°Family°

109 21 8
                                        

Setelah keributan beberapa hari.

Kini dia malah terlihat lebih akrab dengan Doppo yang dulu takut padanya.

Dasar Doppo.

"Yukkuri tabete ne"

Lihat Doppo seakan mengasuh adiknya.

Ya dia sih sudah biasa.

"Turuti kata Hifumi ya, jangan diam-diam ikut aku"

"Hifumi, takut", cara bicaranya selalu terbata dan perkata.

"Hifumi, biasakan"

"Muri desu yo Doppo-chin~"

"Muri shinai yo, hora"

Bagimu sih iya.

[Y/n] selalu diam-diam ikut Doppo kerja.

Aku bahkan tidak tahu bagaimana dia kabur.

"Aku berangkat, hari ini kau yang belanja kan Hifumi? Ajak saja dia"

"Tanyakan padanya dong"

Apa yang akan dikatakan orang saat melihatnya?

Aku harus jawab apa?

Adikku?

Hm, begitu saja.

"Dia mau, belikan dia makanan kesukaannya"

"Baiklah, kau mau apa?"

"Waffle"

Hal mudah, aku bisa buatkan seberapa banyak yang dia mau.

"Ittekimasu"

"Itterashai"

Duh, kalau aku keluar malah dikira keluarga gay yang adopsi anak.

Doppo sudah menjauh aku berjongkok pada [y/n].

Dia cuma menatapku datar.

Duh, muka datarnya mengingatkanku si titan Yokohama.

"Kiite ii? Aku akan buatkan kau waffle sebanyak yang kau mau tapi syaratnya kau jalan di depanku jaga jarak ya, paham?"

"Jarak? Jauh?"

"Cuma seujung troli, kau boleh tarik troli dari depan. Terus, jangan pakai kekuatanmu ingat ya?"

"Waffle?"

"Asal kau pegang kata-kataku tadi, aku janji buatkan sebanyak yang kau mau"

"Janji?"

"Uhn, janji!"

🌌🌌🌌

Aku bilang begitu sih.

"Tidak"

Dia terus mengambil barang yang menurutnya menarik.

Aku melarangnya.

Uangku bisa menipis!

"Kalau es krim boleh, satu saja ya"

Kata sensei, sepertinya dia masih anak-anak dari sikapnya dan tingginya.

"Hah, iya boleh, hanya ini terus pulang, wafflemu akan aku sajikan dengan es krim"

Dia langsung terlihat girang dan menarik troli dari depan dengan cepat.

Membayar semua yang dibeli dan duduk sejenak depan supermarket.

Memakan oden yang dibeli depan supermarket.

"Atsui kara kiotsukete"

Sebenarnya diam-diam sensei mencari tahu tentang asal usulnya dibantu polisi Yokohama katanya.

Genjatan senjata?

"Ne [y/n], ryoushin aru?"

"Ryoushin?"

"Uhn, papa to mama dayo, aru?"

Dia diam sambil memakan odennya.

Apa dia tidak tahu?

"Hei", aku menepuk pundaknya. "Daijoubu?"

Mukanya tiba-tiba pucat. "Warui...hito"

"So-sokka, gomen"

Begitu ya...

Hubungannya buruk dengan keluarganya.

Wah, tidak kusangka.

Tapi mungkin sih ya.

Waktu ketemu dia sangat kucel.

"Doppo"

"Hm?"

"Doppo, Hifumi, ryoushin"

"Eh, mksudmu kami jadi orang tuamu!? Nggak bisa dong! Aku dan Doppo sama-sama lelaki!"

"Hifumi", dia menunjukku. "Ryoushin", lalu dirinya sendiri.

"He! Bukan gitu konsepnya! Orang tua itu dua orang yang saling mencintai lalu membina keluarga"

"Kazoku?"

"Uhn! Kazoku!"

"Hifumi, Doppo, watashi...kazoku?"

Perempuan misterius yang seakan baru mengenal dunia ini sangat merepotkan namun terlihat kasihan juga.

"Sou!"

"Kazoku"

"Uhn! Uhn! Sore ii ne"

Small LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang