Awal hari Gedzyrra sudah rusak gara-gara dia harus bangun pagi-pagi di hari weekendnya. Mommy nya berusaha keras untuk membangunkannya, meski Gedzyrra berhasil terbangun namun tetap saja di dalam hatinya sibuk misuh-misuh tak karuan.
Pagi-pagi begini mommy nya sudah menyeret Gedzyrra untuk keluar rumah, dengar-dengar katanya ada tetangga baru yang dini hari tadi baru saja pindahan. Mau tak mau Gedzyrra harus menemani sang bunda hara tercintanya untuk berkunjung, padahal dalam hatinya dia tidak perduli sedikit pun pada tetangga baru nya itu, mau ada ada tetangga atau pun tidak Gedzyrra tidak perduli, baginya semuanya akan tetap sama saja. Tidak akan ada yang berubah dan tidak akan berbeda dari sebelumnya.
Gedzyrra dengan kolor super elitnya dan kaos putih oversize dipadukan dengan rambut panjang bergelombang dan kulit putih bersih nya ikut berjalan dalam gandengan Yejisya.
"Selamat pagi," sapa Yejisya pada seorang wanita paruh baya yang begitu anggun dan cantik yang terlihat ringkih dengan satu kardus dalam pelukannya.
"Pagi." balas ramah wanita tersebut dengan senyum merekah di bibirnya. Hal itu membuat Gedzyrra merasakan denyut di jantungnya yang tidak biasa, sudah menjadi hal yang tidak asing bagi Gedzyrra untuk merasakan perasaan seperti itu. Sikap dinginnya kadang memang menemukan sisi terenyuh saat berhadapan dengan orang-orang luar biasa yang bisa bersikap ramah dan lembut seperti itu, sikap dan tingkah yang sama sekali tidak ada pada diri Gedzyrra.
"Saya Yejisya, dan ini anak saya. Kami tetangga di seberang sana," ucap ramah Yejisya pada wanita tersebut. Dengan senyum lebar wanita itu malah menyuruh Gedzyrra dan mommy nya untuk masuk ke dalam rumah mereka.
Dengan tatapan maut, Gedzyrra berusaha menolak. Namun dengan senyum sang bunda hara, yang memberinya kode untuk menyetujui ajakan ramah tetangganya itu mau tak mau Gedzyrra harus menyerah.
Kini, Yejisya dan putri cantiknya sudah duduk di living room rumah baru wanita itu. Tak lama sejak berpamitan mengambil minum, wanita itu sudah kembali dengan membawa nampan berisikan dua cangkir teh hangat untuk Yejisya dan Gedzyrra.
"Senang bisa bertetangga dengan ibu, saya Gyora." wanita itu memperkenalkan dirinya dengan ekspresi ramah yang tidak pernah memudar dari wajah nya.
"Ah, santai aja. Panggil aja nama aku, gak usah sungkan," ucap Yejisya.
"Ah iya iya siap. Duh maaf ya, seharusnya sebagai tetangga baru aku yang berkunjung ke rumahmu," ucap Gyora dengan perasaan sedih.
"Oh tidak apa-apa, kebetulan hari ini kami sedang senggang, jadi tidak ada acara apa pun. Dan tadi pagi dapat info dari Daddynya Jyrra katanya ada tetangga baru yang pindahan, jadi ya udah deh sekalian aja berkunjung."
Pernyataan Yejisya itu mendapat sorotan mematikan dari Gedzyrra, setelah menariknya ke rumah ini dan mengganggu tidur nyenyak nya Yejisya malah berbicara seakan tidak ada dosa apa pun.
"Maaf sebelumnya karena harus mengatakan ini, tapi jujur setelah ketemu langsung gini aku merasa sangat beruntung bisa bertetanggaan dengan aktris papan atas, udah gitu cantik banget. Biasanya cuma bisa menonton di televisi."
"Oh, hahaha ya ampun padahal aku udah nggak sering main film akhir-akhir ini."
Percakapan dua ibu-ibu itu hampir membuat Gedzyrra tertidur pulas, hal yang sangat membosankan dan sangat tidak Gedzyrra sukai. Disela-sela perbincangan panjang mereka, informasi yang masuk ke telinga Gedzyrra yaitu bahwasanya wanita paruh baya bernama Gyora itu adalah seorang dokter, dia memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai Hakim terkenal di negara ini, dan memiliki 3 orang putra. Anak yang pertamanya sedang berkuliah di Harvard. Sedangkan anak keduanya diperkirakan seumuran dengan Gedzyrra, dan yang bungsu hanya selisih 3 tahun dengan anak keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONQUEROR [On Going]
Teen FictionTHE CONQUEROR adalah sebuah kisah yang menceritakan seorang gadis angkuh, berhati dingin, dan naif yang harus menaklukkan hati seorang pemuda dingin yang ternyata memiliki sifat bahkan pemikiran yang sama dengannya, di mana suatu percintaan, hubunga...