Jihan VOP
Aku membelalakkan mata saat pria itu menyapa.
"Sof...fan?" ucapku terbata.
"Hai han, lama tidak bertemu." ucap Soffan sambil tersenyum.
"Kamu kenapa bisa disini?" tanyaku. 'Pertanyaan bodoh!! Yaiyalah bisa. Ini kan tempat umum.' gerutuku dalam hati.
"Mmm mamah kamu nyuruh aku kesini." jawabnya sambil menepuk-nepuk kepalanya untuk merapihkan rambutnya yang berantakan.
'Kau tak berubah fan.' gumamku dalam hati. Akupun tersenyum melihatnya. 'Ahh itu bibi bukan mamah.' gumamku lagi. Tapi aku hanya membiarkannya.
"Ekhem." gumam Nirmala yang membuat kami menoleh padanya.
"Kita pulang dulu ya. Nggak mau ganggu orang yang pe-de-ka-te." ucapnya yang membuatku melotot padanya dan dibalas cengiran yak berdosa.
Mereka pun beranjak pergi menjauh. Aku melirik Soffan saat kami diam cukup lama.Saat dia melihatku meliriknya,diapun tersenyum simpul. Aku membuang muka sambari mengulum senyum salah tingkah? Ihh biasa aja tuh.Setelah beberapa lama hening, diapun membuka suara.
"Ayo." ucapnya sambil tersenyum. Aku menatapnya bingung.
"Kemana?" tanyaku.
"Belanja." jawabnya singkat.
"Eh i..iya." ucapku tergagap. 'Ck,pake acara salting segala sih!' gerutuku dalam hati.
Kamipun pergi ke tempat barang yang dibutuhkan. Dia dengan sigap mengambil troli. Aku kembali tersenyum melihat kelakuannya. Kamipun berputar-putar mencari barang yang diperlukan bibi. Selama kami mencari, sama sekali tak ada percakapan. Kami hanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Saat kami sampai di tempat pasta gigi, kami mengambil barang yang berbeda.
"Loh fan, kok ngambil yang itu sih? Keluarga aku nggak pake yang itu." ucapku.
"Mmmm..bagusan yang ini." ucapnya sambil tersenyum.
"Nggak mau! Yang ini aja." ucapku kekeh.
"Hemm." gumamnya.
"Aduhh..kalian pengantin baru ya? Manisnya. Suaminya ganteng. Istrinya juga manis. Kalian terlihat cocok. " ucap seseorang disamping kami. Kamipun menoleh pada orang itu yang ternyata seorang ibu-ibu.
"Ahh bu, tapi kami bukan..." ucapku terputus saat teman ibu itu bicara.
"Manis ya jeng. Jadi inget masa muda." ucapnya sambil terkekeh.
"Iya jeng." sahutnya. "Udah punya momongan?" tanyanya yang membuat kami melebarkan mata.
"Tapi kami bukan..." Kali ini Soffan yang bicara dan terputus lagi.
"Ya belum dong jeng. Masih muda gitu. Kalaupun ada, pasti dibawa." ucap teman ibu itu sambil tersenyum melihatku. Aku hanya mengulum senyum. Kulihat Soffan juga tersenyum manis ke arah ibu itu. 'Ihhh jangan senyum terlalu manis!! Pingin gigit. Eh?'
"Yasudah, ibu sama temen ibu pergi dulu ya nak. Permisi." ucap ibu itu beranjak pergi sambil mendorong trolinya.
Kami hanya diam menatap kepergian ibu itu.
"Mmm..udah selesaikan?" tanya Soffan yang membuyarkan lamunanku.
"Udah. Ke kasir yuk?" ajakku yang dibalas anggukan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding
Teen FictionSiapa yang bisa menolak bila dijodohkan dengan orang yang disuka? Pasti nggak ada. Tapi apa jadinya kalau harus membantu dia mendapatkan hati sahabat kamu dengan pernikahan ini? Sakit? Pasti. Tapi inilah pernikahanku.