Kirana benci tangisan, dia benci air mata. Meski semuanya terasa sulit, namun dia tetap berusaha tegar dan harus terus melangkah, berjalan hidup untuk melewati lelaki yang sudah menghabiskan malam pertama dengannya. Menanggalkan mahkota yang paling berharga sebagai seorang wanita.
Bahkan dia melakukannya antara sadar dan juga tidak, yang terlintas dari sisa benak yang masih limbung; hanya siluet minuman, percakapan, hingga berakhir menuju kamar.
Semuanya seperti mimpi di tengah tidur yang lelap, tangan pria itu terasa lihai saat perlahan beranjak menuju tubuhnya. Memberikan sengatan aneh yang tak pernah dia tahu. Keintiman yang tercipta begitu nyata namun terlihat kabur, yang Kirana rasakan hanya sensasi memabukkan yang sulit ditolak.Dengan seiring berjalannya waktu, Kirana dan pria itu telah dalam keadaan yang sulit untuk mundur. Tanpa sehelai benang, tanpa pengaman, juga tanpa ikatan yang seharusnya. pria itu menanamkan dirinya, menyatukan tubuh mereka hingga berpeluh keringat. Sakit yang Kirana rasakan tidak begitu jelas, tersamar oleh kenikmataan dunia yang baru pertama kali dikecapnya, mereka meraup surga dunia dalam kekhilafan. Tubuh pria itu terhuyung ambruk seiring benih yang baru saja dia tabur dalam rahim Kirana.
Nafas keduanya masih memburu; akibat permainan panas yang baru terjadi. Hal selanjutnya yang Kirana rasakan hanya lelah dan rasa sakit di bagian kepala. Rasanya seperti ditusuk ribuan jarum, lalu Kirana merasakan kegelapan menyergap kesadarannya, hanya gulita, tanpa ada cahaya dan jalan keluar.
Saat kesadaran membuatnya terjaga, semuanya telah terlambat. Karena di sinilah Kirana saat ini, dia terbangun hanya dengan berbalut selimut, tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang, dia merasakan nyeri di bagian bawah perut, bahkan seluruh tubuhnya terasa seperti habis melakukan pekerjaan yang sangat berat, dia merasa lelah, letih dan kekurangan tenaga.
Belum sempat Kirana menyadari di mana dan apa yang sudah dia lakukan. Matanya menangkap sosok yang tengah tertidur lelap di sampingnya, seorang pria dengan tubuh tanpa pakaian, Kirana menggeleng sambil mengigit bibir, dia merasa kehabisan kata-kata, seperti ada batu besar yang mengganjal di tenggorokannya. Bayangan tadi malam kembali bermunculan, bahkan tanpa melihat sekalipun, Kirana tahu siapa sosok itu.
Dia adalah pria yang selalu Kirana puja, pria yang berprofesi sebagai salah satu solois ternama yang ada di Korea, Kirana tidak pernah berharap akan melakukan hal seceroboh seperti malam tadi, sekalipun dia memuja Nathan Lee; si pria dengan wajah dingin namun penuh kejutan, tapi Kirana masih memiliki harga diri jika dia sadar akan menyerahkan mahkota yang paling berharga dalam hidupnya. Tapi minuman sialan itu sudah membuatnya menjadi sosok yang berbeda, sosok yang sama sekali bukan dirinya.
Kirana bergerak mundur saat melihat tubuh Nathan bergerak, pria yang semula memunggunginya itu saat ini tengah terlentang, matanya baru saja mengerjap, dan saat ini tengah menatap langit-langit kamar. Seketika Nathan terduduk saat menyadari ada seseorang yang satu ranjang bersamanya. Dia memutar kepala dan mendapati wajah pucat seorang gadis, kepala Nathan terasa seperti dihantam palu dengan sangat keras. Dia menggeleng dan berusaha untuk mengusir sosok yang dianggapnya hanya bayangan.
Tapi sosok itu tetap duduk bersandar pada pilar ranjang, gadis berambut panjang itu saat ini sudah menunduk, untuk beberapa saat, keduanya hanya saling diam. Tidak ada yang buka suara, Nathan bahkan tidak tahu harus berbuat apa, dia menyangka kejadian semalam hanyalah bunga tidur, Nathan masih tidak percaya bahwa dia benar-benar melakukan hubungan intim dengan seseorang.
Saat mereka masih saling berdiam diri, dering ponsel Nathan memekik dengan keras, hal tersebut membuatnya segera mencari ke asal suara, Nathan sudah akan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya saat dia akan beranjak, tapi niat tersebut dia urungkan; karena Nathan tahu jika gadis itu juga tidak mengenakan apapun di balik selimut yang menempel pada tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Flower [Flower Series #1]
Romance"Ini tentang memilih orang yang harus bertanggung jawab, atau orang yang ingin mempertanggung jawabkan kesalahan orang lain." -Winter Flower-