Part. 21 Pacar Nadya

1K 49 0
                                    

Setelah pengakuan mengejutkan Eric semalam, gue nggak bisa tidur, gue kepikiran banyak hal. Kok bisa Eric suka gue? Apa alesan Eric nolak Nadya karena dia suka gue? Sejak kapan Eric suka gue? Dan gue harus gimana kalo ketemu Eric nanti? Aduh pusing banget gila.

Pagi ini gue berjalan dengan lunglai menuju kelas. Selain dikarenakan ngantuk dan masih kepikiran, gue aslinya lemes karena flu.

Sampai di kelas gue lihat ciwi-ciwi pada ngerubungin bangkunya Nadya. Karena gue kepo, gue nanya Melly yang merupakan sahabatnya Nadya sejak kelas sepuluh.

"Mel, ini ciwi-ciwi pada ngapain?"

"Oh ini Re, cintanya Nadya akhirnya diterima sama eric," jawabnya.

"Kok bisa? Kapan?"

"Tadi malam Eric chat gue Re, nanya gue masih suka sama dia atau enggak. Terus Eric ngajak gue pacaran." Kali ini Nadya sendiri yang jawab pertanyaan gue.

"Oh kalo gitu congrats ya Nad, akhirnya lo nggak perlu ngejar-ngejar Eric lagi, dia udah punya Lo sekarang."

Jujur gue kecewa sekarang. Sejak kelas sepuluh Eric selalu nolak Nadya sedang gue selalu ngejar-ngejar Nadya, ini nggak adil kalo mereka berdua malah pacaran. Terus gimana dengan dengan pengakuan Eric tadi malam? Jangan bilang cuma bercanda? Ini nggak lucu bangsat, gue kepikiran semaleman.

Tak lama setelah gue duduk, teman sebangku sekaligus sahabat gue masuk ke kelas dengan muka yang terdapat lebam yang gue tau karena tonjokan Eric semalam. Gue nggak tau Eric nonjoknya sekenceng itu sampek lebam.

"Eric pacaran sama Nadya, The," adu gue.

"Dari awal gue udah bilang, Re, Nadya bukan buat elo," balasnya.

"Eric semalam ngaku ke gue kalo dia suka gue," adu gue lagi.

"Dan reaksi lo?"

"Nggak gue terima tentu aja, gue bukan homo, The. Tapi gur nggak terima dia baru aja bilang suka gue terus tiba-tiba nembak Nadya buat jadi pacarnya, ini nggak adil," ujar gue sembari berbalik menatap sahabat gue itu.

"Re, gimana kalo Eric nembak Nadya karena dia mau ngilangin perasaan dia? Kalian udah kenal lama, bakal kerasa aneh kalo tiba-tiba ada rasa di antara kalian, terlebih kalian cowok. Perasaan kayak gitu belum diterima di masyarakat sini."

"Tapi tetep aja ini nggak adil buat gue, Theo. Gue udah ngejer-ngejer Nadya dari dulu, kenapa dia nggak pernah ngasih gue kesempatan?"

"Re dengerin gue, gue udah bilang Nadya bukan buat elo, Nadya itu buta buat liat seseorang yang tulus, Nadya terlalu terobsesi ke Eric sampek-sampek dia nggak peduli perasaan yang lain, Nadya itu nggak pantes buat hati sebaik punya elo. Kalau pun elo punya pacar nanti, dia lebih baik dari Nadya." Theo memegang kedua sisi kepala gue selama berbicara dan gue natap dia.

Dari arah pintu sekilas gue liat Eric dan Tian masuk, dan tentu kedua anak itu liat gue ama Theo dalam posisi yang agak ambigu.

"Weh gila, itu tangan diturunin napa, kayak orang mau cipokan anjir." Dari belakang Fajar menepuk tangan Theo dan mau tidak mau, Theo menurunkan tangannya.

"Kalo Theo ama Revan sampek cipokan, gue bakal traktir kalian berlima sotonya Bu Wati," kali ini temen gue Raya yang terkenal sebagai fojishi-nya kelas berujar.

"Elo bakalan suka banget sih, Ray, kalo gitu," sahut Fajar.

"Iyalah beb, kapan lagi liat momen homo secara langsung," Raya, Fajar, dan temen gue satu lagi Wahyu ketawa denger omongan Raya. Fyi aja gue, Theo, Raya, Fajar, sama Wahyu tuh satu circle bangku belakang.

Oh iya balik lagi ke Eric. Dia ke kelas gue dan nyamperin Nadya, sedang Tian cuma ngikutin dia.

Eric ngasih sesuatu ke Nadya, kotak bekal.

"Mami aku bikin pasta tadi, Nadia aku bawain kamu sedikit." Ujar Eric samar gue denger.

"Makasih ya, sayang," balas Nadya dengan nada yang manja kata gue.

"Sama-sama, aku balik dulu ya bentar lagi bel." Dengan begitu aja, Eric keluar dari kelas gue dan ciwi-ciwi circle Nadya langsung teriak histeris.

"OMG! Eric keren banget gila!"

"Dia sweet banget padahal biasanya kayak batako."

"Ini fiks sih, Nadya cewek beruntung!"

Kurang lebih kayak begitulah teriakan mereka.

Gue kembali menatap Theo lagi, "itu muka gapapa, The? Perasaan semalem nggak sekenceng itu Eric mukulnya."

"Hehehe gue ditampar pacar gue soal ya nyium elo," balasnya sambil cengengesan.

"Mampus."

💫✨💫✨

Eric dan Tian berjalan beriringan menuju kelas mereka setelah dari kelas XI-IPS 1 mengantarkan sarapan buat Nadya, pacar Eric.

"Ric, aku masih kaget loh kamu nerima Nadya, mana sweet banget lagi, kayak... kamu nggak jadi kamu pas sama Nadya," ujar Tian mengisi kesunyian diantara mereka.

"Emang kenapa kalo aku nerima Nadya? Toh, dia juga udah lama suka aku kan?"

"Kamu nerima dia karena kasian?"

"Suudzon dosanya ditimpuk pake batu, Ti."

"Aku nggak suudzon ya, aku nanya. Jadi kamu nerima dia karena apa? Kayak nggak mungkin Ric kamu nerima dia. Kamu bilang ke aku kalo kamu nggak bisa nerima Nadya karena Revan suka Nadya, dan kamu nggak mau makin jauh sama Revan. Sekarang kamu terima malah nyamperin Nadya ke kelasnya lagi, yang notabene nya kelas Revan juga. Aku liatnya kayak kamu berusaha narik perhatian seseorang dengan nunjukin hubungan kamu sama Nadya," jelas Tian panjang lebar.

"Lo liatnya gitu?"

"Iyalah. Nih denger, kamu nggak pernah mau repot bawain bêkêl buat orang lain, jangankan buat orang lain, buat diri kamu sendiri juga nggak pernah. Kamu nggak suka ke kelas lain karena bagi kamu itu ngeribetin, dan sekarang kamu nyamperin Nadya ke kelasnya. Oh apa jangan-jangan kamu berusaha narik perhatian Revan ya? Kamu berusaha nunjukin ke dia kalo kamu tetep lebih unggul dari dia? Wah alamat aku kesusahan misah kamu sama Revan lagi nih." Kemudian tak ada lagi yang bersuara hingga keduanya sampai di kelas mereka.

To be continued
_________________________
Kayaknya part ini agak kureng deh, aku nggak bisa nyampein perasaan tidak adilnya Revan  dan action yang para tokoh lakukan dengan baik😭🙏

OUR SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang