epilog

1.4K 45 0
                                    

Sebulan sudah hubungan Eric dan Revan berjalan. Di luar rumah, mereka masih bertingkah seperti biasa, berdebat karena hal sepele, saling ejek saat bertemu, dan mungkin saling memaki jika berpapasan. Yang mengetahui hubungan mereka pun hanya beberapa orang yang memang kenal dekat mereka, Eric sempat ingin mengatakan pada orang tuanya, tapi Revan menolak usul itu karena ia takut canggung dengan mereka.

Saat ini kedua laki-laki itu tengah berada di kamar Eric, tengah melakukan agenda rutin belajar bersama mereka. Sebenarnya saat ini hanya Revan yang belajar, Eric sudah selesai sejak tadi dan kini bersandar pada kepala ranjangnya.

"Udah Selesai?" tanyanya begitu melihat Revan menegakkan tubuhnya dan meletakkan pulpen yang sedari tadi ia gunakan. "Sini senderan." Revan mendekat pada Eric dan ikut bersandar pada dada kekasihnya itu.

"Re, gimana perasaan lo sekarang ke gue?"

"Kenapa? nggak sabar banget lo nunggu gue seratus persen jatuh cinta sama lo?" tanya balik Revan.

"Iya, gue udah pengen nikahin lo soalnya."

"Gila ya lo, bisa nggak sih lo jadi cowok cool  juga di depan gue? Gue rasanya mau gila tau nggak tiap kali lo mulai gombal jijik kayak gitu."

"Ih ayang aku ngambek soalnya digombalin," ujarnya senbari sok-sokan cemberut imut yang justru menurut Revan itu menjijikkan.

"Geli, Ric, jangan gitu lagi."

"Iya-iya tapi panggil  gue sayang dong, udah sebulan loh kita pacaran, nggak pernah sekalipun lo panggil gue pacar."

"Hish ribet banget sih lo, lagian gue udah punya panggilan sayang sendiri buat lo."

"Oh ya, apa tuh?"

"Babi, Eric babi," ujar Revan sembari tersenyum manis.

"Kok babi sih, Re..." rengeknya.

"Ya kenapa? Babi lucu kok, dibanding gue panggil lo setan?"

"Terserah deh, pokoknya ayang seneng. Eh ya, hari minggu nanti jalan yuk?"

"kemana?" tanya balik Revan.

"mall? nonton?"

"Boleh aja." keduanya kemudian diam beberapa detik sebelum Eric dengan isengnya mengecup pipi Revan berkali-kali lalu beralih pada ranum merah muda kekasihnya.

Revan yang mendapat perlakuan seperti itu kemudian berteriak, "Eric sialan!". Namun, bukannya berhenti. Laki-laki kelahiran september itu justru semakin melanjutkan kegiatannya menciumi seluruh wajah kekasihnya. 

Sadar Eric tak akan semudah itu berhenti, Revan menutuskan untuk pasrah dan malah membalas kecupan Eric di bibirnya yang kemudian kecupan itu berganti menjadi ciuman penuh cinta antara dua orang laki-laki yang bersahabat sejak mereka kecil itu.

"Eric, meskipun gue ngeselin, suka marah-marah, tapi jangan tinggalin gue ya."

"lo juga Re, meskipun gue nyebelin, suka jailin lo terus, jangan pernah tinggalin gue ya, gue sayang banget sama lo."

"Me too. I love you too."

💫✨💫✨

Hari minggu telah tiba, sesuai janji mereka akan pergi ke bioskop untuk sekedar mencari hiburan setelah satu minggu dipenuhi dengan belajar. Kala itu mereka terlihat sangat kontras dengan Eric yang mengenakan pakaian serba hitam dan Revan yang memakai pakaian  cerah.

Sembari menunggu jadwal film mereka, kedua sahabat yang kini berubah menjadi kekasih itu memutuskan untuk keliling lebih dahulu, menikmati aneka sajian makanan dan minuman atau sekedar bermain di timezone. Puas berkeliling, Eric dan Revan kemudian menuju kembali ke bioskop karena film mereka akan diputar sepuluh menit lagi.

Beberapa langkah sebelum sampai di bioskop, hal yang mengejutkan terjadi. Di hadapan mereka, ada dua orang yang mereka yakini sebagai sahabat mereka tengah bergandengan tangan dan mengenakan pakaian yang sama.

"Kok? Jelasin ke gue ini maksudnya apa," ujar Revan pada Theo yang menatapnya canggung.

"Hehe maap, Re. Gue sebenarnya pacaran sama Tian," jawab Theo masih dengan senyum canggungnya.

"Kok bisa? Gue beneran mikir pacar lo cewek lo, The. Cewek yang cakep banget sampek lo nggak rela mamerin dia!" protes Revan.

"Ya bisa lah. Lagian, gue nggak pernah bilang pacar gue cewek, dan emang bener bukan cewek. Tapi cowok cantik yang bikin gue jatuh cinta sampek mampus." Theo menatap Tian ketika ia mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Kalian mau nonton film juga?" kali ini Eric yang bertanya.

"Iya, kalian juga mau?" jawab Tian dan memberi pertanyaan yang sama.

"Yaudah bareng aja kalo gitu, udah kenal juga kan? 

"Tumben banget ngajak orang lain bareng?"

"Gapapa cuma mereka doang. Lagian Tian temenku, Theo juga temen kamu, nggak ada yang salah."

Keempatnya kemudian masuk ke dalam bioskop bersama dan duduk di baris yang sama juga. Di pertengahan film, entah setan dari mana, Revan tiba-tiba mencium bibir Eric dan memangutnya sedikit.

"Kayaknya aku kecanduan nyium bibir kamu deh, Bi."

Mendengar perkataan Revan, senyum di bibir Eric kemudian merekah dengan sangat indah. Belum pernah Revan mengatakan kalimat dengan nada semanis itu selama dalam hubungan mereka. Atau Eric saja yag tidak terlalu peka.

"Selesai ini, langsung pulang ya, kita ciuman sampek kamu puas."

"Babi emang."

Eric tau, Revan masih belum sepenuhnya mencintai dia. Tapi Eric juga tau, Revan akan berusaha semampunya buat jatuh cinta ke dia. Buktinya, sekarang tanpa ada sebab tiba-tiba laki-laki itu menciumnya yang membuktikan bahwa ia hampir sepenuhnya mencintai Eric, atau justru sudah penuh. Lagi pula seperti yang pernah dia bilang dulu, mungkin bukan sekarang, tapi pasti ada waktunya. Jadi Eric akan terus bersabar.

Ngomong-ngomong terima kasih ya, buat kamu yang sudah mau mengikuti kisah miliknya. Ini bukan akhir, ini masih permulaan dan kita masih akan bertemu Eric dan Revan lagi nanti. Di bagian lain dari cerita hidup mereka. Sampai bertemu lagi.

-fin-

____________________________________________

Huhuhu aku masih nggak rela kalo cerita ini selesai, aku sayang banget sama mereka😭

Btw siapa yang udah nebak kalo pacarnya Theo itu Tian? untuk cerita mereka sendiri bisa dibaca disini, sudah di upload silakan cek profil author🥰

Btw siapa yang udah nebak kalo pacarnya Theo itu Tian? untuk cerita mereka sendiri bisa dibaca disini, sudah di upload silakan cek profil author🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OUR SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang