Part 4 (Kabar Gembira) ✔️

1 0 0
                                    

(Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya (malah iklan))

Happy Reading

"Ibuuu, ayahhhh" Teriak Lia heboh sambil berlari ke arah ladang milik orangtuanya.

Bisakah kalian menebak alasan Lia berteriak?

"Ada apa Lia?" Ucap ayah Lia yang langsung menghampiri begitu ia mendengar suara putrinya. Begitupun sang Ibu, yang juga berjalan mendekati Lia.

"Ada apa? Kenapa berteriak disiang bolong begini?"

"Lihat ini"

Dengan antusias Lia mengeluarkan sekantong uang dari sakunya dan diperlihatkan pada ke-2 orang tuanya.

"Aku mendapat gaji pertamaku!"

Yup, jawabannya adalah karena hari ini tepat 1 bulan Lia bekerja, dan tepat hari ini pula gaji pertamanya turun.

"Woah, mengagumkan!" Seru sang ayah tak kalah heboh dari Lia. Sedangkan sang Ibu masih terdiam.

Namun tak berselang lama kemudian, ibu berjalan mendekati Lia dan memeluknya.

"Putriku rupanya sudah besar. Rasanya kemarin aku masih meneriakimu untuk tidak main di sungai, sekarang kau sudah dewasa. Rasanya seperti mimpi"

Mendengar penuturan ibu, Lia terenyuh.

"Putrimu sudah besar Bu, jangan khawatirkan apapun lagi"

Sang ayah ikut memeluk istri dan putrinya. Akhirnya keluarga bahagia itu pun saling berpelukan di ladang.

Mungkin akan terasa aneh bila ada yang melihat, namun persetan apa kata orang. Tak perlu merasa malu asal tak melakukan kesalahan.

Oke, untuk mempercepat alur mari kita time skip lagi.

Dua hari kemudian......

Nyonya Driana pergi selama beberapa waktu untuk menemui cucunya yang sakit di wilayah pinggiran ibukota. Akibatnya, Lia menganggur beberapa hari ini. Ia menghabiskan waktunya untuk membantu orangtuanya merawat ladang gandum, atau sekedar bersantai.

Terkadang ia juga masih bertukar surat dengan Theo untuk sekedar bertanya kabar.

Melewati satu bulan dengan pekerjaan yang menyibukkan rupanya membuat ia mudah bosan. Seperti saat ini contohnya.

Selepas membantu orangtuanya di ladang, sekarang Lia duduk termangu di tepi danau. Matanya menerawang jauh ke depan, entah apa yang tengah ia pikirkan.

"Door" Seseorang dari belakang menepuk bahu Lia secara tiba-tiba hingga ia hampir saja meloncat ke danau, andai saja orang itu tak memegangi Lia.

"Aaa"

"Apa sih, bikin kaget saja" sentak Lia kesal.

"Ehehe, maaf. Kaget ya?" Tanya orang itu seolah tak punya dosa, yang tak lain dan tak bukan adalah Theo.

"Masih tanya? Ah tapi, kenapa tidak mengabari kalau sudah pulang? Bagaimana hasil seleksinya?" Tanya Lia beruntun.

"Wow, baru datang langsung dihujani pertanyaan" Jawab Theo sambil terkekeh ringan.

"Cepat jawab, aku penasaran"

"Baiklah-baiklah, akan aku jawab. Aku tidak mengabarimu karena ingin memberi kejutan. Dan, untuk hasil seleksinya aku......."

"Cepat katakan!" Desak Liana sambil menggoyangkan lengan Theo.

"Aku lolos!" Ucap Theo sambil tersenyum sumringah.

"Wow. Temanku sekarang adalah ksatria resmi!" Seru Lia dengan riang.

"Teman ya" Gumam Theo pelan dengan senyum kecut. Namun sayangnya hal itu tak didengar oleh Lia.

"Kau bergabung di pasukan apa?"

"Pasukan utama Istana"

"Hebat! Tapi kalau begitu, kamu akan meninggalkan desa dong?"

Nada sendu terdengar di akhir perkataan Lia.

Suasana menjadi hening sejenak.

Theo pun menghela napas panjang sebelum berkata, " Lia, bisakah kau menungguku?"

"Menunggu? Untuk apa?"

Lia mengernyit kan dahinya tak mengerti.

"Menunggu aku kembali"

"Kenapa aku harus menunggumu kembali?"

"Karena aku menyukaimu"

"Menyu- apa?"

"Aku menyukaimu, Lia" tegas Theo.

Lia terdiam, masih berusaha mencerna ucapan Theo barusan.

"K-kau menyukaiku?"

"Benar, jadi bisakah kau menungguku?" Theo kembali mengulang pertanyaan nya.

Kali ini, Lia terdiam lebih lama. Sedangkan Theo dengan sabar menunggu jawaban itu sambil memperhatikan raut wajah Lia dengan cemas.

"....... baiklah. Aku akan menunggumu"

Wajah Theo sejenak merasa tak percaya dengan jawaban yang ia dapatkan, terlebih saat melihat senyum manis dibibir Lia yang menular ke dirinya.

Theo berjalan mendekati Lia dan memeluknya erat. Lia merasa kaget dengan pelukan yang tiba-tiba, terlebih dengan bisikan Theo ditelinganya.

"Jadi, sekarang aku bukan lagi temanmu, tapi kekasihmu kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Ordinary GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang