Bab 8.

855 42 7
                                    

Aidan sedang mengendarai mobil dan membawa Kirana ke suatu tempat, pria itu tidak mau memberitahu Kirana kemana arah tujuan mereka Aidan hanya sibuk dengan kemudi, sesekali dia menoleh menoleh untuk melihat gadis yang duduk di sampingnya, Audy R8 yang dikemudikannya membelah jalanan kota Seoul, sementara Kirana hanya duduk diam tanpa berniat memulai perbincangan, sementara matanya menatap ke arah luar, memperhatikan laju roda kendaraan lain yang melintas untuk mendahului mobil yang mereka tumpangi.

Aidan berhenti di salah satu restoran ternama, pria itu membawa Kirana menuju privat room, hal tersebut dimaksudkan Aidan agar dia dan Kirana bisa lebih leluasa untuk berbincang. Aidan memilihkan menu makan siang, sementara Kirana yang memang tidak pilih-pilih makanan hanya mengangguk setuju, dia tidak akan keberatan dengan menu apapun—selama itu dimasak—dia bukanlah orang yang akan menjadi pemilih jika menyangkut makanan.

"Makanlah!" Aidan memberikan daging Lobster yang telah diia kupas dari kulitnya dan meletakkannya di piring Kirana, selanjutnya mereka hanya makan dalam suasana hening, Kirana sendiri tidak ingin menganggu nafsu makan pria itu dengan bertanya di saat yang tidak tepat.

Dia mengunyah makanan dengan benak yang terus menerawang, berpikir bagaimana Aidan dapat mengetahui masalah yang tengah menimpanya. Bahkan sampai saat ini dia tidak berani untuk menghubungi ayah dari janin yang tengah dikandungnya, sosok Nathan baginya terlalu jauh untuk digapai, terlalu sulit, dan Kirana merasa tidak pantas jika meminta pertanggung jawabannya.

Tanpa sadar mereka telah sampai pada makanan penutup, Aidan mempersilahkan Kirana untuk mengajukan semua pertanyaan yang sedari kemarin terus berkecamuk dalam benak gadis itu, tanpa menunggu diperintah dua kali; Kirana langsung memberondong pria itu dengan semua rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang besar.

"Bagaimana Oppa bisa mengetahui tentang kehamilanku? Lalu kenapa bisa Oppa berpikir bahwa Ayah bayi ini adalah seorang artis?" Aidan tampak menghela napas, matanya memincing untuk menelisik wajah Kirana hingga akhirnya gadis itu perlahan menundukkan wajah, kali ini dia dapat merasakan aura tidak nyaman dalam sorot mata Aidan .

"Sebelumnya aku minta maaf karena telah menerima panggilan telponmu tanpa ijin," Aidan buka suara, "Saat di rumah sakit, Dokter yang memeriksamu memintaku untuk lebih memperhatikan kesehatanmu, agar janin itu dapat tumbuh dengan sehat," dia menambahkan sambil menatap Kirana dengan lekat. "Aku harap kau tidak marah, demi Tuhan, aku hanya ingin membantumu agar keluar dari masalah yang sedang kau hadapi!" Suara itu terdengar tulus... dan bersungguh-sungguh.

Ada rasa sedikit tidak percaya saat mendengar penuturan Aidan barusan, tapi pikiran Kirana segeta mengingat panggilan dari nomor ponsel Nathan, hal tersebut membuat perasaannya terasa diremas seketika, dia memikirkan Aidan dan pria itu pasti sudah membicarakan sesuatu. Jika tidak, bagaimana mungkin Aidan bisa mengetahui kalau janin dalam perut ya adalah anak orang terkenal?

"Jadi Oppa sudah berbicara dengan Nathan-ssi? Apa yang kalian bicarakan?" Kirana bertanya dengan penuh selidik, dia sangat berharap jika Aidan mau menceritkan semua isi perbincangannya dengan solois tersebut.

"Itu hanya perbincangan sesama pria, aku rasa kau tidak perlu tahu. Yang perlu kau tahu adalah...," ada jeda dalam ucapan Aidan, dia menghela nafas sebelum melanjutkan perkataan, seolah hal yang akan dia katakan selanjutnya adalah hal yang besar. "Kiran-ah, seperti apapun keadaanmu saat ini aku tidak perduli. Jika kau tidak keberatan aku ingin melamarmu pada Nenek, agar kita bisa cepat menikah dan menghindari cibiran tetangga yang pasti akan mencemooh, dan membuat nenekmu tersudut," akhirnya dia dapat berkata dengan lancar. "Jika kau berpikir pernikahan ini atas dasar kasihan, maka itu salah besar, aku sudah menyukaimu sejak saat pertama kali kau menginjakkan kaki di cafe milikku."

Pernyataan Aidan barusan terasa seperti gempa bumi yang mengguncang dunia Kirana, atasannya yang begitu baik menyimpan perasaan lebih, bahkan dia sendiri tidak pernah menyadarinya. Tuhan bagaimana ini? Kirana memang mengaguminya, tapi dia tidak pernah berpikir untuk menjadikan Aidan sebagai pasangan hidup. Terlebih dengan kondisinya saat ini, dia sudah tidak suci, bahkan tengah mengandung benih dari pria lain. Kenapa ada pria sebaik itu di dunia? Dia tidak memperdulikan status dan keadaan Kirana yang tidak sepadan dengannya.

Winter Flower [Flower Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang