23 ( Janji )

729 30 1
                                    

Seluruh kota gempar ketika mendengar kabar jika Vanilla anak dari seorang Lucas tengah hamil.

Setelah memeriksa kandungannya, Vanilla dan Zack memberitahu Lucas dan Zuvier tentang kehamilan Vanilla.

Tentu saja Lucas dan Zuvier sangat bahagia karena mendengar jika mereka akan segera mempunyai cucu.

Lucas dan Zuvier dengan cepat menyumbangkan banyak uang dan makanan ke panti asuhan dan panti jompo sebagai rasa syukur mereka.

Tak sedikit media yang meliput kebahagiaan dua keluarga itu.

Semua orang tahu tentang kabar itu, termasuk Flores.

"Arghh!!"

Prangg!!

Flores melempar seluruh barang yang dirinya lihat.

Flores meremat rambutnya dengan kencang.

Matanya melirik ke arah televisi yang menunjukan gambar dimana Zack, Lucas dan Zuvier tengah berbincang-bincang bersama dengan beberapa wartawan.

"Vanilla.. Kau akan menyesal karena telah menikah bersama dengan Zack!"

🌸🌸🌸

Vanilla dan Zack sudah pulang ke rumah mereka.

Setelah melakukan beberapa wawancara, Zack memutuskan untuk mengajak Vanilla pulang.

Walaupun Vanilla tidak ikut saat melakukan wawancara, tetap saja, Vanilla melakukan aktifitas di luar rumah yang membuat Zack sedikit khawatir.

Vanilla merebahkan tubuh nya di atas sofa dan menghela nafasnya.

"Apakah kau lelah?" tanya Zack sambil mengusap kening Vanilla.

Vanilla mengangguk singkat dan memejamkan matanya.

"Jika ingin tidur, tidurlah di kamar."

"Aku hanya beristirahat sebentar."

Zack tersenyum tipis lantas berjalan menuju kamar untuk membersihkan tubuh nya yang sudah lengket.

•••

Setelah selesai dengan ritual mandi nya, Zack kembali ke ruang tamu untuk melihat Vanilla.

Zack menghela nafasnya saat melihat Vanilla yang tertidur dengan posisi sebelumnya.

Zack membungkuk kan sedikit badannya dan mengangkat tubuh Vanilla dengan perlahan.

Zack memutuskan untuk memindahkan Vanilla ke kamar.

Tidak mungkin jika Zack membiarkan Vanilla tidur di sofa. Bisa-bisa, seluruh tubuh Vanilla akan nyeri saat terbangun nanti.

Zack menarik selimut secara perlahan untuk menutupi setengah tubuh Vanilla.

Vanilla yang merasa terus di usik pun, akhirnya membuka matanya perlahan.

Zack duduk di tepi ranjang. Tangannya naik untuk mengusap rambut Vanilla, "apakah kau ingin makan sesuatu?" tanya Zack karena Vanilla belum makan siang.

Vanilla nampak terdiam sesaat, "aku ingin sereal dengan susu full cream."

"Sereal?" ulang Zack yang di balas anggukan oleh Vanilla.

Zack terkekeh pelan, memang hormon ibu hamil tidak bisa di tebak.

Vanilla selalu memakan sereal di pagi hari, rasanya, tidak pantas juga memakan sereal di siang hari.

Namun, Zack tetap menuruti permintaan Vanilla.

Zack berjalan menuju ke dapur dan membuat makanan yang di pinta oleh Vanilla.

Vanilla bangkit dari posisi nya saat melihat Zack yang membawakan senampan sereal beserta dengan susu full cream.

Zack duduk di samping Vanilla dan mulai menuangkan susu itu ke dalam mangkuk berisikan sereal.

Zack memberikan mangkuk itu pada Vanilla yang tentu saja di Terima oleh Vanilla.

Vanilla memejamkan matanya saat merasakan kombinasi sereal dan susu di dalam mulutnya.

"Ini sangat enak," ucap Vanilla dengan mulut yang penuh dengan sereal.

Zack sedikit terkekeh dan mengusap rambut Vanilla dengan pelan.

Vanilla memakan sereal itu sampai habis menyisakan susu yang cukup banyak.

Vanilla meminum susu itu sampai kandas.

Vanilla menepuk tangan Zack dan memberitahu Zack jika di dalam mulutnya sangat banyak susu sampai membuat pipi nya mengembung.

"Telan sedikit-sedikit!" peringat Zack.

Gluk!

"Aahh.. Enak!"

Zack menyentil pelan kening Vanilla membuat Vanilla mengaduh.

"Tenggorokan mu akan sakit!"

Vanilla menggelengkan kepala nya, "tidak akan."

"Yayaya baiklah ibu hamil, lakukan apa yang kau mau."

Vanilla terkekeh pelan dan tangannya terangkat pelan untuk mengelus rahang Zack.

"Apakah kau lelah? Ayo istirahat! Kau pasti lelah karena sejak tadi melakukan wawancara yang cukup panjang."

Zack tersenyum tipis, Vanilla benar-benar istri yang baik.

"Benar, aku lelah dan ingin tidur. Ayo kita tidur!"

Zack hendak menarik tubuh Vanilla ke samping, namun Vanilla menahannya, "aku belum membersihkan tubuh ku, Zack. Aku juga harus membantu bibi untuk memasak. Kau tidurlah terlebih dahulu, nanti saat sore, aku akan mem---"

"Aku tidak mengizinkan mu untuk memasak, Vanilla."

Vanilla menghela nafasnya, "tap--"

"Vanilla."

Vanilla lagi-lagi menghela nafasnya, jika sudah seperti ini, dirinya tidak bisa menolak perintah Zack.

Zack tersenyum puas saat melihat Vanilla yang berbaring di sampingnya, sesuatu yang memuaskan jika Zack berhasil membuat Vanilla menurut padanya.

Zack menarik tangan Vanilla agar masuk kedalam pelukannya.

Tangan Zack perlahan menepuk-nepuk punggung Vanilla agar kembali tidur.

"Zack..."

"Hm?"

Vanilla kembali terdiam dan hana memainkan kancing baju Zack.

Zack menurunkan penglihatannya untuk menatap Vanilla, "ada apa?"

Vanilla menggelengkan kepala nya, "entah mengapa, aku merasa jika kau akan meninggalkan ku."

Zack mengernyitkan keningnya, "aku? Meninggalkan mu?" tanya Zack yang di balas anggukan oleh Vanilla.

"Mengapa aku harus meninggalkan mu?"

Vanilla menghela nafasnya, "aku sering bermimpi jika kau pergi entah kemana dan meninggalkan ku sendirian di rumah yang begitu sepi."

Zack mengusap wajah Vanilla dengan pelan, "aku tidak akan meninggalkan mu. Sampai kapan pun, aku berjanji."

"Jangan berjanji jika kamu akan mengingkari nya, Zack."

Zack mengernyitkan keningnya, "aku tidak berniat untuk mengingkari janji ku,"

Vanilla tersenyum tipis, "benarkah? Baiklah. Aku pegang janji mu, Zack."

( not ) One Love 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang