Setelah hari bergulir mendekati senja, akhirnya dokter mengijinkan Kirana untuk pulang. Aidan masih setia menemaninya, pria itu saat ini sedang membantu Kirana untuk turun dari tempat tidur, pria itu memapah Kirana, dan sesampainya mereka didekat pintu keluar, suara hiruk pikuk tertangkap jelas dalam pendengaran mereka.
Dari kejauhan terlihat beberapa orang yang membawa kamera dan sebagainya. Kirana mulai panik, sekalipun dia tidak tahu tentang apa yang sedang wartawan itu cari, tapi dia sudah merasa ngeri karena kisahnya bersama Nathan takut tercium oleh media."Oppa, apakah kau membawa mobil?" Pertanyaan Kirana membuat Aidan mengernyitkan dahi, namun selanjutnya pria itu menjawab dengan sebuah anggukkan.
"Boleh tidak jika kita lewat tangga darurat saja? Aku tidak ingin melewati kerumunan wartawan di luar sana," Kirana berusaha untuk membujuk. "Oppa lihat sendiri mereka mengambil photo sembarangan. Aku tidak ingin wajahku muncul di surat kabar," Aidan terkekeh mendengar alasan yang ditarakan Kirana, beruntung pria itu tidak membantah, karena selanjutnya mereka sudah berjalan melewati tangga darurat untuk menuju tempat parkir yang ada di bawah tanah.Saat keluar dari parkiran Kirana melihat dengan jelas banyak wartawan yang berkerumun. Membuat pikirannya kembali terusik, mengingat percakapan perawat saat dia tidak sadarkan diri. Mungkinkah itu bukan mimpi? Jika mimpi kenapa banyak wartawan yang berkumpul di rumah sakit? Pertanyaan itu terus berputar dan membuat kepalanya kembali terasa berdenyut.
"Arrggh!" Kirana menekan kepalanya yang terasa sakit.
"Kiran-ah, apa kau baik-baik saja?" Aidan sangat terkejut saat melihat Kirana yang tengah meringis.
"Tidak apa-apa," Kirana berusaha untuk meyakinkan, "Aku hanya ingin cepat istirahat di rumah," dia memaksakan seulas senyum untuk melebur bersama rasa khawatirnya.
"Tunggu sebentar lagi kita akan sampai," selanjutnya Audy hitam yang dikendarai Aidan melaju gesit membelah jalanan kota Seoul yang sudah beranjak malam. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai di depan flat tempat Kirana tinggal, kali ini pria itu-Aidan-membuka pintu mobil terlebih dulu, dia membantunya keluar agar tidak terjatuh.
Keseimbangan yang Kirana miliki masih belum kembali sepenuhnya. "Kiran-ah, apa kau tidak apa-apa, Nak?" Nenek Park yang sudah diberitahu Aidan dan sedang menunggunya itu bergegas membawa tubuh Kirana ke dalam dekapannya. "Aidan-ssi, terima kasih sudah menjaga Kirana," nenek Park tersenyum lembut pada pria yang berstatus atasan cucunya itu.
Aidan dan nenek Park memang sudah saling mengenal. Mengingat Kirana sudah dua tahun berkeja di cafe milik pria itu, wanita paruh baya itu adakalanya berkunjung ke tempat kerja Kirana, hanya untuk sekedar membawa makanan atau melihat tempat kerjanya saja, saat Kirana hendak melangkah menuju gerbang, penglihatannya kembali berkunang. Selanjutnya hal seperti tadi pagi kembali menyerang diri Kirana, dia kehilangan kesadaran, dan sepertinya kali ini dia berada dalam dekapan pria yang dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Flower [Flower Series #1]
Romance"Ini tentang memilih orang yang harus bertanggung jawab, atau orang yang ingin mempertanggung jawabkan kesalahan orang lain." -Winter Flower-