Masalah Datang Kembali

561 29 4
                                    

Kaki-kaki Alice menyentuh tanah begitu Sky turun. Mereka berjalan pelan menuju dua batu besar yang mengambang. Dua batu itu melayang naik turun dengan percikan kilau emas di bawahnya.

"Siapa gadis itu?"

Alice menubruk punggung Sky begitu lelaki itu berhenti tiba-tiba. Rasa penasaran Alice membuatnya mendongak. Ternyata, di atas dua batu yang berjarak sekitar sepuluh meter itu ada dua orang penjaga di masing-masing batunya. Mereka berdiri di sana dengan pakaian serba biru. Jaket terusan panjang biru gelap dan celana berwarna lebih muda, ada topi di atas kepala mereka.

"Mereka temanmu?" bisik Alice di belakang.

Satu tangan Sky yang sejak tadi menggenggam tangan Alice justru semakin ia eratkan. "Aku tidak pernah berharap begitu. Sekarang, dengarkan aku, lepaskan gelangmu dan simpan. Jangan katakan apapun yang tidak perlu."

Alice bertanya-tanya dalam pikirannya, tapi sekelebat dua penjaga yang mengitari mereka membuatnya buru-buru menyimpan gelang ke saku. Mereka, kedua penjaga itu, terbang dengan arah berbeda untuk mengelilingi Alice dan Sky. Tapi bukan itu yang Alice takuti. Manusia terbang memang sempat membuatnya shock, tapi mata tajam dan kulit sepucat kertas benar-benar mengerikan. Penjaga itu mengubah ekspresi dan penampilan mereka yang tadi cukup tampan menjadi sosok setan.

Kepala Alice langsung menumbur punggung Sky, kali ini sengaja. Ia ketakutan, mendadak kemampuan bernapasnya berkurang, dadanya begitu sesak. Putaran kedua penjaga itu semakin kuat, hingga bayangan mereka meniadakan penampakan sekitar. Alice seperti berada di dalam pusaran angin topan yang kuat dan mematikan.

Gadis itu berusaha memberi tahu Sky, tapi suaranya hilang dibawa angin, sementara dadanya terus menekan. Bersyukur ia tidak kehilangan akal. Perlahan Alice menaikkan tangannya, mencengkram baju Sky dari belakang dengan cukup kuat. Berharap lelaki itu menoleh padanya dan melihat bagaimana ia begitu tersiksa dengan 'upacara penyambutan' ini.

"Bertahanlah sebentar," pinta Sky tanpa menoleh. Alice ingin membantah, tapi kemudian lelaki itu melanjutkan, "Aku yakin kau pasti bisa melewati ini."

Dalam hati, Sky mengalami keraguan. Setiap memasuki distrik yang berbeda dengan asalnya, setiap penjaga akan melakukan ritual pengecekkan. Anggota distrik lain tidak boleh masuk tanpa kepentingan. Sky juga tidak pernah membawa teman ke distrik Peri. Mereka hanya bertemu di sekolah dan daerah bebas lainnya. Siapapun tidak ada yang mampu melewati ritual pengecekkan oleh penjaga, kecuali para pemimpin distrik, dan keturunan tingkat atas.

Sky hanya ingin mengetes, apakah yang dirasakannya terhadap aura Alice memang benar atau salah—tentang Alice adalah penyihir tingkat atas, penyihir yang dianugrahi kekuatan lebih tinggi dari yang lain. Resiko memang cukup besar, mengingat siapapun yang tidak mampu bertahan dengan ritual ini akan mati kehabisan napas. Karena itu...

Bertahanlah, Alice. Aku mengharapkanmu.

Ia hanya punya waktu sekitar lima menit, kurang dari itu Alice harus menunjukkan tanda seperti jatuh pingsan supaya Sky bisa menyuruh penjaga menghentikan ritual mereka. Tapi kalau Alice bisa melewati lima menit tanpa tanda apapun selain sesak napas, maka ia memang benar orang yang selama ini Sky tunggu.

Deg... deg...

Sky menutup matanya, mulai merapal doa. Sedikit lagi, hanya butuh sebentar lagi sampai penjaga menyelesaikan ritualnya. Ia merasakan tangan Alice dalam genggamannya melemah. Tangan itu seperti tidak punya tenaga lain, bisa terkulai kalau saja Sky melepaskannya. Tapi Sky yakin, di belakang, meski gadis itu telah bersender di punggungnya, Alice masih mampu berdiri. Ia pasti mengalami sesak napas yang sangat.

Tiga menit lagi. Alice masih bertahan, tapi matanya tidak mampu terbuka lagi. Keningnya semakin mengerenyit.

Dua menit lagi. Debaran jantung Alice semakin kuat. Rasa panas datang ke otak dan dadanya secara bersamaan.

Witches in My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang