Part. 9 Homo??

2.2K 74 1
                                    

Kalian pernah mikir gak sih, kenapa hari Senin itu harus ada? Gue bukan tipe orang yang benci hari Senin, gue orang yang suka hari Senin tapi gue benci apa yang ada di hari Senin. Kalo mayoritas siswa gak suka hari Senin karena upacara dan masih enak libur di hari sebelumnya, gue gak suka karena di hari Senin ada matematika. Tapi masuk di kelas sebelas ini gue agak bahagia karena yang dulunya di kelas sepuluh matematika ada dua yaitu, matematika wajib sama peminatan, di kelas sebelas ini khusus kelas IPS dan Bahasa di SMA gue cuma ada matematika wajib doang. Tapi tetep aja gue gak suka.

"Revan kamu tetangga sama Eric kan? Nanti aku titip sesuatu ya?" Nadya gebetan gue yang baru aja balik dari lapangan selepas upacara pagi tampak sangat cantik, serius.

Gue suka Nadya udah lama, dari kelas sepuluh semester awal. Nadya itu orang yang humble, dia cantik, baik, lemah lembut, dan ceria. Andai gue bisa deskripsiin dia dengan baik dan benar, gue bakal deskripsiin. Tapi sayang gue gak bisa, gue cuma bisa kasih satu kata, sempurna. Bagi gue Nadya itu sempurna nya kesempurnaan, tapi dia punya kekurangan, dia suka nya Eric bukan gue. Mentang-mentang Eric ganteng aja.

"Lo gak mau ngasih sesuatu buat gue juga Nad?" Sebenarnya Nadya tau gue suka dia, gue pernah ngomong ke dia, tapi gak nembak karena gue takut kena amuk kakak-kakak gue karena pacaran, jadi gue cuma bilang rasa suka gue ke dia.

"Lain kali aja Re, sekarang buat Eric dulu doain semoga Eric suka dan mau jadi pacar gue ya Re." Senyum, Nadya tersenyum dengan sangat manis setiap kali tentang Eric, buat gue iri.

"Mending lo kasih sendiri Nad daripada nyuruh Revan." Kayaknya Theo keseringan main sama kuyang deh sampai bisa muncul tiba-tiba gitu. Serius ini dia tiba-tiba muncul dan udah ada di belakang Nadya.

"Emang kenapa kalo nitip Revan? Titipan gue diembat?"

"Itu salah satunya karena Revan suka sama elo dan nggak mau lo pacaran sama Eric, salah duanya dia bakalan adu bacot lagi sama Eric dan mau nggak mau gue lagi sama Tian lagi yang harus misahin mereka sebelum keciduk dan dibawa ke ruang BK."

"Oh kalo gitu gua nitip tolong ke elo aja gimana?"

"Masih ada dua kemungkinan itu."

"Yaudah deh gue kasihin sendiri aja." Lepas berujar seperti itu Nadya pergi, sisa gue sama Theo, berdua.

"Elo kalo gak ngerestuin gue sama Nadya bilang."

"Bukan enggak, tapi lo gak punya kesempatan. Nadya itu terlalu buta buat liat orang lain selain Eric, dan Eric terlalu enggan buat masuk dalam dunia percintaan."

"Terus?"

"Mending lo cari gebetan baru, bang Dhika misalnya, ketua OSIS kita." Fyi, bang Dhika itu anak kelas dua belas, masih menjabat jadi ketua OSIS karena masa jabatannya baru abis bulan depan.

"Lu kira gue homo."

"Lo emang pantes jadi homo sih, lebih tepatnya jadi uke."

"Dih anjir ogah gue." Mengikuti jejak Nadya, gue ikut pergi masuk ke kelas.

'Yaudah sih jadi homo, biar gue ada temennya.'

💫✨💫

Jam sepuluh lebih sepuluh menit, waktu jam istirahat pertama dimulai. Para siswa yang sedari tadi telah bosan dan capek belajar di kelas, segera berbondong-bondong keluar dan menuju kantin.

"Lo gak ke kantin Re?"

"Males ah The, jam segini pasti kantin rame banget, mending di kelas aja sekalian ngadem di bawah kipas."

OUR SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang