CerPistol Day 2

6 2 0
                                    

Genre: Horor
Nama Pasangan: Nadyana Keenan

Genre: HororNama Pasangan: Nadyana Keenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 1/4 by: Nadya

Senin, 9 Desember 1984
Perkenalkan namaku Jodie. Aku membeli diary ini karena aku tahu aku bisa gila jika memendam rahasia ini lebih lama sendirian.  Rahasia keluargaku yang kelam.

Aku tinggal di sebuah mansion yang terletak di depan hutan Hillgrove. Mansion besar ini peninggalan keluarga Ayahku. Banyak kamar kosong yang tidak terpakai dan selalu terkunci di rumah ini. Kata Ibu, di dalam kamar-kamar tersebut banyak barang peninggalan kakek yang berharga, aku tidak boleh masuk karena takut bisa merusaknya. Tapi kini aku tahu Ibu berbohong. Paling tidak pada salah satu kamar tersebut.

Aku akan menceritakannya lain kali. Ibu sudah memanggilku untuk makan malam.

Selasa, 10 Desember 1984
Aku sudah terbiasa tinggal di mansion tua yang besar ini, tapi aku tidak pernah terbiasa dengan ejekan dan omongan orang lain yang menghinaku karena tinggal di mansion yang sudah satu dekade mereka anggap rumah hantu.
Sebelum aku pindah, ada beberapa kejadian di hutan Hillgrove. Tiga pembunuhan berurutan dengan mayat mereka ditemukan dalam keadaan tercabik-cabik seperti dimakan binatang buas.
Maka tidak berlebihan jika orang-orang berpikir hanya sekumpulan orang aneh yang berani tinggal di dekat sumber pembantaian. Sekumpulan orang aneh itu adalah keluargaku.

Rabu, 11 Desember 1984
Baiklah, sekarang aku akan bercerita tentang rahasia kelam orangtuaku.
Dua minggu lalu aku terbangun pada tengah malam karena merasa kehausan. Aku turun ke dapur untuk mengambil minum. Tiba-tiba aku mendengar teriakan seorang wanita. Aku langsung berlari menuju sumber suara, memikirkan Ibuku yang mungkin terluka.
Namun aku mendapatinya baik-baik saja, berdiri memunggungiku di ruang bawah tanah, tak menyadari kehadiranku. Bersama Ayah dan seorang wanita yang kaki dan tangannya terikat dan mulutnya tersumpal.
Ayah membuka sebuah kamar di ruang bawah tanah, lalu muncul lah makhluk seperti manusia dengan bola mata menyeramkan yang hampir keluar. Kulitnya bersisik hijau dengan tinggi lebih dari dua meter. Monster itu langsung melahap tumbalnya dengan segera. Aku terkejut dan langsung berlari menuju kamarku berharap semua hanyalah mimpi.

***
Part 2/4 by: Fitri

Kamis, 12 Desember 1984
Ah, Sial! Bahkan saat menulis cerita ini tanganku masih gemetaran. Tunggu, aku mendengar derap langkah mendekati pintu kamar, aku khawatir Ayah muncul dan memergokiku menulis sesuatu. Sulit sekali bagiku untuk terlihat baik-baik saja setelah melewati berbagai kejadian mengerikan.

Sabtu, 14 Desember 1984
Kali ini kucoba untuk menuliskannya. Beberapa hari setelah pertama kali aku melihat monster itu, kuputuskan untuk melawan rasa takutku. Akhir pekan itu adalah hari paling gila dalam hidupku. Orangtuaku pergi keluar kota bersama keluarga Riverston, meninggalkanku sendirian di mansion tua besar ini dengan sesosok monster di dalam kamar bawah tanah. Tak ingin terus bersembunyi di balik selimut, kuberanikan diri keluar dari kamar. Kuseret langkah menuruni tangga dengan membawa besi dari perapian di tangan.

Kulihat keberadaan makhluk mengerikan itu melalui lubang kunci. Suara desisan mulai terdengar. Kurapatkan telingaku, sekali lagi desisan itu terdengar. Namun kali ini, ia seperti memanggil namaku. Kubekap erat mulut dan kucoba untuk berlari. Tepat sebelum aku berbalik, pintu kamar seolah didobrak dari dalam. Sedetik kemudian pintu kamar hancur berkeping-keping, aku terpelanting bersama beberapa pecahan kayu. Saat berbalik, makhluk menyeramkan itu berdiri tepat di hadapanku. Tatapan matanya beringas. Nafasku tercekat, seakan melihat kematianku sendiri, tapi mahkluk itu sama sekali tak melukaiku. Dia pergi begitu saja dan berlari menuju hutan Hillgrove. Aku bahkan mengutuk diriku sendiri saat aku malah berlari mengejarnya.

Jauh di dalam hutan Hillgrove yang sunyi, aku melihat Ayah dan Ibuku berada disana, berdiri menatap tiga anggota keluarga Riverston yang tak sadarkan diri. Sebelum sempat kupanggil mereka, makhluk itu muncul dari kegelapan dan mencabik-cabik tiga tubuh tak berdaya di hadapannya. Begitu buas, brutal, dengan lolongan yang mengerikan. Sebuah benda mendarat tepat dibelakang kepalaku dan sebelum kehilangan kesadaran, aku sempat mendengar suara sirine mobil polisi mendekat.

***
Part 3/4 by: Nadya

Aku terbangun dengan kepala yang berat. Ayah sukses membuatku tak sadarkan diri.
Ketika tersadar aku sudah ada di ruang keluaga mansionku lagi dengan kedua orang tuaku menatapku cemas.
Tanpa menanyakan keadaanku ataupun memberi penjelasan apa pun, mereka menyuruhku untuk naik ke kamarku. Tentu saja aku menolak, bayangan keluarga Riverston dilahap oleh monster buas masih menempel di otakku. Tapi Ayah malah membentakku dan meyakinkanku tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Apa dia sudah gila?
Aku ingin berteriak mengeluarkan rasa frustasiku. Tapi aku tahu itu hanya akan menambah kesulitan ini. Maka aku menurut saja dan menunggu keputusan Ayah selanjutnya.

Malamnya,Ayah menceritakan rahasia keluarganya. Setiap tiga tahun akan ada monster yang keluar dari dimensi lain. Lapar dan buas. Menginginkan manusia sebagai sumber kekuatannya. Keluarga Ayah turun-menurun memberinya makanan, menukar keselamatan keluarga mereka dengan nyawa lain. Ayah meyakinkanku, keluarganya adalah keluarga yang baik. Tidak pernah berbuat onar ataupun menyusahkan masyarakat. Mereka selalu berbuat baik walaupun tahu orang-orang menghina mereka. Korban yang dijadikan tumbal oleh Ayah adalah sampah masyarakat. Orang-orang yang hanya meresahkan, menjadi duri dalam daging. Seperti keluarga Riverston, mereka adalah keluarga pejabat korup kelas kakap. Mereka selalu lolos dari jerat hukum karena uang mereka yang licin. Kota ini justru akan semakin baik tanpa mereka, yakin Ayahku.

Dan melihat kekuatan monster itu tadi, Ayah yakin kekuatannya telah mencapai batas maksimal. Gerbang dimensi lain yang ada di dalam bawah tanah pun telah tertutup. Monster itu sudah kenyang, dan akan kembali lagi tiga tahun mendatang.

Jika sudah waktunya, tanggung jawab Ayah dilimpahkan kepadaku. Mencari tumpal sampah masyarakat untuk menyelamatkan orang lain yang lebih layak untuk berada di dunia ini. Jika tidak, monster itu akan menyerang siapa saja seperti tiga tahun lalu. Keluarga dan teman-temanku bisa saja menjadi korbannya.

Itulah rahasia keluargaku. Hari ini cukup sampai di sini.

***
Part 4/4 by: Fitri

Senin, 31 Desember 1984
Tak ada kejadian besar lain di rumah dan kota ini. Aku yakin perkataan Ayah benar. Monster itu sudah ada di alamnya dan tak akan mengganggu selama tiga tahun ke depan. Tapi aku tidak bisa tertidur nyenyak lagi. Aku meyakinkan Ayah untuk meninggalkan rumah ini. Meyakinkannya bahwa monster terkutuk ini bukanlah tanggung jawab keluarga kami. Tapi Ayah menolak, korban tiga tahun lalu adalah sahabat Ayah sedari kecil. Orang baik yang mempunyai tiga anak yang masih kecil. Kepergiannya meninggalkan rasa bersalah pada Ayah. Kemanapun Ayah pergi, melepas tanggung jawabnya hanya akan membebaninya.

Kamis, 10 Januari 1985
Sejak polisi mengabarkan berita kematian keluarga Riverston dan hilangnya seorang wanita kepada masyarakat, cemooh dan hinaan yang dilontarkan teman-temanku kepadaku semakin sering kudapat. Dahulu perkataan mereka menyakiti hatiku tapi tidak membuatku gusar. Sekarang aku cemas, cemas dengan rahasia, beban dan tanggung jawab yang kubawa dalam setiap langkahku. Sam, sahabatku, berkata, aku tidak perlu memperdulikan mereka. Tapi aku tidak bisa, terutama pada kenyataannya hinaan itu sebagian besar benar.

Jumat, 10 Februari 1985
Akhirnya aku bisa meyakinkan Ayahku untuk pindah dari kota ini setelah melihat teman-teman sekolah menindasku. Kami akan pindah besok.

Diaryku tersayang, aku tidak akan membawamu. Akan ku sembunyikan kamu dibawah tempat tidurku. Berharap ada orang yang akan menemukanmu kelak.

Aku tidak tahu apakah aku atau Ayah akan kembali tiga tahun lagi. Jika tidak, maka aku berharap jika monster ini mengambil tumbal kembali, kamu yang akan menjadi pemandu untuk penyelamat kota ini. Membinasakan apapun yang keluar dari kamar laknat itu.

[End.]

#gimseru #satusepuluh #temanmenulisid #terusbelajar #hobimenulis #tmbatch3end

CERPISTOL, Cerita EpistolariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang