CHAPTER 2 (Part 3)

81 6 1
                                    

⚠️⚠️⚠️ THIS PART CONTAINS ADULT CONTENT (18+) ⚠️⚠️⚠️

Di toilet pria di bawah gedung klub musik malam itu cukup sepi. Karena para siswa mungkin sudah pulang. Suara cello dari seorang pria besar dan tinggi masih berputar-putar di kepala Sun. Dia harus tahu siapa pria itu.

Sun memilih untuk masuk toilet terakhir. Sun masuk ke toilet dengan terburu-buru. Di dalam toilet malam ini terasa sangat sepi hingga bisa mendengar suara nafasnya sendiri. Tak lama kemudian, kesunyian itu menghilang dan digantikan dengan suara langkah kaki seseorang. Suara sepasang sepatu berjalan masuk, suaranya berangsur semakin keras, menunjukkan bahwa suara itu semakin mendekat pada Sun. Suara langkah kaki itu sepertinya berhenti di depan pintu toilet terakhir. Di depan ruangan di mana Sun berada. Suasana malam yang tenang, kini terasa sangat menakutkan. Sangat sunyi hingga Sun mendengar suara pintu toiletnya berbunyi ditiup angin sepoi-sepoi dari luar. Itu membuat Sun sadar bahwa, dia lupa menutup pintu toiletnya. Tanpa berpikir panjang, Sun pun berbalik. Dia mengulurkan tangan secepat mungkin dan meraih gagang pintu untuk menutupnya, tetapi ia tidak berhasil.

Sun tersentak ketika melihat jari-jarinya yang panjang dan ramping, diraih oleh seseorang di balik pintu. Jari-jari itu memiliki urat yang menonjol, dia hanya bisa mengucapkan satu kata, itu pasti 'dia', 'bukan', 'kamu'. Sun terkejut dan menutup matanya, dia hanya berdoa pada dirinya sendiri bahwa, tidak akan terjadi apa-apa di sini.. di dalam sini.

Sun berteriak dengan keras, tetapi anehnya seperti tidak mendengar suaranya keluar dari tenggorokan sedikit pun. Ketika Sun mengangkat kepalanya dan berusaha membuka mata, entah mengapa rasanya sangat berat. Angin dari pintu yang terbuka berbenturan hingga dia bisa merasakannya. Wajah pria itu mendekat ke ujung hidung Sun. Bahkan ketika dia membuka matanya, dia tidak bisa melihat wajah aslinya. Gambar itu benar-benar kabur. Wajah itu semakin mendekat pada Sun hingga tercium aroma samar dari wajah yang masih menyentuh hidung Sun. Baunya ringan, seperti aroma bedak yang dikenal Sun sejak kecil. Sun tidak bisa mengatakan apapun, hingga hidungnya yang menyentuh hidung Sun, seperti memberi tahu bahwa dia semakin dekat dengan Sun, nafasnya terasa sangat hangat. Ini pasti sinyal yang memberi tahu Sun bahwa dia masih bernafas dengan berat di depannya. Sun perlahan menangis.

"Eeee..." terdengar suara yang keras. Kemudian bibir pria misterius itu menempel pada bibir Sun. Bahkan tanpa melihatnya, Sun langsung tahu bahwa bibirnya tipis, kecil, dan sialnya ini adalah 'first kiss' Sun, dan itu tidak berakhir dengan bibir tipis itu saja, dia juga menggunakan lidahnya hingga Sun secara tidak sadar mencicipinya.

Tangannya yang begitu lembut dan besar hingga hampir menutupi seluruh wajah Sun, perlahan bergerak ke leher Sun. Dia membuka kancing kemeja Sun satu persatu. Satu persatu, hingga kancing terakhir. Tidak tahu itu memakan waktu berapa lama, tetapi Sun merasakan setiap kancing yang terlepas. Angin sepoi-sepoi dari napasnya mengalir perlahan. Hingga kancing terakhir, Sun menutup matanta rapat-rapat.

Lalu Sun memutuskan untuk menarik pria itu ke atas. Mulut Sun menekan bibirnya dengan kuat. Sun perlahan menelusuri wajahnya di sepanjang punggung rahang wajahnya, lalu ke lehernya, dan membuka kancing baju pria di depannya. Tampak seperti hal mudah di ruangan sempit itu. Bibir Sun menyentuh dadanya yang kuat. Hingga bagian sensitif milik pria itu mulai mengencang dan mengeras. Sun menggunakan ujung lidahnya untuk mencapai titik itu dengan perlahan. Semakin banyak lidah Sun bekerja, semakin membuatnya kesulitan. Suara nafasnya terdengar semakin keras. Rambut lembut di dada yang kencang itu mulai berdiri. Itu pasti menunjukkan kepuasan karena bibir dan lidah Sun. Dia menarik tangannya ke bawah melewati otot perut yang kencang itu. Rasanya seperti menaiki roller coaster waktu kecil. Sun perlahan mulai melepas ikat pinggangnya, kancing yang sulit dilepas, kini mudah dibuka dalam sekejap mata. Sun menggunakan bibirnya untuk membuka ritsleting celananya. Sun bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukan hal-hal seperti ini. Tak lama, sesuatu yang tersembunyi di balik celana dalamnya yang putih bersih membengkak dengan jelas di depan wajah Sun. Mengumpulkan keberanian yang tidak akan pernah terlupakan, memang hal yang paling memalukan baginya. Sun bahkan tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat pemilik 'rahasia' di depannya. Suara kebisingan terdengar darinya beberapa kali. Seperti tidak mendengarnya dengan jelas. Lalu Sun mulai memahami dengan jelas arti suara itu.

"Khun.. Khun.. KHUN!" Entah berapa lama, kata ganti yang disebut alih-alih nama itu bergema di telinga. Sun tiba-tiba terbangun dan melihat sekeliling dengan jelas. Sampai dia yakin bahwa dia sedang berada di dalam taksi yang sekarang diparkir di depan kondominiumnya.

"Eh, iya." Sun mejawab dengan sedikit kebingungan.

"Sudah sampai. Apakah terjadi sesuatu? Saya sudah lama memanggil." Sopir taksi itu masih bertanya.

"Tidak apa-apa, Phi." Sun segera mencari meterannya. "Berapa, Phi?"

"Semuanya 220 baht."

"Eh.. baik." Sun bergegas mengambil uangnya di tas dan memberikannya pada pengemudi. Saat ini telinga Sun memerah, wajahnya merah, dia segera keluar dari taksi karena takut kalau sopir taksi itu mengetahui yang terjadi.

"Bagaimana aku bisa memimpikannya? Ini terlalu berlebihan woy, Sun. Kenapa aku bisa berpikiran seperti itu?" Sun hanya menggelengkan kepalanya pada mimpi cabulnya sendiri yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi jauh di lubuk hati, baginya itu sangat menarik, hingga dia tidak bisa menahan senyum.

"Karena menutup mata, aku tidak bisa melihat seperti apa wajah pria itu."

Sun berjalan masuk ke dalam lift, dia masih tersenyum. Hingga pintu lift tertutup, bisa dipastikan bahwa dia belum berhenti tersenyum.

Love at 9 "Oh! My Sunshine Night" (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang