Still

178 5 0
                                    

Jihan VOP

Aku duduk dipojok cafe yang berada dekat jendela. Sambil menyesap kopiku,aku memperhatikan aktivitas di cafeku ini. Terlihat banyak pengunjung yang datang hari ini. Tapi entah kenapa aku tak merasa bahagia seperti biasanya. Aku terus menghela nafas berat berharap semua beban pikiranku hilang seiring nafasku yang keluar.

"Woyy melamun aja." Ucap seseorang yang membuatku kaget. Akupun menoleh ke orang itu yang ternyata Nirmala dan Nisa.

"Hai." Sapaku singkat sambil menghela nafas.

"Kenapa han?" Tanya Nisa sambil menarik kursi disebelahku.

"Nggak apa-apa." Ucapku sambil menghela nafas sekali.

"Huh dasar cewek. Pikirannya aneh. Susah ditebak maunya. " Ucap Nirmala sambil menarik kursi yang berhadapan denganku.

"Yee kan kita cewek asli. Nah kalau kamu cewek jadi-jadian." Ucap Nisa sambil terkekeh. Nirmala hanya nyengir mendengarnya.

"Ahhh aku laparrr. Gratis kan han?" Tanya Nirmala menatapku penuh harap. 'Ckckckck, dokter kok gini-ginu amat.' Gumamku dalam hati.

"Hmmm." Gumamku mengiyakan.

"Yayyy!! Yeyeye ale ale ale." Teriaknya mengikuti lagu illan soda yang membuat pengunjung melihatnya dengan tatapan aneh. Aku dan Nisa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya yang ak pernah berubah dari dulu, aneh.

Nirmalapun memanggil salah satu karyawanku. Lalu menyebutkan beberapa makanan yang banyaknya minta ampun. Nisa hanya memesan minuman karena sedang diet. Katanya sih supaya baju pengantinnya terlihat makin indah. Setelah mencatat pesanan mereka, karyawanku membacakan pesanan mereka dan permisi saat pesanannya sudah benar.

"Jadi, apa yang terjadi?" Tanya Nirmala.

"Aku dijodohkan dengan Soffan." Jawabku datar sambil kembali menyesap kopiku.

"Hah?!!!" Ucap mereka kompak.

"Kok bisa?" Tanya Nisa.

"Kalian tau kan kalau dulu aku sering main ke rumah nenek kakeknya Soffan?" Ucapku.

"Terus?" Tanya Nirmala.

"Nenek kakeknya suka aku dan nyuruh mamah Soffan jodohin aku sama Soffan. Katanya sih udah direncanain dari dulu. Cuma nunggu Soffan pulang dari London. Dan waktu di mall itu, dia baru pulang kemarinnya." Ucapku menjelaskan. Mereka berdua hanya ber-oh ria.

"Kapan pernikahannya?" Tanya Nisa.

"3 bulan dari sekarang." Jawabku.

"Hmmm cepet juga ya. Berarti pernikahan aku dulu ya?" Ucap Nisa.

"Iya." Ucapku.

"Kenapa nggak seneng?" Tanya Nirmala yang membuatku terdiam cukup lama sampai karyawanku datang mengantarkan pesanan mereka. Mereka masih setia menunggu jawabanku sambil sesekali meminum minuman mereka.

"Dia...masih menyukai Diva." Ucapku sambil menghela nafas lagi.

"Kenapa?" Tanya Nirmala.

"Loh kok kenapa? Yaiyalah dia masih suka Diva. Secara Diva lebih cantik, lebih pintar, pokoknya lebih-lebih dari aku. Dari dulu juga gitu. Nggak pernah dan nggak akan pernah berubah." Ucapku yang mendapat tatapan kecewa dari Nisa dan toyoran dari Nirmala.

"Ishhh.." desisku. "Bisa nggak sih berhenti kayak gitu Nir?" Geramku.

"Bisa." Ucapnya sinis. "Tapi kalau kamu berhenti ngerendahin diri terus!" Ucapnya yang membuatku terdiam.

"Kenapa sih han?" Tanya Nisa.

"Kenapa apanya?" Ucapku bingung.

"Kenapa kamu peduli sama yang kayak gitu. Toh Diva udah nolak Soffan. Diva nolak memang karena dia nggak suka." Ucap Nisa yang membuatku kembali terdiam.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang