

"Then, good. Coba aja dulu"

Artur berusaha menyingkirkan tangan Anami, namun perempuan itu menahannya lebih kencang. "Nami, tangan lo"

"Nggak bisa diganti kak? Ada temen saya─",

"Gue─lo aja, rapat udah kelar"

"I─iya, ada temen gue yang bersedia kak, iya kan Adel?", Kamu melihat ke sekitar namun sosok yang kamu maksud juga sudah ikut menghilang. "Adel?"

"Lihat kan? Temen lo nggak mau"

"Kak"

"Jangan buang waktu, gue mau makan"

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang