04: Pergi

19 3 0
                                    

Selamat membaca.......

"Mereka anak ku kan?"

...

"Mereka bertiga anakku juga kan?" Ucap Mingyu mengulangi pertanyaannya tadi.

"Tidak! Mereka hanya anakku!" ucap Wonwoo sedikit berteriak.

"Hyung, kumohon jangan berbohong. Aku yakin mereka anakku juga," ujar Mingyu.

"Tidak, mereka hanya anakku!," ulang Wonwoo lagi dengan nada datar kali ini.

"Hyung! Jangan egois!" Tanpa sadar Mingyu membentak Wonwoo.

"Aku egois? APA KAU TIDAK SADAR TUAN KIM MINGYU YANG TERHORMAT?! KAU SENDIRI YANG MENOLAK MEREKA!" balas Wonwoo juga ikut membentak.

Mingyu terdiam sesaat, ia ingat. Beberapa jam sebelum ia kecelakaan, ia sempat menolak anak yang di kandung Wonwoo.

"Maaf, tapi aku terlalu terkejut saat itu. Aku tanpa sadar mengatakan itu, maafkan aku hyung," ucap Mingyu sambil menunduk, tak memiliki cukup keberanian untuk menatap mata Wonwoo.

"Pergilah, Ibu mu juga menolak ku dan anak-anak ku. Kami sudah bahagia tanpamu," ucap Wonwoo dengan dingin.

"Kumohon, izinkan aku menemui mereka setiap hari. Aku juga Ayah mereka," mohon Mingyu sambil bertekuk lutut di hadapan Wonwoo.

"Mereka tidak membutuhkan Ayah seperti mu," sarkas Wonwoo.

"Kumo–"

Brak

Omongan Mingyu terpotong karena pintu ruangan terbuka dengan kasar. Sosok anak kecil dengan wajah datar memandang kedua orang dewasa itu dengan datar. Tatapan tajam ia berikan kepada mereka, tidak, lebih tepatnya untuk Mingyu.

"Pergi," ucapnya dengan dingin.

"Jeno....." ujar Wonwoo dengan lirih.

"Aku, Chan hyung, dan Jeje tidak memerlukan anda. Kehadiran anda, merusak keluarga kami yang bahagia," ucapnya lagi.

Di belakang Jeno, ada Chan dan juga Jeongwoo. Tangan Chan terkepal erat, sedangkan Jeongwoo menatap Mingyu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Maafkan Ayah, kita bisa memulainya lagi dari awal kan?"

Mingyu beranjak dan menghampiri tempat Jeno berdiri.

"Apa yang ingin anda mulai? Anda sudah mengakhirinya. Kami tidak memerlukan Ayah yang menolak kami bahkan sebelum kami lahir,"

Bak di sambar petir, Mingyu terduduk lemas sambil mencoba meraih tangan Jeno. Mingyu sangat amat terkejut dengan perkataan Jeno, ia sangat bingung bagaimana anak berusia 6 tahun bisa berbicara seperti itu.

Sama seperti Mingyu, Wonwoo juga terkejut. Dari mana Jeno belajar kata-kata tersebut?

"Pergi," ulangnya.

"Jeno maafkan Ay–"

"Ayah ku sudah mati! Aku hanya memiliki Papa!" teriak Jeno.

"Pergi! Pergi kau orang jahat!" Ucap Jeongwoo ikut berteriak.

Mingyu menatap ketiga anaknya dengan sayu, ia tersenyum dan bangkit. Mingyu hendak mengelus surai Jeno namun dengan kasar langsung di tepis oleh sang empunya.

Tanpa menghilangkan senyumnya, Mingyu melangkahkan kakinya, dan tak lupa memandangi wajah Wonwoo sebentar.

"Maaf," itulah kata terakhir yang Mingyu ucapkan sebelum ia pergi.

"Jeno...." panggil Wonwoo dengan pelan.

Jeno lantas berlari dan memeluk tubuh Wonwoo. Ia menangis sejadi-jadinya. Jeno sangat amat jarang menangis seperti ini, biasanya ia hanya akan meneteskan air matanya saja dan terisak kecil. Tapi kali ini, ia menangis dengan keras seperti anak kecil lainnya.

Treasure (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang