Hari ini aku pergi ke UKS karena habis di rundung oleh vano lagi, aku membuka pintu UKS dan memperlihatkan perawat cantik disana, nama ibu itu adalah bu Vina, dia lah yang paling mengkhawatirkan ku yang selalu mampir kesini dengan memar memar.
"Lagi?" Ucap bu Vina
"Hehe"
Aku hanya bisa merespon dengan tertawa. Aku bisa melihat bu Vina menghela nafas. Aku mendekat dan langsung di obati oleh bu Vina.
"Kalo kamu udah ngga kuat kenapa nggak pindah sekolah aja?" Ucap bu Vina.
"Siapa bilang saya ngga kuat bu? Saya baik baik saja kok bu." Bu Vina berhenti mengobati ku lalu menatap ke arah ku.
"Jangan berbohong. Kamu pasti sudah lelah diperlakukan begini, ibu tau." Ucap Ibu Vina.
"... " Aku terdiam dan tersenyum kecil tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena yang dibilang itu ada benarnya.
"Maafkan ibu karena tidak bisa membantu mu. Ibu sangat ingin membantu mu tetapi tidak bisa karena ibu hanya berstatus perawat di sekolah ini. Status ini tidak bisa melakukan apapun. Maafkan ibu, ibu hanya bisa mengobati mu saja." Ucap Ibu Vina kembali mengobati luka memar ku.
"Tidak apa apa ibu." Ucap ku tersenyum lembut.
"Jangan tersenyum seperti itu. Kamu berhak menangis. Jangan terus menahan nya oke? Menangis lah. Sekali sekali seorang lelaki jika hidup nya terlalu menderita, dia boleh menangis."
Tampa sadar kata kata itu membuat ku berkaca kaca lalu menangis lagi, aku yang terisak dan ibu Vina yang hanya terdiam sambil membalut perban untuk luka ku. Aku bisa melihat wajah ibu Vina yang juga ikutan sedih karena melihat ku menangis. Aku ingin segera menghilangkan air mata ini tetapi kenapa sulit sekali?
Ibu Vina sudah selesai membalut perban itu lalu ia memeluk ku. Dan kini aku hanya sesegukan di pundak nya.
"Jika kamu tidak kuat lagi, pindahlah dari sekolah ini ya?" Aku terdiam mendengar nya lalu mengangguk.
"Maaf membuat ibu repot, sebentar lagi kelas akan dimulai saya harus segera kembali ke kelas."
"Baiklah, berhati hati lah ya." Ucap bu Vina melambaikan tangan nya lalu aku pun pergi dari UKS.
Aku pun berjalan melewati toilet yang berada didekat UKS lalu berjalan melewati ruang OSIS, saat itu seseorang keluar dari ruang OSIS dan itu adalah ketua OSIS disekolah ini.
Dia melihat ku yang hampir menabrak nya tadi, tapi dia melihat ku dengan datar lalu dia tersenyum. Aku sedikit kikuk dengan tatapan nya yang tidak biasa itu. Sikap nya kadang membuat ku bingung.
Ketua OSIS itu bernama Evan, rambut nya berwarna putih dan dia tampan tinggi, dan berbadan bagus alias macho sama seperti vano, farrel dan rian. Dia anak pak kepala sekolah sekaligus Ketua OSIS. Dia populer sama seperti mereka. Dia berbeda dengan mereka, Evan itu selalu tersenyum dan gak pernah sekaligus mengejek sepeti Farrel, mengabaikan seperti rian atau merundung ku seperti Vano, dia tidak pernah melakukan itu padaku. Tetapi dia tidak pernah menolong ku saat aku dirundung. Padahal wajah nya terlihat sangat baik. Apa dia tipe orang yang munafik? Entahlah, aku tidak bisa hanya menilai dari wajah nya saja.
"Kamu ngapain berada disini Ethan?"
"Ah.. Itu aku habis dari toilet."
Dia menatap ku masih tersenyum lalu ber oh ria."Tetapi bukan kah kelas mu berada didekat toilet juga? Kenapa kamu harus jauh jauh kesini hanya untuk ke toilet?" Ucap nya, entah kenapa pertanyaan Evan itu membuatku sedikit tidak nyaman. Apa dia memang orang yang seperti ini?
"I-itu.."
"Yah kamu tidak perlu menjawab nya haha, aku hanya bertanya saja." Ya kamu bertanya dan aku harus nya menjawab kan? Apa apaan dia? Gak jelas banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE HEART: a Story Of Six People [BL]
RomanceAda seorang pemuda lelaki bernama ethan, dia adalah bahan bully dan di kucilkan oleh seluruh sekolah nya. dia selalu dapat umpatan yang tidak mengenakan karna suatu kejadian. Selain itu ada empat pria populer disekolah nya, bernama evan, Adrian, van...