Part 3 ✔️

6 1 0
                                    

Hari ini adalah hari ke-8 Lia bekerja di toko roti. Masih seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada masalah dalam pekerjaannya.

Namun, kali ini Lia lebih sibuk. Banyak pengunjung dari luar yang singgah di Desa Clovis. Sebagian besar diantaranya merupakan para pemuda yang ingin mengikuti ujian masuk ksatria resmi di ibukota. Dan desa Clovis merupakan salah satu rute menuju ibukota.

Tak henti-hentinya Lia berjalan dari dapur ke meja pelanggan sejak pagi. Rasanya lelah, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah pekerjaan nya. Untung saja waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 4. Akhirnya, pekerjaan hari ini yang melelahkan pun berakhir.

"Kerja bagus, aku merasa senang punya pekerja yang cekatan sepertimu. Andai aku masih bekerja sendiri, pasti tak mampu melayani begitu banyak pelanggan tadi"

Mendengar ucapan Nyonya Driana, Lia tertawa ringan.

"Terima kasih atas pujiannya, Nyonya Driana. Saya juga beruntung dapat bekerja bersama orang baik seperti Nyonya"

"Huh, manis sekali mulutmu. Bawa ini"
Nyonya Driana menyodorkan roti yang masih sisa dalam wadah paperbag.

"Terimakasih, Nyonya"

Seusai percakapan, Lia pun pamit untuk pulang. Namun saat Lia keluar dari toko roti, ia melihat Theo telah berdiri didepan toko seolah menunggu seseorang.

"Theo? Apa yang kamu lakukan disini?"

"Ah, Lia. Aku akan pergi ke ibukota sekarang. Hanya ingin berpamitan sebentar" ucap Theo dengan wajah senyum canggung.

"Oh benar, ini waktunya. Nah, bawa ini"

Roti yang diberikan Nyonya Driana tadi kembali Lia berikan kepada Theo.

"Apa ini?" Tanya Theo bingung, namun tetap menerima paper bag berisi roti itu.

"Bawa itu sebagai bekal perjalanan" ucap Lia dengan senyum puas.

"Haha baiklah, terima kasih"

"Berapa lama kamu akan di ibukota?"

"Ujian ksatria berlangsung selama 1 minggu. Kalau ditambah waktu perjalanan, aku akan kembali dalam waktu 3 minggu" jelas Theo.

".... Lama ya" gumaman Lia yang masih dapat Theo dengar.

"Kita masih dapat berkirim surat jika ingin berkomunikasi" jawab Theo yang membuat Lia tersenyum.

"Itu benar"

"Baiklah, aku akan pergi sekarang"

Lia mengangguk.

"Hati-hati di jalan" seru Lia kepada Theo yang mulai menjauh bersama kuda yang ditungganginya.

"Dia kekasihmu?"

Lia tersentak kaget mendengar suara Nyonya Driana yang rupanya telah berada dibelakang nya.

"B-bukan" jawab Lia dengan pipi tersipu.

"Jangan menyangkal Nak, nenek tua ini juga pernah muda" ucap Nyonya Driana sebelum kembali masuk kedalam toko. Membuat wajah Lia yang semula memerah bertambah Semerah tomat.

____________________

The Ordinary GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang