Love at 9 "Oh! My Sunshine Night" (Terjemahan Bahasa Indonesia)

CHAPTER 2 (Part 4)

Keluarga Kannakul

Senja di dalam rumah Kannakul, sebuah keluarga besar pemilik real estate top negara. Di dalam kamar tidur Kim yang luas dan mewah, terlihat Kim sedang menyalakan musik klasik pelan, untuk membuat 'Snow' tertidur dan membuatnya bahagia. Sering kali, hal itu membuat Rain heran. Rain pernah bertanya pada Kim ketika pertama kali melihat Kim melakukan hal itu pada tanamannya.

"Apakah kamu memutar musik untuk didengarkan tanaman?" Rain bertanya pada Kim tentang keterkejutannya pada hal yang dilakukan adiknya. Padahal Rain sendiri dulunya di klub musik klasik, dia bisa memainkan hampir semua jenis musik, tetapi dia tidak bisa memahami beberapa cerita adiknya itu.

"Jika kita mendengarkan musik dan kita merasa bahagia, kupikir Snow tidak jauh berbeda. Aku hanya ingin membuat dia bahagia. Itu saja." Kim menjawab kakaknya dengan hal yang benar-benar dia rasakan.

Kim menuangkan air untuk Snow hari ini. Dia melahirkan keturunan di dalam rumah kaca di kamar tidur. Terlihat banyak tanaman berwarna putih. Kim menjaga Snow di dalam ruang penyimpanan dingin, itu sebabnya tidak aneh jika Kim memberi nama Snow pada tanamannya. Karena pohonnya kecil dan menjalar, memiliki daun bergerigi yang tertutup dengan bintik-bintik putih di setiap bagiannya. Terlihat unik dan dingin, tidak berbeda dengan Kim.

"Snow."

Kim memanggil nama tanamannya, untuk mengingat semua kenangan bersamanya. Dia berjalan mengambil cello di samping tempat tidur dan memilih untuk duduk di tengah-tengah Snow dan membuat Snow bahagia dengan permainan cellonya. Entah, untuk memberi makan mereka atau untuk perasaannya sendiri. Hanya Kim yang tahu.

Terdengar suara dari aula rumah, perbincangan antara Butler Santi dan Rain bergema di kamar Kim.

"Apakah latihan hari ini melelahkan, Khun Rain?" Butler Santi bertanya pada Rain seperti biasanya.

"Tidak begitu melelahkan, Butler Santi. Pekan depan aku harus berlatih hampir setiap hari, karena bulan depan akan ada kompetisi rugby universitas tingkat nasional," jawab Rain sambil tersenyum bangga.

"Apakah kamu tidak berniat membawa keterampilanmu dan diselesaikan di sini, Khun Rain?" Butler Santi menggoda Rain karena mendengar Kim sedang berlatih dengan cello di kamarnya. Rain juga mendengar suara permainan cello dari kamar Kim.

"Khun Kim sudah cukup lama tiba, Khun Kacha dan Khun Oranee pergi ke pesta duta besar, sebentar lagi akan tiba di rumah, mereka mengatakan bahwa kalian berdua harus menunggu untuk makan bersama." Butler Santi memberi laporan ketika melihat Rain mencari semua orang di rumah.

"Baik."

"Kalau begitu saya akan memanggil Khun Kim untuk bersiap makan malam."

"Terima kasih. Kalau begitu aku pergi mandi dulu."

"Baik, Khun Rain."

Meja makan panjang untuk keluarga, telah diatur dengan piring keramik halus, sepasang alat makan yang terbuat dari perak asli, gelas minum kristal yang diimpor dari Rusia, dan juga vas dengan bunga mawar merah muda untuk menambah suasana agar terlihat lebih segar. Troli didorong keluar dari dapur, hingga tercium aroma makanan yang menggugah selera. Tak lama setelah itu, Khun Kacha dan Khun Oranee tiba di meja makan. Di balik kacamata tebal itu, terlihat sorot mata seorang ayah yang sangat tegas, berbeda dengan Oranee, dia selalu terlihat cantik, selalu tersenyum dan hangat.

"Apakah kalian menunggu lama, Rain, Kim?" Oranee bertanya pada kedua anaknya yang duduk berlawanan dengannya.

"Santi, biarkan anak-anak makan dulu. Aku akan segera kembali, aku harus berdiskusi lebih lanjut tentang pekerjaan di perusahaan."

Ayah yang baru saja duduk di meja makan, membuat waktu semua orang terbuang sia-sia. Orang-orang di keluarga ini mungkin sudah hafal dengan itu, tetapi Khun Oranee tidak ingin kebiasaan ini terus berlanjut. Hingga Khun Oranee harus berbicara.