Kirana mengerjap setelah aroma minyak kayu putih membaur dalam penciumannya. Bau itu perlahan mengembawa kesadarannya kembali, meski masih merasa sakit yang sedikit berdenyut di bagian kepala. Kirana memaksakan diri untuk tersenyum saat melihat Aidan tengah menatapnya dengan sorot mata yang terlihat cemas.
"Bagaimana keadaanmu? Apa masih terasa saki?" Aidan menggenggam tangan Kirana, namun gadis itu hanya menggeleng lemah, berusaha menampilkan mimik wajah cerita, untuk memastikan bahwa saat ini dirinya sudah merasa jauh lebih baik.
"Kenapa Oppa masih di sini? Pasti banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," Kirana bertanya dengan dengan suara lirih, dia bermaksud untuk meminta pria itu pulang secara halus. Saat ini yang Kirana inginkan hanya istirahat dan sendirian saja, dia benci daya tahan tubuhnya yang tidak sebaik sebelumnya. Kehamilan itu memberi efek yang luar biasa, bahkan dalam sehari saja; dia sampai harus mengalami dua kali kehilangan kesadaran.
Kirana tersadar saat Aidan hanya menatapnya tanpa bicara, tapi raut wajah pria itu menyiratkan ada hal serius yang ingin dia utarakan. "Kenapa? Apa ada masalah?" Akhirnya Kirana kembali bertanya, berharap pria yang memiliki eye smile itu segera mengatakan hal yang mengganjal dalam hatinya.
"Kiran-ah, mungkin aku lancang, tapi aku tidak dapat terus berdiam diri dan berpura-pura seolah tidak tahu apapun," Aidan menatap Kirana dengan tatapn tegas, dia menggenggam tangan gadis itu dengan sangat erat, sperti orang yang takut kehilangan, solah takut jika Karin akan menghilamg dari hadapannya. "Aku harap kau mau menjawab pertanyaanku dengan jujur."
Raut wajah Aidan terlihat sangat serius, sorot mata yang biasa teduh itu kini terasa sangat mengintimidasi, mencuatkan sedikit rasa takut dalam relung hati terdalamnya. Untuk beberapa saat Kirana berusaha mencerna maksud dari perkataan Aidan barusan, setelah memantapkan hati dan pikiran, akhirnya dia mengangguk dan siap menjawab pertanyaan apapun yang akan dilontarkan oleh pria itu.
"Aku peringatkan sekali lagi, kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur! Aku mengenalmu sejak dua tahun yang lalu dan tidak pernah sekalipun melihatmu dekat dengan pria manapun tapi...," Aidan mengambil jeda untuk menarik nafas, seolah butuh pasokan oksigen lebih sebelum melanjutkan perkataan. Semenntara Kirana hanya dapat menunggu dengan jantung berdebar hebat, dia merasa takut jika Aidan mengetahui kondisinya saat ini, semoga hal yang akan pria itu tanyakan bukanlah hal yang menyangkut janin, yang saat ini tengah bersemayam dalam rahimnya.
"Siapa yang sudah menghamilimu?" Seperti tombak yang dihunuskan tepat di ulu hati, perkataan Aidan barusan membuat tenggorokan Karina tercekat, pasokan udara terasa menipis seketika. dia merasa kesulitan untuk bernafas, seolah ada hal yang mencekik lehernya hingga terasa sakit dan menyesakkan.
"Apa maksudnya itu?" Kirana masih berusaha untuk berpura-pura tidak mengerti, tapi hati kecilnya tidak dapat dia bohongi, dia sebenarnya tahu apa yang dimaksudkan Aidan barusan.
"Kiran-ah, aku yakin kau pasti sudah tahu apa maksud dari pertanyaanku, jadi sebaiknya beritahu aku lelaki mana yang sudah menghamilimu? Apa seseorang sudah memperkosa dan memaksamu untuk melakukan hal tersebut?" Aidan menunjukkan tatapan memohon, hal itu membuat tubuh Kirana terasa lemah seketika, tubuhnya langsung bersandar pada pilar ranjang di belakangnya.
"Bagaimana bisa Oppa mengetahuinya? Lalu Nenek? Bagaimana dengan dia?" Kirana menjadi panik, saat mengingat ada wanita paruh baya yang harus dia perhatikan perasaannya, dia tidak ingin melihat wanita yang telah merawatnya itu harus mendengar berita tersebut dari orang lain. Kirana tidak sanggup hidup dengan baik; jika wanita paruh baya itu sampai membenci dirinya.
"Nenek Park masih belum mengetahui hal ini, aku akan menjaga mulutku dengan baik, Kecuali kau mengijinkan aku untuk segera memberitahunya," Aidan masih dengan sabar menunggu jawaban dari Kirana, sorot matanya mengisaratkan agar gadis itu berkata jujur; tentang siapa ayah dari bayi yang tidak berdosa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Flower [Flower Series #1]
Romance"Ini tentang memilih orang yang harus bertanggung jawab, atau orang yang ingin mempertanggung jawabkan kesalahan orang lain." -Winter Flower-