CHAPTER 1 (Part 4)

83 5 0
                                    


Baibua melangkahkan kaki dan berhenti di depan ruang latihan musik fakultas. Terdengar suara langkah kakinya setengah berlari, sepertinya dia sedang terburu-buru. Dia mendengar suara cello bernada lembut ketika dia mengulurkan tangan untuk meraih kenop pintu. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk membuat semuanya terlihat normal, kemudian membuka pintu di depannya. Dia melihat teman dekatnya sedang duduk membelakanginya. Sepertinya seseorang itu sangat fokus memainkan alat musiknya, sehingga dia tidak tahu ada seseorang yang datang.

"Ee ehm..."

Musik tiba-tiba berhenti, pemuda itu menoleh untuk melihat siapa yang datang.

"Sudah lama di sini, Baibua?"

"Sudah beberapa saat. Melihatmu sedang fokus berlatih, aku tidak ingin merusak suasana hatimu."

"Em, terus ada apa? Apakah kamu berlatih juga? Di mana biolamu?" Kim melihat Baibua datang dengan tangan kosong.

"Tidak.. aku hanya ingin ke loker dan mendengar suara cello, kupikir itu pasti kamu. Terus, kamu sedang berlatih lagu untuk audisi?"

"Ehm, iya. Aku ingin melakukannya sebaik mungkin." Kim memulai untuk memainkannya lagi, tetapi dia melihat Baibua masih berdiri dengan canggung.

"Ada apa?"

Baibua terkejut, lalu dia menanyakan hal lain untuk mengalihkan pertanyaannya.

"Emm.. apakah Phi Rain belum menjemputmu?" Kim merasa heran dengan pertanyaan Baibua, dia meletakkan busur di sebelah cello.

"Biasanya, Phi Rain tidak pernah menjemputku, ada apa deganmu?"

"Eee.. eee... benar juga. Aku lupa. Kalau gitu.... Aku... pergi ke klub botani dulu, sudah waktunya menyiram tanaman. Aku pergi dulu."

Baibua buru-buru pergi karena malu. Kim berbalik melihatnya sebelum melanjutkan bermain cello. Kemudian dia berbicara lagi tanpa melihat Baibua.

"Kan Phi Phayu yang biasanya menjemputku, Baibua!"

Tidak ada tanggapan dari Baibua. Dia sudah menutup pintu, sepertinya dia sudah tidak mendengar perkataan Kim. Kim sibuk dengan pikirannya lalu tersenyum di sudut bibirnya kemudian melanjutkan bermain cello.

Phayu.. Pria yang hangat

Di ruang latihan judo, beberapa pasang mata menatap ke tengah lapangan. Dua pemain judo berbaju putih dengan sabuk hitam sedang berlatih. Dalam judo, selain menggunakan keterampilan menjatuhkan lawan ke matras, juga membutuhkan kekuatan dan kecepatan untuk menjatuhkan lawan.

"Egh..." Suara M, teman laki-laki Phayu, bergumam keras. Phayu menyeka tetesan keringat di ujung hidungnya. Kemudian dia membiarkan M yang terlempar yang sedang berusaha untuk berdiri, lalu dia menjatuhkan M lagi.

"Hey, Phayu. Kamu kenapa? Apa kamu marah denganku?"

Phayu tiba-tiba menyadari bahwa dia benar-benar berlebihan.

"Maaf. Aku tidak bermaksud."

"Tidak bermaksud? Kamu memukulku dengan sangat keras! Jika kamu sepenuhnya sadar, kamu mungkin akan mematahkan tulang ekorku, Yu?"

"Kamu balas dendam pada siapa, kenapa melampiaskannya padaku?"

Phayu merenungkan kata-kata temannya, lalu dia menyadari bahwa ini mungkin yang disebut.. Mekanisme Pertahanan Ego.

Love at 9 "Oh! My Sunshine Night" (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang