Nirmala Plan

151 6 3
                                    

Jihan VOP

"Aku...harus pake ini?" Tanyaku pada pantulan diriku dicermin. "Seharusnya aku tau otak Nirmala itu seperti apa. Bagaimana aku bisa lupa kalau dia itu mesummm...Huaa." Rengekku.

Kulihat lagi pantulan diriku dicermin. Aku memakai lingerie berwarna hitam dengan renda dibawahnya. Kulitku yang tidak terlalu putih cukup cocok dengan limgerie ini. Tapi bukan itu masalahnya. Aku merasa risih dengan baju seperti ini. Kalau saja ada yang bisa membantah Nirmala tadi, aku tak akan pakai baju ini. Tapi apa mau dikata, udah nasib. Dan parahnya, bajuku yang memang stoknya sedikit dirumah ini, dibawa semua oleh Nirmala. Anak itu gila.

Flashback on

"Jadi siapa yang mau dipake duluan idenya?" Tanyaku.

"Mmm pake cara arisan aja yuk?" Ajak Nisa yang dibalas anggukan oleh kami. Nirmala pun membuatnya dari toples kerupuk yang kosong, dan mengganti tutupnya dengan kertas yang sudah dibolongi dengan pulpen.

"Terus?" Tanya Nirmala menatap Nisa.

"Terus kita tulis nama dan rencana yang kita punya di kertas yang udah disobek ini. Rencananya bisa lebih dari satu. Dan karena ini rencana, kita harus dapet persetujuan dari Jihan." Jelas Nisa sembari memberikan kertas yang telah dia sobek. Semuapun menulis dan terkekeh dengan idenya masing-masing. Aku? Aku tak punya ide, jadi aku hanya diam memperhatikan mereka.

"Oke, sekarang masukin toples. Ah dan aku punya dua rencana. Tapi rencana ini harus jadi rencana terakhir oke?" Ucap Nirmala antusias. Kamipun menģangguk setuju. "Sakarepmulah nur." Gumamku dalam hati. Nirmala tersenyum manis padaku. Aku mulai was-was dengan sikapnya. Dia pasti punya ide paling aneh. Kamipun memasukkan kertas kami bergantian. Nirmala mengocok dengan semangat. Diapun berhenti mengocok dan menatap kami bergantian.

"Han, aku mau buat perjanjian sama kamu." Ucap Nirmala. Aku menatapnya heran dan memasang wajah seperti berkata "apa".

"Kalau yang keluar punya aku, suka nggak suka kamu harus ngelakuinnya. Gimana?" Ucapnya.

"Tapi ini kan opini nir." Ucap Nita yang melihatku sedikit ragu.

"Karena ini opini, aku nanya dulu ke Jihan." Ucap Nirmala. Kamipun hanya terdiam. Nirmala memang bertanya, tapi kurasa menolak ucapannya hanya akan membuatku berdebat dengannya.

"Terserahlah." Ucapku pasrah.

"Sip. Nih kamu aja yang ngocok. Kan kamu yang mau ngelakuinnya." Ucap Nirmala sambil tersenyum. Akupun menerima toples itu dan mengocoknya lalu mengeluarkan satu kertas. Nirmala langsung mengambil kertas itu dan menyeringai saat membacanya. Kami menatapnya horror seolah-olah akan ada bencana darinya.

"Ekhem." Nirmala berdeham. "Ini ide aku." Ucapnya bangga. "Bismillah, semoga yang baik. Aamiin." Doaku dalam hati.

"Isinya apa?" Tanyaku ragu.

"Kamu harus pake lingerie selama 3 hari." Ucapnya mantap sambil tersenyum. Aku dan yang lain melongo mendengarnya.

"Ogahhhh!!!" Teriakku.

"Hei, kamu ngelanggar janji." Ucap Nirmala. "Yaudah kalau nggak mau make. Aku mau jadi sekutunya Diva aja." Ancamnya.

"Ishh iya iya." Ucapku pasrah sekaligus kesal.

"Tapi Jihan kan nggak punya lingerie." Ucap Salma. Bravoooo sal!!!

"Oh kalau soal itu, aku udah nyelipin di lemari kamu kok han." Ucap Nirmala polos.

"Nyelipin??! Kapan??!" Tanyaku kaget.

"Sebelum kamu masuk kamar pengantin di malam pertama kamu." Ucap Nirmala masih dengan tampang tak berdosa. Kami hanya geleng-geleng kepala tak percaya.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang