Part 23. Maaf dan Perbaiki

1K 47 0
                                    

Keesokan harinya, Revan benar-benar mengabaikan Eric. Bahkan, saat Eric datang ke rumahnya untuk sarapan -kak Rea datang ke rumahnya tadi pagi buat ngajak makan bareng- Revan sama sekali tak menatap ke arahnya. Saat sudah selesai pun laki-laki kelahiran Januari itu langsung beranjak dan berangkat sekolah bersama Theo yang menunggunya sejak lima menit lalu.

"Saga, kamu berantem sama Dika?" Tanya bunda Kala.

"Enggak kok, Bun. Emang Revan lagi buru-buru aja kali, kan udah ditunggu," jawabnya beralasan.

"Tapi nggak biasanya loh, Ric. Elo sama Revan diem-dieman di meja makan kayak tadi, biasanya ada aja yang diributin. Beneran nggak berantem?" Kali ini Reni yang bertanya.

"Enggak, teh. Seriusan kita baik-baik aja."

"Udah-udah. Apapun yang terjadi Saga, kamu harus inget kalo kalian udah bareng-bareng dari kecil, kalian saling melengkapi satu sama lain, kamu itu Dika dan Dika itu kamu, nggak ada satupun di dunia ini yang bisa memisahkan kalian berdua, selamanya kalian bakal terus bersama. Inget ya Saga."

"Bun, kalo Saga buat kesalahan yang fatal sampai bukan cuma Epan aja yang kesel tapi Bunda, kak Rea, dan teh Reni juga, apa bunda bakal tetep nerima keberadaan Saga?"

"Selagi kamu masih berusaha buat benerin kesalahan kamu, kenapa enggak? Kesalahan sebesar apapun itu, kalo kamu tulus minta maaf dan berusaha perbaikin pasti dimaafin kok. Udah berangkat sekolah sana, telat nanti." Ketiga wanita itu beranjak sembari membawa piring kotor masing-masing untuk diletakan di bak cuci piring, sedang Eric masih diam di meja makan memikirkan kata-kata bunda Kala, ia harus minta maaf dan memperbaiki semuanya.

"Eric Lo mau telat apa?! Buruan berangkat?!" Teriak Reni dari dapur. Kali ini Eric setuju dengan pendapat Revan yang bilang kalo Reni tuh berisik.

"Iya! Saga berangkat Bun, kak, teh!" Pamitnya kemudian mengendarai motornya menuju sekolah.

Sampai sekolah, Eric udah di sambut oleh gadis cantik yang selama ini berusaha mendapatkan hatinya. Ia menunggu kedatangan Eric bersama dua temannya yang selama ini selalu mendengarkan cerita tentang laki-laki yang kini menyandang status sebagai kekasihnya itu.

"Pagi prince Eric," sapanya ceria. "Hari ini aku bawain kamu sandwich, dimakan ya aku bikin sendiri."

"Makasih ya sayang," balasnya sembari mengusak surai panjang Nadya yang tergerai dengan indahnya.

Hal itu sontak saja membuat kedua sahabat Nadya menjerit kegemasan. Eric tak hanya tampan tapi juga menawan dan romantis.

"Ayo ke kelas, bentar lagi bel," ujarnya kemudian menggengam jemari Nadya dan menuntunnya ke kelas gadis itu.

Sama seperti kelas IPS pada umumnya, kelas IPS 1 di SMA Garuda 5 juga berisik dan ribut. Saat Eric, Nadya, dan dua temannya sampai, sebuah adegan dramatis tersaji. Di dalam sana, tepatnya di depan papan tulis ada Theo yang berdandan seolah ia seorang putri menggunakan taplak meja sebagai gaun dan menggenakan mahkota dari daun nangka hasil karya anak-anak perempuan yang mengambil dari pohon nangka yang kebetulan tumbuh di belakang kelas mereka. Di hadapannya terdapat Revan yang berperan sebagai pangeran dengan Wahyu yang menjadi kudanya. Di bangku paling depan, ada Fajar dan Raya yang berperan sebagai sutradara.

"Oke sekarang, si putri maafin pangeran dan mereka ciuman," ujar Raya yang mengundang sorak dari penghuni kelas yang lain.

"Tuan putri, karena engkau telah memaafkan aku, bolehkah aku mencium bibirmu yang manis itu," kata dengan ekspresi seperti seolah ia memainkan peran dalam film Disney.

"Tentu saja boleh pangeran, tetapi setelah engkau menciumku, sudikah engkau untuk ku lempar ke kandang singa."

"Tega sekali engkau wahai putri Theo."

OUR SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang