Aku membuka mataku. Kudapati kamar yang dominan berwarna putih dan krem, terlihat terang seperti biasanya. Cahaya matahari masuk melalui jendela. Bisa kupastikan gorden terbuka saat aku tertidur, karena para pelayan kerap kali mengendap masuk untuk membuka tirai.
Aku bangun dari posisi berbaring. Setelah meregangkan tubuh, aku beranjak untuk ke sisi tempat tidur. Kaki jenjangku kuturunkan bersamaan dengan ketukan pintu terdengar.
"Tuan putri, ini Elsa,"
"Masuklah." ucapku mempersilakan. Seorang gadis dengan pakaian maid, dan juga beberapa gadis di belakangnya memasuki kamarku satu persatu. Mereka semua adalah pelayan pribadiku.
"Apa kepala pelayan yang membuka tiraiku?" tanyaku sambil berdiri. Melihat itu, mereka dengan sigap menarik kursi rias dan memberikan mangkuk untuk membasuh wajahku.
"Iya putri. Seperti biasa. Apa anda ingin kebiasaan itu diubah?" tanya Elsa ragu-ragu. Aku mengangkat wajahku dari mangkuk setelah selesai. Pelayan lain dengan sigap memberikan handuk kecil. Aku tersenyum, menerimanya lalu mengelap wajahku.
"Tidak usah. Aku hanya bertanya," lanjutku kemudian.
Beberapa pelayan keluar dari kamarku dengan membawa wadah berisi air dan handuk yang sudah kupakai. Kemudian, Elsa mengisyarakatkan kepada beberapa orang, untuk memasukkan sesuatu di luar, ke dalam kamarku.
"Sarapan anda telah siap." Elsa membantu pelayan yang mendorong troli makanan agar jaraknya lebih cepat dekat denganku.
Aku menatap isi troli itu. Ada roti bakar, sup jagung, dan segelas susu. Lantas, aku mengambil garpu dan sendok.
"Kalian bisa keluar. Aku ingin menikmati ini sendirian."
Para pelayan termasuk Elsa mengangguk, lalu semuanya keluar meninggalkanku sendirian di kamar.
Sarapan memang sering kulakukan sendirian. Terkadang, aku juga seringkali meminta untuk menyiapkan sarapan di meja makan. Hanya saja, jika aku bangun kesiangan seperti ini, para pelayan selalu mengantarkannya ke kamarku.
Di rumah ini, Ayah atau yang lebih dikenal sebagai Duke Jose-diambil dari nama belakang keluarga 'Joselyn'-selalu berangkat di jam tujuh pagi bersama kedua kakak laki-lakiku untuk melaksanakan tugasnya di istana kerajaan. Sedangkan Ibu kerap kali harus pergi pada jam-jam pagi untuk menghadiri pesta minum teh pagi, ataupun sekedar menyapa para pelayan untuk menjaga rumah tetap rapi dan indah. Kakak ketiga ada di akademi sihir dan baru bisa kembali ke rumah beberapa bulan ke depan saat liburan.
Jika aku terbangun di siang hari seperti ini, sudah dipastikan bahwa diriku akan menghabiskan sarapan di ruanganku sendirian. Beberapa menit fokus menghabiskan menu sarapan pagi, aku memanggil pelayan dan meminta mereka menyiapkan air mandi. Aku berdiri saat pelayan membantuku untuk melepas gaun tidur lalu menggantinya dengan pakaian mandi.
Ruangan mandi yang luas dengan tempat berendam berbentuk kotak besar telah terisi air bersih. Para pelayan juga menuangkan minyak Lavender kedalam air serta kelopak bunga. Aku melepas jubah mandiku, lalu berjalan turun ke dalam sana. Dalamnya hanya sebatas pahaku saja dan jika aku duduk, tubuhku akan terendam sempurna.
"Biarkan saya memijat tubuh anda, putri." Elsa berkata dan menarikku lembut untuk duduk. Aku membiarkan Elsa memijat kepala dan bahuku bergantian, membuatku rileks seketika.
"Apa ada sesuatu yang harus kuhadiri?" tanyaku sambil memejamkan mata.
"Anda hanya harus tetap di istana. Pangeran mahkota Aldrice De Vanhouten II kabarnya akan berkunjung ke sini," jawabnya dengan jari-jari yang memijat bahuku pelan.
"Untuk apa yang mulia ke sini?"
Elsa membasuh bahuku dengan air hangat sebelum menjawab, "kabarnya beliau akan melamar anda. Tapi, itu hanya kabar burung dari para pelayan, putri."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE
ФэнтезиValentino Damarez adalah sosok sempurna yang di idamkan banyak remaja di luar sana. Tatapan matanya yang misterius dengan sikapnya yang acuh pada sekitar, membuat para perempuan semakin gila saat bertemu dengannya. Hanya saja, semua orang tahu bahw...