Jay berdiri bingung di depan gedung dengan tulisan rektorat, harusnya tadi dia nunggu Jeno aja tapi cowok itu belom bangun jadi Mas Mario bilang dia harus jalan duluan soalnya abis ini harus balik syuting.
Kalo bukan karena keperluan masa depan dan orang tuanya yang mengizinkan dia bermusik dengan catatan nggak boleh keluar dari kampus, Jay pasti nggak bakal ngabisin waktu di sini.
Masker hitamnya menutup hidung hingga bibir, dia yakin nggak ada yang bakal ngenalin dia, apalagi outfitnya juga biasa aja, cuma pake kemeja kotak-kotak warna biru dan hitam juga jeans warna gelap.
"Permisi?" panggilnya ragu, pada seorang mahasiswi yang terlihat kerepotan dengan beberapa tumpuk makalah di pelukannya.
"Iya?"
"Saya ada janji mau ketemu Pak Rudi. Bisa tolong tunjukin ruangannya nggak?"
Gadis itu mengernyit bingung sebelum akhirnya ngangguk kecil.
"Ikut aja, aku mau ke sana kok."
Hela napas panjang terembus dari bibirnya, tanpa disuruh langsung ngambil sebagian makalah yang ngehalangin wajah di perempuan penolong.
"Eh?"
"Nggak apa-apa, nanti nabrak."
Dia menyilakannya untuk jalan lebih dulu sebelum ngikutin dari belakang, bersyukur karena gadis itu mau membantunya untuk menemui pembimbing akademik yang udah bikin janji sebelumnya.
***
"Selamat pagi saudara Jeno, semoga harimu menyenangkan."
Jeno berdecak, ngedorong tubuh Eric yang keliatan nyebelin banget sebelum ngambil air dari kulkas.
Apartemen mereka cukup sepi, biasanya ada Hanan yang gelut sama Jake di ruang tengah, nemenin Jay yang sibuk dengan konsol gamenya.
"Pada kemana?"
"Jay ke kampus, Hanan ada pemotretan, Jake kemana juga gue nggak tau, udah berangkat sebelum gue bangun."
Padahal di antara mereka, Jake tuh yang paling gampang tersesat soalnya nggak tau jalan dan buta arah, makanya Mas Mario selalu mewanti-wanti mereka buat ditemenin kalo mau kemana-mana.
"Bareng siapa dia?"
Bahu Eric mengedik, "Manajer kali. Nggak paham juga gue."
"Lo nggak ngampus?"
"Nggak, gue kan online kampusnya. Tadi Jay tuh berangkat sendiri soalnya udah bikin janji."
Jeno berdecak, harusnya mereka berangkat bareng soalnya kuliahnya juga di tempat yang sama. Jay milih manajemen sementara Jeno akuntansi.
Perusahaan mereka bilang, itu untuk mempermudah pengurusan administrasi dan pengajuan libur atau cuti, makanya ditempatkan di kampus yang sama, kecuali Eric yang milih online class sampe lulus dan Jake yang milih buat nunda aja soalnya orang tuanya emang nggak terlalu banyak pusing masalah akademik.
"Nggak ada jadwal, Ric?"
"Ntar agak siangan. Gue mau mandi dulu. Kalo mau makan, ada tuh dikulkas, panasin aja."
Jeno ngangguk kecil, natap jendela kaca yang terbuka lebar dari lantai teratas apartemen mereka. Pemandangan yang sama seperti New York beberapa hari belakangan.
Kesuksesan band yang dia dan teman-temannya garap nggak bisa lepas dari peran Mario sebagai manager, dia sangat bersyukur pemuda itu mau mengorbankan waktunya untuk ngurusin mereka sejak masih manggung di jalan, café kecil, restoran keluarga sampe mencapai panggung Coachella, sebuah prestasi yang luar biasa untuk mereka yang masih belum lama berkiprah di jagad musik tanah air.
KAMU SEDANG MEMBACA
rêveuse
Fanfictionmereka hanya anak muda yang ingin meraih mimpi bersama. [GS] [CRACK PAIR]