Januari, 2019 - Restart or Power Off

32 4 9
                                    

"Seperti pulang kembali ke Jogja memberi angin segar kepada jiwa yang tak lagi tegar. Haruskah kita kembali ke awal agar bisa mengingat kembali bagaimana cinta ini berawal?

~

Januari 2019, Jogja..

"Dimana lo?" kalimat pertama yang kudengar saat mengangkat ponselku yang berdering.

"Gue dah nyampe Stasiun Kutoarjo, paling sejam lagi. Kalian dimana?" balasku sambil melepaskan kabel charge ponselku dari stopkontak di gerbong Kereta Api yang kutumpangi.

"Udah di hotel. Cowok lo ni belum muncul.."

"Biarin aja lah. Jangan telat jemput gue yak.."

Sejam kemudian akhirnya aku menginjakkan kaki di kota yang tak pernah luput dari kenangan indahku. Kota yang selalu terasa seperti rumah meski bukan di tempat ini aku menghabiskan hidupku dalam jangka waktu yang lama. Ya, aku tidak pernah berlama-lama ketika liburan di kota ini. Tapi entah kenapa, kota ini seperti punya 'sihir' tersendiri untuk membuatku selalu datang ke kota ini.

Jogja..
Selalu jadi tempat pelarianku ketika hidupku sedang tidak seimbang. Jogja, selalu membuatku bahagia saat aku menyusuri setiap sudut kotanya. Tidak pernah habis list-ku ketika datang ke kota ini. Mengunjungi tempat yang sama berulang-ulang kali tidak membuatku lantas bosan. Jelas sekali bahwa aku berharap banyak pada kota ini. Setidaknya, ketika aku pulang dari kota ini nanti, aku menemukan penyelesaian atas pertanyaan dan perasaan 'bodohku' akhir-akhir ini.

Jogja.. kota kenanganku dan Tristan. Kami pernah sepakat untuk hidup di tempat ini suatu saat nanti..

~

"Kalian dah pada makan?" tanyaku sambil mengangkat koper berukuran sedang ke bagasi mobil.

"Udah tadi, tapi gak apa-apa juga si makan lagi.. sekalian kulineran malam kan.. eh tapi cowok lo mana? Ga ada kabar sama temen-temennya juga.."

"Udah gue tanyain tapi gak di read.. masih beresin laporan kali.. udah biarin aja.."

"Jangan donk.. kan kita dah payment kamar mereka untuk 3 malam lho.. sayang banget kalo gak kepake.."

"Ya bukan cuma itu doank, ntar kita ga jadi ketemu temen-temennya Tristan juga lho... ga bisa kenalan.."

Trixie dan Mona, dua temanku yang juga ikut serta di liburan kali ini. High Quality Single. Mereka juga teman Tristan semasa kami kuliah dulu. Jadi, mereka paham betul seluk beluk hubunganku dan Tristan.

"Nay, ntar jadi kan, lo sekalian nyicil foto Pre Wed di Jogja? Foto ala-ala aja tapi tetap estetuiiik gitu.." ucapan Mona barusan memecah lamunanku seketika.

"Hah, ya ampun.. gue lupa donk sama rencana itu.. gue ga ada persiapan sama sekali. Mana gue bawa baju seadanya lagi.." aku kaget mendengar pertanyaan Mona barusan, tapi ekspresiku tidak terlihat seperti kaget.

"Lo sebenarnya jadi kawin ga si Nay tahun depan..? Kok kayak gak ke-planning gini si.." kembali Mona mempertegas rencana yang sama sekali tidak menjadi fokusku sebulan ini.

"Nay, lo lagi ada masalah sama Tristan? Lo masih sama Tristan kann?" dan kali ini Trixie benar-benar menjadi 'polisi' dalam kasusku ini.

"Ya masihh donkkk... cuma.. gue lupa aja sama rencana foto-foto ini.. sorry sorry.. Efek kebanyakan mikir event tahunan kantor deh makanya jadi hilang fokus.. Santai gaes, tetap aja foto, tapi ya seadanya, apa yang gue bawa, itu yang gue pake.. lagian lo berdua kan jago mix and match apapun" memberikan jawaban seperti ini adalah cara paling aman untuk terhindar dari pertanyaan-pertanyaan interogasi yang tidak sedang ingin aku hadapi.

Anaya Mencari TanakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang