5

837 121 6
                                    


Revisi:done

"Cale, di mana kita?" tanya Alberu ketika dia melihat mereka berdiri di depan gedung yang sangat tinggi.

"Hotel"

"Apa itu hotel?"

"Tempat penginapan"

"Kurasa ini terlalu bagus untuk disebut penginapan"

"Tentu saja, karena itu nama hotelnya"

"Ayo masuk aku sudah memesannya untuk kita"

“Cale, aku tahu kamu kaya tapi bukankah ini buang-buang uang? Aku merasa tempat itu sangat mahal.”

"aku sudah pesan sebulan, selain itu tempatnya strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan dan juga sekolah, ada tempat makan yang juga tergabung disana. Jadi tidak perlu jauh-jauh kalau butuh sesuatu"

"Haah... baiklah terserah kamu"

Mereka kemudian berjalan menuju pintu depan hotel. Saat berdiri di depan pintu hotel, tiba-tiba pintu itu bergeser secara otomatis. Alberu kagum pada itu tetapi tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya.

Sebagai Putra Mahkota, ia dididik untuk selalu menyembunyikan ekspresi wajahnya. Karena sudah terbiasa, terkadang kebiasaan menunjukkan ekspresinya muncul tanpa disadari, misalnya saat ini. Yah, meskipun hari ini dia bisa berekspresi sesukanya di depan Cale

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Seorang petugas hotel berpakaian seperti kepala pelayan menyapa ketiganya

“Saya telah memesan hotel atas nama Cale Henituse”

Karyawan itu terkejut tetapi dengan cepat membimbing mereka bertiga. Karyawan itu membimbing mereka ke resepsionis yang sedang bertugas

"Ada yang bisa saya bantu, tuan muda?"

'tuan muda? betapa nostalgia' pikir Cale

“Reservasi atas nama Cale Henituse”

Resepsionis segera mengecek pesanan lalu memberitahu harga yang dikeluarkan. Cale kemudian melunasi pembayarannya dan menunggu untuk diberikan kunci kamar. Setelah pembayaran selesai, resepsionis memberikan kartu yang merupakan kunci kamar mereka. Kamar mereka ada di lantai 28 dengan nomor kamar 286.

Cale lalu mengambil kunci lalu berjalan mencari lift. Cale menekan tombol lalu menunggu. Sambil menunggu lift datang, Cale dan Alberu kembali menjadi pusat perhatian orang karena mereka sangat mencolok. Merasakan tatapan yang melihatnya, Cale berharap dia bisa segera meninggalkan tempat itu.

"Cale, apa yang kamu tunggu?" - Alberu

"Tangga berjalan"

"Apa itu lift?" - Alberu

"Intinya adalah kamu tidak harus menaiki tangga dan kamu akan langsung sampai ke tempat yang di tuju."

"luar biasa"

Ting...pintu lift terbuka dan Cale, Alberu, dan Choihan masuk ke dalam. Ketika pintu mulai menutup, Cale melihat seseorang berlari menuju lift, melihat bahwa Cale membuka pintu lagi sehingga orang itu bisa masuk.

"Terima kasih sudah menunggu," kata pria itu

"Tidak apa-apa" jawab Cale sambil tersenyum

"Lantai mana?" tanya orang itu

"28"

Pria itu segera menekan tombol 28 dan kami menunggu dengan tenang di dalam lift.

Ting ... pintu lift terbuka setelah mencapai lantai 28 dan Cale, Alberu, dan Choihan berjalan keluar dari lift meninggalkan pria itu di belakang.

Sudut Pandang Bangsawan Sampah [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang