Rahasia besar Haoran Li

47 4 0
                                    

Haoran Li, adalah anak pertama dari pact(kawanan) yang Kaeya pimpin. Meski dirinya bukan ayah kandung dari Haoran, tapi dia sama menyayanginya seperti dirinya menyayangi putra kandungnya, Renard.

Haoran hampir duplikat dari ibunya sendiri, Zhongli. Hampir tidak memiliki fitur Childe sama sekali. Andai saja warna biru tidak bercampur dengan emas milik Zhongli dan sikapnya yang ekstrovert seperti Ajax.

Haoran adalah yang tertua namun juga yang paling manja dan yang paling tidak ingin ditinggal sendiri. Selalu memonopoli para omega dan yang paling mengesalkan para alpha karena membuat mereka kehilangan waktu dengan pasangannya. Tapi hal itu tidak terhindarkan, mereka berdua sepakat untuk tidak akan pernah menjauhkan omega mereka dari jangkauan Haoran.

Zhongli adalah favorit dari semua orang tuanya yang lain, terlihat sekali dari dia yang paling lengket jika menyangkut Zhongli. Dia selalu menceritakan segala apa yang terjadi di sekolah, segala keluh kesahnya, dan juga pendengar yang baik untuk segala kisah yang Zhongli ceritakan.

Tapi bukan berarti Kaeya tidak pernah ada dalam daftar 'yang pertama diberitahu jika ada masalah' milik Haoran, dia juga pernah menjadi teman curhat sang putra karena Kaeya akan menanggapinya dengan saran dibalut candaan. Senang itu meringankan masalah Haoran.

Namun suatu hari dia tidak bisa menambahkan candaan saat dia melakukannya.

Diusianya yang genap 15 tahun Haoran menghampirinya. Tinggal mereka berdua di rumah, Kaeya sedang duduk di sofa dengan Haoran yang berdiri kaku di depannya. Bahunya nampak bergetar dan Kaeya segera khawatir begitu menyadari, ada yang salah, pikir Kaeya.

"Ran ran?" Kaeya memanggil dengan lembut, menggunakan nama kecil Haoran yang jarang digunakan, yang manjur jika digunakan untuk membujuknya.

"Ayah," Haoran balas memanggil, suaranya dibuat setegar mungkin. Kaeya segera menyadari Haoran tengah ketakutan di depan.

"Ya, nak?"

"Uhm.. Aku.." Haoran menunduk, mencengkram kain celananya. "Akankah ayah memukul dan menendang ku keluar rumah jika aku berkata aku menyukai Renard?"

Itu bagaikan guyuran air dingin, lebih dingin dari salju musim dingin Snezhnaya, saat Haoran mengatakan hal tersebut.

Haoran menunduk makin dalam, meringkuk pada dirinya sendiri dalam ketakutan akan menerima pukulan. Dia tau ini bisa saja dihindar, bisa saja tidak akan pernah mengatakannya atau kabur saat ini juga untuk menghindari amarah.

Tapi dia tidak. Dia anak yang patuh, yang baik pada orang tuanya, dan ingin selalu jujur dengan masalahnya. Tetapi dia juga tau pernyataannya tidak untuk setiap orang. Jadi dia memilih salah satu untuk diberitahu dan Kaeya jatuh sebagai pilihan terbaik untuk tau, karena dia Alpha kelompok, karena dialah sang pemimpin dalam keluarga. Jika dia akhirnya diusir, dia akan menerima keputusan alpha, karena dia adalah anak yang patuh.

Sejauh ini reaksi ayahnya adalah diam, semakin membuatnya mati kutu. Sampai akhirnya Kaeya bersuara, "Haoran Li" Itu membuat Haoran tersentak.

Haoran menggumamkan sebuah kata. "Maaf" Itulah yang dapat Kaeya dengar dari setiap isakan putranya.

"Apakah.. Itu kenyataan? Apakah kau sungguh-sungguh?" Pertanyaan Kaeya tidak menghentikan isak Haoran, ia terus meneteskan air mata saat matanya bertemu pandang dengan Kaeya, kebingungan dan ketakutan.

"Apa?" 

"Haoran. Apa kamu benar-benar menyuka—mencintai Renard? Sebagai Alpha? Bukan kakak?"

"I do love him! Sebagai kakak maupun alpha! Aku mencintainya, aku mencintainya ayah!" Jawabnya tegas, kesungguhan terpancar dari mata dan ucapan, meski diselingi isak ketakutan. "Karena itu... Aku minta maaf karena tidak bisa mencintainya secara normal.. Ayah"

"Tak perlu untuk minta maaf, my dear." Kaeya tersenyum, puas oleh jawaban Haoran.

Tangan sang ayah menepuk sisi lain sofa, menyiratkan Alpha muda untuk duduk. Haoran menurut sembari mengusap segala air mata di mata serta pipinya.

Setelah dirinya duduk, Kaeya mengangkat tangannya untuk mengusap sisa air mata, tetap mempertahankan senyumnya, ketakutan Haoran telah menghilang.

"Selama kamu menjaga, memberi kasih sayang dan berlaku sebagai kakak yang baik. Kau bebas untuk mencintainya sebagai apa, selama kau tau batasan sayang. Selama kau tau, saat dia pergi kepelukan alpha lain, kau harus merelakannya" Kaeya menunduk, mencium kening Haoran, "dan apapun yang terjadi, Ayah akan selalu mencintaimu."

Pelukan Kaeya saat itu begitu hangat menurut Haoran, dia tidak menyesal memberitahu perasaannya pada sang Alpha. Haoran tersenyum dibalik bahu Kaeya, tenggelam pada kehangatan sembati mengeratkan pegangan pada pundak Kaeya.

---

Itu sudah 2 tahun sejak kejadian tersebut, Kaeya tak pernah melihat Haoran mengungkitnya lagi, tapi.. Sering kali terlihat bahwa–

Suatu saat Kaeya pulang dari kantornya. Rumah telah gelap, dia sudah mengira bahwa ketiga suami dan anak-anak mereka pasti sudah lelap dikamar masing-masing, dia tidak salah, namun tak juga benar.

Saat ia akan melewati lorong, dapat dilihat bahwa cahaya masih bersinar dari ruang keluarga, memancarkan cahaya dan juga suara.

"Ouh, ada yang masih menyalakan tv?" Kaeya dapat menebak bahwa yang berada di depan TV telah tertidur, hanya tv dan suaranya yang tersisa. Apa itu Diluc? Tapi buat apa dia menunggunya sedangkan Yue butuh mama untuk menemaninya tidur.

Kaeya memasuki ruang keluarga perlahan, dua kepala bersandar satu sama lain terlihat di sofa, pun saat itu juga dia langsung tau siapa yang duduk di sana.

"Haha, ternyata kalian." Tawa Kaeya, lekas mengingat sebuah janji yang diucapkan oleh keduanya di pagi hari. Haoran dan Renard berjanji untuk menonton film selepas sekolah bersama. Yah, Kaeya tidak tau apa, tapi nampaknya mereka kebablasan sampai tertidur.

Kaeya tersenyum bahagia, mereka tampak manis, saling berpegangan tangan dan bersandar satu sama lain. Haoran meringkuk lebih rendah ke bahu yang lebih muda, terlihat sebagai yang tertidur pertama. Sebelah tangan Haoran berada di pahanya sendiri digenggam oleh Renard di atasnya, erat.

Kaeya meninggalkan mereka hanya untuk kemudian kembali membawa selimut. Ayah dari dua remaja tersebut melingkarkan selimut untuk mencegah mereka kedinginan. Sepelan mungkin agar tidak terbangun. Syukurlah mereka tidak. Kaeya meninggalkan mereka sesudah mematikan tv dan menyalakan lampu redup.

–bahwa bukan hanya Haoran yang jatuh cinta. Mereka berdua. Namun Kaeya membiarkan agar takdirlah yang menjawab cinta mereka.

Lalu, mau bagaimanapun itu berakhir, Kaeya akan tetap mencintai mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happy × Issue × familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang