Going To School, but...

514 33 10
                                    

Melayang saat ditarik tangannya oleh Sky memang terasa menyakitkan, tapi melayang sendiri nyatanya terasa buruk. Anila sengaja melepaskan tangannya untuk menarik Alice ketika angin berhembus kencang. Tidak ada yang dapat ia pegang, membuat Alice merasakan mati berkali-kali. Kepalanya pusing, perutnya mual, sekali saja ia lihat ke bawah, tanah seakan-akan ingin melahapnya. Mana Anila sibuk menertawakan kebodohan ekspresinya. Adik Sky kejam terselubung, tidak seperti kakaknya yang tanpa malu-malu menegaskan kalau dirinya memang kejam.

Mereka sampai di depan rumah nenek. Anila berhenti melangkah ketika mendekati pintu. Satu tangan ia tautkan pada dada, matanya menatap khawatir pada rumah tua nenek.

Kau ketakutan?" tebak Alice mencoba mendahului gadis itu untuk mengetuk pintu. Terdengar suara langkah kaki berat dari dalam.

Anila menggeleng, ia mencoba tertawa tapi terkesan gagal. Kembali terbang, gadis itu melambai pelan, "Sampai bertemu lagi!"

"Perpisahannya sekarang? Kau yakin tidak ingin mampir dulu?" tawar Alice. Sebenarnya ia tidak suka basa-basi seperti itu, tapi kelihatannya hanya Anila yang bisa diajak bicara soal keanehan di sini. Pertama, mereka tampak seumuran. Kedua, gadis periang itu ekspresif, mudah ditebak dan mudah memberikan informasi.

Sayang sekali, Anila tampaknya harus pergi. Wajah imutnya berganti serius saat ini. "Kapan-kapan saja. Oh, ya, Alice?"

"Ya?"

"Kau tadi bertanya, kenapa kami—para peri—masih menggunakan alas kaki padahal jarang menginjak tanah." Alice bertanya dalam hati, memangnya pertanyaan seperti itu cukup penting untuk diingat? Tapi jawaban Anila membuat pipinya memerah. "Itu karena, tidak lucu sekali pergi kemanapun tanpa alas kaki. Seperti dirimu!"

Ya, Anila benar. Alice baru saja sadar bahwa dirinya tidak mengenakan alas kaki sementara ia sudah pergi sejauh ini. Memalukan.

"Alice!" gadis itu menoleh ke pintu, mendapati Mama dengan wajah paniknya. Wajarlah, Alice tidak memberitahukan kepergiannya, sementara langit sudah cukup gelap. "Ke mana saja kau pergi?"

Belum sempat Alice membuka mulut, Papa juga muncul. "Dia sudah kembali?" tanyanya, lalu melihat Mama mengangguk, Papa menatapku sama paniknya. "Katakan pada kami, kau tidak melakukan sesuatu yang buruk di luar sana, kan?"

"T-tidak!" ucapnya tak yakin. Yah, itu juga kalau terbang bersama peri, masuk ke wilayahnya, hingga bermasalah dengan petingginya bukan sesuatu yang buruk.

Sementara Papa menghembuskan napas leganya, Mama justru menatap anaknya dengan tajam. Ia seperti bisa masuk ke mata-mata itu dan membaca kejujuran di sana. Alice menegak ludah kering, ia yakin, Mama pasti mengetahui ada sesuatu yang tidak dia katakan. Alice pikir, Mama akan mempersalahkannya karena ini, tapi wanita itu hanya diam.

Nenek ikut ke luar tatkala kedua orangtua Alice mulai menghidupkan mobil. Ini sudah waktunya mereka pulang. Alice berdiri di depan pintu, nenek memeluknya dari samping, melihat kepergian mereka berdua.

"Jaga dirimu baik-baik, Al." Pesan Ayah sebelum ia masuk ke kursi pengemudi. Alice mengangguk, berusaha senyum meski rasanya cukup berat. Usapan nenek di lengannya setidaknya mampu membuatnya menahan tangis.

Ini pertama kali dalam hidup Alice tinggal jauh dari orangtua. Ia tidak pernah berada sejauh ini dari mereka dalam waktu yang lama. Kalaupun pernah, hanya seminggu untuk studytour sekolah, tiga hari saat menginap bersama Cassandra dan Nicky, dan satu hari di pesta pantai Slireen sialan itu. Tapi sekarang, Alice tidak bisa memastikan untuk berapa lama ia tinggal di sini. Di Wolfgang yang aneh ini.

"Kami akan kembali, tiga bulan lagi." Ucap Mama. Ia menyempatkan diri berjalan mendekat pada anak gadis satu-satunya. Lama Mama menatap lekat pada sepasang mata coklat Alice, mengelus rambutnya pelan, untuk kemudian keningnya dikecup. "Mama tahu kau bisa melewati ini. Kau sudah cukup dewasa, Al. Pengalaman dan pembelajaran yang membuat kedewasaan itu sempurna. Jadi... teruslah berusaha, jangan patah semangat."

Witches in My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang