E P I L O G

14.4K 457 16
                                    

The Royal Barnes Cruise | San Diego,
California.
10.00 AM.
Desember 2007.

Cecilia begitu antusias mengelilingi seisi kantor besar milik ayahnya saking antusiasnya Cecilia tanpa sadar tersesat, ini pertama kalinya Cecilia mengelilingi The Royal Barnes sebab itu Cecilia begitu senang.

"Nona Cecilia kau sedang apa di sini?"

Di lorong dengan karpet berwarna biru laut dan di dinding di hiasi ukuran laut Cecilia bertemu dengan Kris.

"Aku sedang jalan-jalan."

"Kau tidak tersesat?" tanya Kris kembali, ada rasa khawatir kalau putri tuan Beckham ini akan tersesat dan membuat repot seluruh karyawan di kantor.

Cecilia menggeleng, "Tidak, aku ingat jalan pulang."

Kris akhirnya mengangguk dengan ragu-ragu. "Oke baiklah kalau begitu aku pergi dulu, hati-hati nona Cecilia."

Cecilia mengangguk dan kembali berjalan tanpa tahu akan ke mana. Cecilia terlalu larut dalam kesenangannya dan terus berjalan, berkhayal kalau suatu hari nanti kantor ini miliknya. Terus berjalan sampai entah bagaimana bisa Cecilia sampai di pintu belakang kantor yang mengarah ke basement.

"Ya tuhan," Cecilia mundur selangkah saat tahu kalau dirinya berada di luar kantor. Peringatan yang Beckham berikan seketika terngiang di kepalanya.

"Jangan keluar kantor, kau akan hilang."

"Aaarghh fuck!"

Cecilia menoleh ke kanan ke kiri saat mendengar suara orang, Cecilia agak merasa takut kalau orang itu adalah penjahat. Cecilia memicingkan matanya melihat pria yang duduk di aspal dengan lembaran kertas yang berserakan. Hati nurani merasa itu bukan orang jahat, Cecilia mendekati pria itu yang terlihat sedang kerepotan Cecilia berpikiran itu adalah pria tua yang kesakitan.

"Are you oke uncle?" tanya Cecilia di belakang pria itu.

Cecilia melihat kegiatan pria itu yang memungut lembaran kertas lalu salah satu kertas yang berada di bawah kaki Cecilia ambil dan menyodorkannya pada pria itu. "Ini," Walau di abaikan Cecilia masih bersikap baik, mungkin pria itu bisu atau tuli pikir Cecilia.

Saat pria itu bangkit Cecilia paham kalau pria itu tidak seperti yang ada di pikirannya pria itu tidak tua malah masih muda dengan jas hitam yang sedikit kotor.

Cecilia membelalakkan matanya, "Uncle keningmu berdarah." ucap Cecilia sambil menunjuk ke arah yang di maksud.

Pria itu menyentuh keningnya dan benar ada sedikit darah yang keluar.

"Pelipismu memar," ucap Cecilia kembali. "Kau mau di bawa ke rumah sakit? Aku akan hubungi daddy." Rasanya kasihan Cecilia melihat pria itu, Cecilia pikir pria itu karyawan Beckham.

Pria itu menatap tajam Cecilia yang tingginya hanya sebatas dada, "Tidak perlu. Di mana orang tuamu?"

Cecilia mengedipkan matanya beberapa kali jadi pria ini tidak tuli atau bisu. "Mommy di rumah dan daddy berada di ruangannya."

Pria itu mengangguk dan bersiap mengambil langkah cepat untuk masuk ke dalam kantor, "Oke aku sedang buru-buru jadi selamat tinggal."

"Tunggu uncle," Cecilia menarik ujung jas pria itu.

Pria itu menaikkan satu alisnya, "Kau jangan memanggilku uncle," ucapnya. "Aku bukan paedofil," gumam pelan pria itu tapi Cecilia masih bisa mendengarnya.

Cecilia jongkok mengambil selembar kertas, "Kertas satu lagi tertinggal."

---------

Mansion Wilder | San Diego,
California.
9.00 AM.

Derek Omari Wilder pagi-pagi sekali harus di bangunkan oleh ibunya dengan paksa, padahal ibunya tahu bahwa Derek baru tidur dini hari saat pulang dari bar.

"Derek daddy menunggumu!" Sabrina dengan kesal menarik selimut berbulu berwarna hitam yang di pakai Derek. "Derek ayolah daddy bilang ini penting!"

"Hemm oke oke," dengan keadaan setengah sadar Derek bangun dan berjalan malas menuju kamar mandi. Bahkan Derek berjalan sempoyongan.

Sabrina diam bersandar pada lemari kaca yang menampilkan deretan miniatur robot. Lima menit berlalu akhirnya Derek keluar dengan keadaan sudah rapi, tapi wajahnya terlihat kusut karena kesal.

Sabrina melirik jam di kamar Derek, "Kau tidak perlu sarapan ya, ini sudah terlambat jadi ayo cepat turun." Keadaan Derek yang masih setengah sadar hanya menurut saat Sabrina menarik tangannya keluar kamar berjalan menuju halaman depan.

"Derek ini barang yang tertinggal kau antar ke Barnes Cruise, daddy sudah menunggumu. Hati-hati." Sabrina mendorong Derek agar segera masuk ke dalam mobil.

Derek menghela nafasnya dan menjalankan Jeep Wrangler hitam yang terkenal pada masanya. Di tengah perjalanan Derek yang tidak fokus hampir saja menabrak anak kecil yang menyeberang.

Brugh.

Derek mengerem mendadak membuat kepalanya terbentur stir dengan keras. "Arghh untung saja," Derek memukul stir mobil dan kembali menjalankan mobilnya kali ini Derek akan lebih fokus.

Beberapa menit terlewat akhirnya Derek sampai di basement belakang gedung dengan tergesa-gesa Derek keluar mobil sampai tidak melihat ada sepeda motor yang lewat dengan kecepatan tinggi.

"Wow!" Derek terkejut bahkan sampai membuat beberapa lembar kertas berjatuhan. "Shit! Siapa kau? Akanku bunuh kau!" diam-diam Derek menghafal plat nomor motor tersebut akan Derek cari dan beri pelajaran pada pengendara motor itu.

"Aarggh fuck!" umpat Derek lalu dirinya berjongkok memunguti lembaran kertas.

Pagi ini benar-benar pagi yang buruk bagi Derek, ingin menyalahkan Sabrina tapi tidak bisa. Derek hanya mampu mengomel di dalam hati. Saat Derek berjongkok memunguti lembaran kertas yang berserakan Derek mendengar suara seseorang menanyai keadaannya.

"Are you oke uncle?"

Derek bisa menebak kalau suara itu pasti suara anak kecil berusia 10 tahun atau lebih. Derek mengabaikan suara itu sampai akhirnya membalikkan tubuhnya melihat gadis kecil yang menyodorkan selembar kertas.

"Ini."

Gadis di depan Derek sangat kecil menurutnya, tingginya saja mungkin hanya sebatas dada jika sampai. Gadis itu membelalakkan matanya, "Uncle keningmu berdarah," ucapnya sambil menunjuk ke arah yang di maksud.

Derek sedikit kesal saat gadis ini malah memanggilnya uncle apa setua itu wajah Derek, Derek menyentuh keningnya dan benar ada sedikit darah yang keluar, sepertinya ini akibat tadi terbentur stir mobil.

"Pelipismu memar," ucap gadis itu kembali. "Kau mau di bawa ke rumah sakit? Aku akan hubungi daddy?"

Derek diam saat gadis itu juga menunjuk pelipisnya yang memar, memar di pelipis sudah Derek tahu sejak pagi tadi. Memar yang Derek dapatkan karena bertengkar di bar.

Derek menatap tajam gadis yang tingginya hanya sebatas dada, "Tidak perlu. Di mana orang tuamu?" orang tua mana yang meninggalkan anaknya di perusahaan besar ini, apa orang tuannya tidak takut kalau anaknya hilang.

"Mommy di rumah dan daddy berada di ruangannya."

Derek mengangguk, anak ini pasti anak dari salah satu karyawan di Barnes. Derek bersiap mengambil langkah cepat untuk masuk, karena merasa dirinya sudah terlambat. "Oke aku sedang buru-buru jadi selamat tinggal."

"Tunggu uncle."

Gadis itu menarik ujung jasnya, membuat Derek menatapnya dengan satu alis yang terangkat. "Kau jangan memanggilku uncle," ucap Derek. "Aku bukan paedofil," gumam Derek.

Cecilia jongkok mengambil selembar kertas, "Kertas satu lagi tertinggal."

Derek terkunci saat melihat mata coklat tua namun terkesan hitam yang dalam, mata gadis itu bagai laut walau bukan biru tapi mata itu mampu menenggelamkan siapa saja yang menatapnya. Derek memerhatikan wajah gadis itu dengan serius, wajahnya kecil bulat, bibir merah muda dengan wajah yang putih dan pipi merona.

Derek memuji gadis kecil itu dalam hatinya, tidak bohong gadis itu cantik pasti mamanya juga cantik.

"Siapa namamu?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dalam diri Derek setelah puas menatap wajah gadis kecil itu.

"Cecilia."

Suaranya tegas jiwa kepemimpinan gadis kecil ini cukup sudah terasa bagi Derek, mungkin suatu hari nanti gadis ini menjadi pemimpin.

"Cecilia," gumam Derek. Derek mengangguk. "Aku senang bertemu denganmu tapi, aku sedang terburu-buru jadi sekali lagi selamat tinggal Cecilia." Kali ini Derek benar-benar pergi meninggalkan Cecilia.

"Siapa nama uncle itu?" gumam Cecilia. "Ya tuhan aku harus pulang!" Cecilia tersadar dirinya berada di luar kantor.

Cecilia berlari masuk kembali ke dalam gedung tapi sayang ternyata Cecilia lupa jalan menuju ruangan Beckham, beruntung saat hampir frustrasi Cecilia bertemu Jack yang tengah mencarinya. Ternyata sejak tadi Jack mencari Cecilia.

Di perjalanan menuju ruangan Beckham Cecilia menceritakan apa yang dia alami tadi tapi sayang Jack tidak mengenal pria yang Cecilia jelaskan atau lebih tepatnya Jack tidak mendengarkan apa yang Cecilia ceritakan.

"Ya sudah. Intinya dia sangat seram, sombong, dan aneh. Aku benar-benar tidak menyukainya." ucap tegas Cecilia penuh kekesalan.

-------------------

DIVORCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang