"Terkadang, kita menerima pilihan yang mudah, namun karena beberapa alasan, pilihan tersebut akhirnya menjadi sulit..."
Masih Bandung, 2019...
"Nay, lo yakin ni berangkat lebih cepet?"
"Iya Wat.. gue mesti urusin banyak hal dulu disana sebelum Tim Mas Abimayu datang. Lagian gue mesti cek kantor disana dulu, kenal orang-orang disana, liatin keadaan kantor sana.. banyaklah Wat yang mesti di prepare-in disana. Mmmmm.. sekalian gue pengen nostalgia sama kota lama gue..." ujarku kemudian menyeruput kopi dari tumblr.
"Iya juga si, lo paling jauh soalnya, jadi butuh lebih banyak persiapan.. Sebenarnya, gue tuh berharap bisa bareng lo, dapatnya di Jayapura, gue si udah nebak lo bakal ditempatin disana, ya lumayan gue bisa jalan-jalan ke Raja Ampat juga..."
"Isana, Nur, Wati, apalah nama lo, begini ya... First thing first, gue seneng banget lo masih berharap bisa sama gue, gilsss itu ajaib si, secara lo ini kan paling malas sama drama pikiran gue... Oke, lanjut yang kedua... Raja Ampat itu bukan di Jayapura katrokkk.. lo masih harus naik kapal atau pesawat lagi dari Jayapura ke Sorong, dari Sorongnya, lo masih harus naik Speed Boat, nah baru deh lo sampee di Raja Ampat..." ucapku dan kemudian berdiri dari kursi kerja ku dan kemudian berdiri dekat meja Wati sambil melipat kedua tangan depan dada.
"Ahh masa si.. gue pikir itu di Papua.." kali ini pernyataannya bikin aku gak cuma lipat tangan depan dada tapi juga menggeleng-gelengkan kepala betapa herannya aku di jaman saat ini masih ada orang seperti Wati.
"Gue ga ngerti yaa, entah lo yang ga diajarin atau emang lo aja yang ga mau tau dan cari tau, Papua itu luassss heiii Wati... Ibarat Pulau Jawa, ada Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tengah pun ada Solo, Jogja... Papua juga gitu.. ada Sorong, Wamena, Nabire, Biak, Jayapura... lo ga tau kann.. Jangan-jangan lo ga tau kalau Papua itu Provinsi terluas di Indonesia?" aku mulai serius dengan pembicaraan kali ini.
"Serius amat muka lo... sumpah, gue ga tau... dan emang ga mau cari tau juga si..." dan akhirnya terjawab sudah.
"Wati sayang, makanya pengetahuan di kepala lo itu di update.. Jangan cuma gosip artis aja lo update.." jawabku sambil memperagakan setiap perkataanku.
"Ahhh kapasitas otak gue ga segede otak lo... Lagian otak gue ga sanggup nerima pengetahun sejenis itu, sanggupnya cuma nerima yang menghibur... back to the topic.." belum selesai dia melanjutkan kalimatnya yang disertai dengan intonasi nada Sunda-nya, tiba-tiba Bos kami muncul.
"Anaya.." aku langsung memperbaiki posisi berdiriku, tapi tidak dengan Wati yang dengan santainya masih duduk di kursinya sambil berpura-pura melihat komputer.
"Ya Pak.."
"Lusa kamu berangkat jam berapa?"
"Mungkin siang Pak, biar ga kena rush hour Jakarta.. berangkatnya dari Jakarta malam Pak, jam 10.. Tapi saya mending nyampe duluan.."
"Yasudah kalau begitu, paginya kamu kesini dulu untuk ambil dokumen-dokumen penting yang harus kamu bawa kesana, sekalian Surat Tugas kamu dan Surat Rekomendasi Tim Abimayu.."
"Oke siap Pak.." lalu dia berlalu dari hadapan kami.
"Nay, lo berangkatnya lusa??" ucap Wati sambil menarik tanganku. Aku yang masih memperhatikan Bosku berjalan tentu kaget.
"Iyaaa, napa si lo.. santai aja sih." singgungku dan kemudiam kembali duduk di kursi kerjaku.
"Cepet amat, gue pikir masih empat hari atau semingguan lagi.." giliran Wati yang menghampiri mejaku.
"Ya kalau bisa cepet, ngapain lama-lamain.."
"Ini bukan karena ada sesuatu dengan Tanaka atau Tristan kan?" kali ini Wati bertanya dengan mimik wajah serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaya Mencari Tanaka
Любовные романы"Aku tau jalan kita ke depan buntu. Aku tau kalau kamu dan aku tidak akan pernah bertemu jalan tengah. Aku yang awalnya penuh ekspektasi dengan hubungan kita, sampai akhirnya cuma bisa mencintai kamu tanpa berharap kita bakal nikah. Tapi aku paham...